Go Organic dengan PGPR

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

 

Apa itu PGPR?

PGPR merupakan singkatan dari Plant Growth Promoting Rhizobakteri atau bila diterjemahkan kurang lebih Rizobakteri Pemacu Pertumbuhan Tanaman, PGPR telah menjadi sesuatu yang sangat penting di seluruh dunia dan diakui menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan bagi dunia pertanian. PGPR dapat menjadi salah satu solusi ketergantungan terhadap produk pupuk kimia sintetis, sehingga dapat menjaga pertumbuhan pertanian secara berkesinambungan dan mendukung visi secara global mengenai pembangunan, perlindungan dan pelestarian lingkungan yang sudah terlanjur rusak oleh aplikasi pupuk kimia sintetis. Riset ilmiah yang melibatkan berbagai disiplin ilmu terus menerus dilakukan untuk lebih memahami penerapan PGPR, efek terhadap fisiologi dan pertumbuhan tanaman, mekanisme PGPR dalam menginduksi dan membantu sistem ketahanan tanaman terhadap penyakit, fungsi PGPR sebagai biokontrol terhadap pathogen yang merugikan tanaman, sebagai pupuk organik, dan menjadi alternatif alami untuk peningkatan produksi, pembentukan koloni rizosfera pada akar tanaman dan masih banyak lagi.

 

Promoting Rhizobakteri adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik. Bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya.

 

Akar adalah sumber kehidupan, disana terjadi pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll

 

PGPR1

 

Fungsi PGPR

Fungsi PGPR bagi tanaman yaitu mampu memacu pertumbuhan dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga. Fungsi lainnya yaitu sebagai tambahan bagi kompos dan mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri – bakteri yang menguntungkan seperti PGPR.

Mengutip artikel dari Plant Growth Promoting Rhizobacteria : Fundamentals and Aplications by Marcia do Vale BF, et al, terdapat beberapa manfaat dari PGPR ini, di antaranya :

  1. Meningkatkan nutrisi mineral terlarut dan pengikatan nitrogen, sehingga nutrisi dapat terserap oleh tanaman
  2. Menekan pertumbuhan patogen dalam tanah, (dengan salah satunya menghasilkan Hidrogen Sianida dan antibiotik), berfungsi sebagai biokontrol terhadap serangan patogen yang terdapat dalam tanah
  3. Meningkatkan daya tahan stress tanaman terhadap kekeringan, saliniti, dan racun-racun metal/logam
  4. Menghasilkan fitohormon seperti indole-3-acetic acid (lebih dikenal dengan istilah IAA), auksin, sitokinin, dan giberelin

Jadi secara garis besar, fungsi umum PGPR dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dibagi menjadi 3 bagian (Tenuta, 2006 ; Cattelan, et all, 1999, Kloepper, 1993)

  1. Sebagai pemacu atau perangsang pertumbuhan (biostimulants) dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai jenis zat pengatur tumbuh (fitohormon) seperti auksin, sitokinin, giberelin, dan etilen dalam lingkungan akar
  2. Sebagai penyedia unsur hara (biofertilizers) dengan mengikat nitrogen dari udara secara asimbiosis dan melarutkan unsur hara P yang terikat dalam tanah
  3. Sebagai pengndali patogen yang berasal dari tanah (bioprotectans) dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit anti patogen

Inokulasi benih

Ada banyak cara untuk menambah pertumbuhan tanaman. Salah satunya adalah dengan menginokulasikan agens hayati untuk membantu tanaman dalam memperoleh unsur – unsur hara yang dibutuhkan, misalnya untuk menambah nitrogen bisa diinokulasikan bakteri Rhizobium agar mampu memfiksasi nitrogen bebas. Cara inokulasi ini juga memungkinan untuk menambah manfaat nutrisi lainnya seperti menambah larutan phosphat, oksidasi belerang, melelehkan besi dan tembaga.

 

Kandungan phosphor sangat terbatas bagi pertumbuhan tanaman. Meskipun di alam jumlahnya melimpah, tetapi masih dalam bentuk batuan yang keras, sehingga manfaat bagi tanaman sangat terbatas. PGPR mampu berperan sebagai bakteri pelarut phosphate. Kelompok bakteri PGPR ini yaitu Bacillus, Rhizobium dan Pseudomonas.

 

Ada empat nutrisi utama yang dibutuhkan tanaman setelah N, P dan K adalah belerang (S). Unsur belerang juga tidak bisa langsung diserap oleh tanaman, tetapi harus melalui proses transformasi / oksidasi oleh bakteri sebelum diserap oleh tanaman. Kelompok bakteri yang mampu mengoksidasi belerang ini ialah kelompok bakteri yang hidup di tanah. Inokulasi pada benih tanaman yang membutuhkan unsur belerang tinggi, cukup berhasil menggunakan bakteri PGPR.

 

Kelebihan PGPR

Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan patogen.

 

 PