Artikel

Peran Nyata Eco Enzim Menggenjot Produktivitas Pertanian Secara Berkelanjutan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :
Among Wibowo, SP, MMA
Penyuluh Pertanian Madya Pada DIsperpa Kota Magelang

 

 

Strategi untuk menggenjot produktivitas pertanian, terus dilakukan oleh berbagai pihak. Banyak cara diaplikasikan demi mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian. Salah satunya dengan mengaplikasikan Eco enzim pada tanaman sebagai pestisida alami, pupuk organik dan bio fertilizer. Pemanfaatan eco enzim dapat menurunkan penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan.

Eco enzim merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Komposisi sampah yaitu 54% berasal dari sampah organik. Manfaat eco enzim untuk rumah tangga yaitu: 1) merendam sayur, menghilangkan pestisida, herbisida, bahan logam dan sel parasit. Juga zat lilin pada buah-buahan, 2) menghilangkan kutu di beras, 3) membersihkan lantai WC dan dinding atau kamar mandi, juga pel lantai sehingga serangga tidak ada, 4) campuran cuci piring sehingga lebih kesat dan bersih, 5) campuran ke cucian pakaian. Memutihkan pakaian tanpa pemutih. Zat fluoren pada pemutih sangat berbahaya bagi kulit, 6) membersihkan minyak atau lemak membandel, 7) memperlancar saluran WC, 8) penjernih Air akuarium, 9) pembersih kerak yang bandel, 10) memoles barang-barang yang kusam, 11) mengurangi nyamuk/ serangga.

Beberapa manfaat eco enzim untuk pertanian antara lain sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami untuk tanaman dan menurunkan efek rumah kaca. Cara pengaplikasian eco enzim pada lahan sawah sebagai pupuk yaitu dengan menumpahkan eco enzim ke pengairan sawah. Cara pengaplikasian eco enzim untuk membasmi pestisida adalah dengan cara menambahkan 1 tutup botol ke dalam air kemudian sayuran dibersihkan dan direndam dengan sempurna, setelah 45 menit baru diangkat. Cara membuat eco enzim yaitu dengan mencampurkan 1 bagian gula/ molases, 3 bagian sampah organik dan 10 bagian air jernih. Campuran tersebut didiamkan selama 3 bulan di wadah plastik kedap udara. Jika pH sudah dibawah 4,0 berarti eco enzim sudah siap dipanen. Sebelum digunakan, disaring terlebih dahulu.

Eco enzim juga bisa dijadikan kompos dengan bahan-bahan: 1) kohe ayam 10 karung, 2) daun gamal 3 karung, 3) daun rumput bunga putih/cromolema 3 karung, 4) batang pisang 1 karung, 5) sekam padi 5 karung, 6) eco enzim murni 1 botol, 7) molase 1 botol dan 8) air. Alat yang digunakan yaitu sekop 2 buah, ember 2 buah, terpal 4x6 1 buah dan gembor 1 buah. Cara pembuatannya dengan mencacah semua bahan dan dicampurkan dengan dedak halus 10 kg. Air 10 liter dicampur dengan molase 4 sendok, EM4 2 tutup dan EE murni 2 tutup, aduk hingga rata kemudian siram menggunakan gempor ke campuran tadi. Campuran tersebut tidak boleh terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sesudah itu bahan campuran dibuat segi empat dengan tinggi 40 cm lalu ditaburi dedak halus di atasnya dan ditutup rapat untuk fermentasi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu terpal dibuka dan didinginkan selama 1 hari lalu bisa digunakan sebagai media tanam. Tanda bokasi siap digunakan yaitu tidak berbau dan muncul jamur putih di atasnya serta warna kecoklatan.

       Eco enzim digunakan sebagai pembersih air dengan perbandingannya 1:1000 tergantung dengan volume airnya, didiamkan semalaman maka akan hilang baunya. Boleh menggunakan selang, yang terpenting tidak masuk udara. Eco enzim murni disemprotkan ke tanaman yang terendam banjir 3 bulan dapat membuat tanaman tumbuh normal kembali. Jangan ragu untuk menggunakan eco enzim. dalam kondisi bencana. Eco enzim juga bisa dimanfaatkan untuk kesehatan dan kecantikan. Eco enzim ini tidak membutuhkan banyak modal, karena bahan-bahannya bisa dengan mudah didapat secara gratis kecuali gula merah/molase yang digunakan.  Hidroponik butuh unsur hara yang lengkap, eco enzim tidak bisa menggantikan unsur hara yang dibutuhkan,bisa ditambahkan untuk melengkapi AB mix namun tidak bisa menggantikan 100%. Cara untuk menjernihkan air Danau Toba yang tercemar agar kembali jernih seperti semula dengan menggalang komunitas di masyarakat sekitar danau toba untuk membuat eco enzim agar bisa dituang ke dalam danau, tidak bisa hanya mengandalkan 1 orang saja dalam pembuatan eco enzimnya.  Eco enzim yang difermentasi lebih lama lebih baik kualitasnya , jika dipanen dalam waktu 7-12 hari, enzimnya belum terbentuk.

Mengenal Rumput Pakchong, Pakan Hijauan Unggulan Ternak Sapi

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

 

Bagi ternak ruminansia seperti sapi, hijauan merupakan pakan utama. Secara prosentase, lebih dari 70 persen total ransum dikonsumsi ternak ini dalam bentuk hijauan disamping konsentrat. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pakan hijauan diperlukan ternak agar bisa berproduksi dan berkembang biak dengan baik. Kebutuhan akan hijauan semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya populasi dan berat badan sapi. Sedangkan ketersediaan hijauan di lapangan sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim hujan, ketersediaannya melimpah. Sebaliknya pada musim kemarau, ketersediaannya jauh menurun, bahkan pada wilayah tertentu tidak tersedia sama sekali. Untuk itu perlu disiasati agar pakan hijauan ternak tetap terjamin ketersediaannya sepanjang waktu, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dan salah satu sumber pakan hijauan adalah rerumputan.

Rerumputan sebagai sumber serat dan sumber energi bagi sapi, merupakan sumber serat kasar yang berperan dalam menjaga kesehatan dan fungsi rumen. Keberadaan serat di dalam pakan hijauan (selulosa dan hemiselulosa) menjadikan sumber energi bagi mikroba rumen. Hijauan Pakan Ternak yang sudah umum dikembangkan para peternak saat ini diantaranya rumput raja, rumput gajah, rumput setaria, rumput odot dan lainnya.

Namun belakangan ini ada jenis rumput yang unggul dan sedang dikembangkan para peternak khususnya di Pulau Jawa yaitu Rumput Napier Pakchong yang berasal dari Thailand. Disamping berkualitas baik, produksi  Rumput Pakchong ini sangat tinggi dibandingkan jenis rumput lainnya yakni dapat berproduksi hingga 1.500 ton / ha / tahun. Hal tersebut tentu saja jauh diatas produksi rumput yang ada saat ini. Rumput Pakchong merupakan persilangan Rumput Pennisetum Purpureum (Rumput Gajah) dengan Pennisetum Glaucum yang dikembangkan oleh Prof. Krailas Kiyotong di daerah Pak Chong Thailand. Persilangan tersebut menghasilkan rumput yang memiliki pertumbuhan sangat cepat.

Rumput Pakchong disamping produktivitasnya yang sangat tinggi juga memiliki kadar Protein Kasar yang tinggi. Protein kasar ini sangat penting bagi hewan ternak untuk produksi daging maupun susu. Rumput Pakchong juga tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat ditanam di berbagai daerah yang kondisi alamnya berbeda beda. Cara menanam rumput Pakchong ini juga mudah. Cukup menggunakan stek sepanjang 2 sampai 3 ruas dengan sistem tanam seperti menanam singkong.

         Berikut ini penjelasan secara lebih lengkap keunggulan dari rumput pakchong sebagai pakan ternak sapi : 1)  Rumput pakchong memiliki Kadar Protein yang tingi yaitu 16,45 %, yang artinya lebih tinggi dari rumput odot ( 11,6 % ), rumput  Taiwan ( 13 % ). Dari perbandingan tersebut dapat dipastikan hewan ternak akan terpenuhi nutrisinya dan lekas gemuk saat proses pemeliharaannya. Bahkan kadar protein yang tinggi pada rumput pakchong juga sangat penting bagi hewan ternak terutama bagi sapi perah untuk menghasilkan susu yang lebih banyak. Intinya, pakchong memiliki kandungan protein yang lebih banyak daripada rumput gajah lainnya ; 2) Disukai Hewan Ternak. Rumput pakchong ini dapat tumbuh hingga mencapai 5 meter. Daun dan batangnya tidak ditumbuhi bulu sehingga sangat disukai oleh hewan ternak. Ini karena daun yang ditumbuhi bulu halus biasanya membuat gatal ketika dimakan; 3) Produktivitas Rumput Pakchong paling tinggi diantara rumput yang dikenal para peternak selama ini yaitu bisa mencapai 1.500 ton / ha / tahun, sedangkan rumput odot hanya mampu berproduksi 350 ton  / ha / tahun dan rumput Taiwan sekitar 400 ton / ha / tahun; 4) Walaupun secara saintik rumput Pakchong memiliki jenis spesies yang sama dengan napier India dan napier Taiwan tetapi diantara ketiga jenis tersebut, napier Pakchong dianggap oleh para peternak sebagai jenis yang paling mampu untuk menghasilkan pangan secara langsung bagi ternaknya; 5) Ciri khas rumput Pakchong adalah umur yang panjang dimana pertumbuhannya bisa mencapai usia 9 tahun dan bisa dipanen setiap 40 sampai 50 hari. Rumput ini hanya perlu disiram satu minggu sekali pada saat musim hujan. Selain itu rumput Pakchong ini tidak mempunyai duri sehingga selain memudahkan ternak untuk mengkonsumsinya juga dapat memudahkan para peternak saat pemanenan. Demikianlah sekilas informasi tentang keunggulan Rumput Pakchong yang perlu kita ketahui, semoga berguna bagi peternak khususnya peternak sapi.

Mengenal Implementasi Pertanian Cerdas Iklim

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

 

Dunia pertanian saat ini dihadapkan pada tantangan perubahan iklim. Kunci pentingnya adalah bagaimana mengubah strategi pembangunan pertanian dengan mengembangkan riset yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim, pemanasan global, dan krisis air. Perubahan iklim global yang ekstrim belakangan ini mempengaruhi kegiatan budidaya, teknologi dan hasil pertanian dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan pertanian. Tujuan pembangunan pertanian untuk menyediakan pangan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia dan meningkatkan pendapatan petani dapat terganggu akibat adanya perubahan iklim global.

Perubahan iklim meningkatkan suhu udara, naiknya permukaan air laut serta perubahan pola musim hujan dan kemarau yang tidak menentu mengakibatkan terjadinya degradasi sumber daya lahan dan air, bencana banjir dan kekeringan serta meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman.  Dampak perubahan iklim global jika dibiarkan akan berpotensi mengancam penurunan produktivitas, produksi, mutu hasil pertanian, serta menurunnya efesiensi dan efektifitas distribusi pangan kususnya padi.  Selain itu perubahan iklim global juga menyebabkan rentannya ketahanan pangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan sosial dan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat

Guna mengantisipasi dampak perubahan iklim, Kementerian Pertanian melakukan kegiatan Pertanian Cerdas Iklim, atau biasa disebut dengan Climate Smart Agricultural (CSA).  Tiga hal utama yang menjadi sasaran pencapaian melalui CSA yaitu: (1) Peningkatan Intensitas Pertanaman, produktivitas dan pendapatan sektor pertanian, (2) Mengadaptasi dan membangun ketangguhan terhadap perubahan iklim, dan (3) Sedapat mungkin mengurangi dan atau meniadakan emisi Gas Rumah Kaca.

CSA pada prinsipnya merupakan pendekatan pengembangan strategi pertanian untuk mengamankan ketahanan pangan berkelanjutan dalam menghadapi kondisi perubahan iklim.  Pertanian Cerdas Iklim menjadi kunci utama dalam peningkatan produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim.  Penggunaan pestisida nabati, varietas padi unggul rendah emisi, teknik pengairan hemat air, jajar legowo, pemupukan berimbang dan penggunaan bahan organik diharapkan berkontribusi dalam peningkatan produktivitas dan indek pertanaman baik padi/non padi. Dalam hal ini peran Penyuluh di lapangan sangat penting dalam mengawal program CSA dalam peningkatan produktivitas.

Implementasi CSA khususnya pada komoditi padi dan komoditas lainnya yang bernilai ekonomi tinggi dilakukan melalui:

  1. Penggunaan bahan organik melalui pupuk organik dan pestisida nabati. penggunaan pupuk unorganik dan pestisida yang kurang bijaksana dapat menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis. Selain itu, harga yang tinggi sehingga sulit dijangkau oleh petani. Oleh karena itu, penggunaan pupuk organik dan pengendalian secara alami menggunakan pestisida nabati yang ramah lingkungan perlu ditingkatkan. Pembuatan pupuk organik dapat menggunakan sumber-sumber bahan organik di sekitar lahan pertanian diantaranya limbah pertanian seperti jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua bagisan vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa; Limbah kotoran ternak padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas; Pupuk hijau seperti mukuna, turi, lamtoro, sentrosema, albisia, tanaman LiarKi pahit, kirinyuh, Mimosa sp ; tanaman air seperti Azolla, enceng gondok, gulma air , limbah industri seperti sebuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan.
  2. Pemupukan berimbang melalui penerapan perangkat uji tanah sawah (PUTS) ataupun perangkat uji tanah rawa (PUTR) untuk menentukan dosis pupuk dasar (pupuk P, N, dan K).  Perangkat ini dilakukan agar diperoleh rekomendasi pupuk yang berimbang sesuai dengan keperluan secara mudah, cepat dan
  3. Penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu (melakukan uji benih). Varietas unggul bersertifikat yang rendah emisi untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan potensi atau daya hasil tanaman, ketahanannya terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT), serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan spesifikBenih padi unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim diantaranya: varietas rendah emisi (Ciherang, Inpari-13,Way Apoburu dan Mekongga).
  4. Penerapan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu untuk preventif. Pengendalian secara alami menggunakan pestisidayang ramah lingkungan perlu ditingkatkan.  Penggunaan Pestisida perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan gangguan keseimbangan ekologis

 

Sumber:

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2022. Pedoman Pelaksanaan Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) Tahun 2022, Jakarta

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2022. Juknis Penerapan Teknologi CSA Tahun 2022. Jakarta.

Teknis Budidaya Pisang yang Baik

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

r

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Rasanya yang manis dengan tekstur yang empuk membuatnya sangat digemari masyarakat. Indonesia adalah negara penghasil buah pisang terbesar di Asia. Produksinya mencapai lebih dari 50% produksi pisang negara-negara Asia dengan lebih dari 200 jenis pisang yang tersebar di Indonesia. Pisang juga bermanfaat untuk kesehatan dan mempunyai manfaat ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan memenuhi permintaan ekspor, maka perlu dilakukan pengembangan budidaya pisang yang berkualitas.

Sebelum mengetahui cara budidaya pisang, terlebih dahulu harus diketahui syarat tumbuh tanaman pisang antara lain: 1) Setiap rumpun paling banyak 2-3 pohon; 2) Kemiringan lahan maksimum 45 derajat, lahan harus diteras, penguat teras harus dipelihara dengan baik dan bahan mulsa (sisa dedaunan) dikumpulkan di bawah pohon pisang; 3) Bila kesuburan tanah rendah, dilakukan pemupukan kompos secukupnya atau dengan pupuk buatan. yaitu pupuk ZA 200 g/tanaman/tahun, pupuk TSP 100 g/tanaman/tahun, pupuk KCl 150 g/tanaman/tahun.

 

Persiapan lahan

Lahan harus bebas dari alang-alang, selanjutnya pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 60 x 60 x 50 cm dengan jarak antar lubang tanam 3-4 m. Setiap lubang diisi pupuk kandang atau kompos.

 

Seleksi dan penanaman bibit

Bibit yang digunakan berasal dari anakan tanaman pisang yang berkualitas  yang dihasilkan dari metode bit (bonggol). Bibit didederkan pada media tanah campur pasir (1:1). Setelah satu minggu, bibit mulai berakar dan dipindahkan ke polybag. Setelah 2 (dua) bulan kemudian bibit siap dipindahkan ke lahan. Bibit ditanam dalam setiap lubang sebanyak 1 bibit. Penanaman bibit sebaiknya dilaksanakan pada awal musim hujan,

 

Pemupukan

Sebulan setelah ditanam, dipupuk dengan campuran 250 gr ZA, 100 gr DS dan 150 gr ZK per tanaman. Pemupukan tersebut diulang setiap tiga bulan sekali. Pupuk dibenamkan melingkar di sekeliling tanaman.

 

Penjarangan tanaman

Penjarangan anakan ditujukan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan sehingga tanaman dapat menghasilkan tandan yang lebih besar dan berkualitas baik dengan cara memilih anakan pedang. Untuk anakan kedua yang dipelihara berasal dari anakan pertama, dan anakan ketiga berasal dari anakan kedua. Pemeliharaan anakan sebaiknya dimulai setelah induknya berumur 4-6 bulan. Pemeliharaan tanaman induk dengan ketiga anakannya sebaiknya merupakan bentuk melingkar.

 

Pemotongan jantung pisang

Setelah bunga terakhir pada jantung mekar yang ditandai dengan pertumbuhan buah yang kecil-kecil dan lambat, sisa jantung segera dipotong. Pemotongan jantung tersebut dapat meningkatkan produksi buah sekitar  2-5%.

 

Pemeliharaan

Penyakit layu pada pisang terdiri dari penyakit layu fusarium dan penyakit layu bakteri. Penyakit layu fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium oxysparum. Jamur penyebab penyakit ini hidup di dalam tanah, kemudian masuk ke akar, selanjutnya masuk ke bonggol dan jaringan pembuluh. Gejala penyakit ini, yakni sepanjang jaringan pembuluh pada batang semu berwarna coklat kemerahan. Selain itu, daun akan menguning dan menjadi layu, tangkainya menjadi terkulai dan patah, lapisan luar batang semu terbelah dari bawah ke atas. Ciri khasnya ialah jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis coklat atau hitam dari bonggol ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal dan tangkai daun.

 

Penularan penyakit ini melalui bibit, tanah, dan air yang mengalir mengandung spora jamur. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum.

Bisa juga disebut penyakit dara karena bila akar tinggal/bonggol tanaman sakit dipotong maka keluar cairan kental yang berwarna kemerahan..

Penularan penyakit ini dapat terjadi karena bibit terinfeksi, serangga yang mengunjungi bunga, alat-alat pemangkasan dan kontak akar.

 

Pemanenan

Pada musim kemarau, buah pisang sudah bisa dipanen setelah 80 hari sejak keluarnya jantung, dan pada musim hujan setelah 120 hari.  Ciri-ciri buah pisang yang sudah bisa dipanen antara lain: 1) kulit buah menjadi lebih cerah, 2) bentuk buah lebih membulat tidak bersiku, 3) saat panen buah jangan sampai terjadi banyak luka pada kulit buah akibat benturan atau gesekan agar mutu dan penampakan buah tetap baik dan menarik.

 

Sumber: Disarikan dari berbagai sumber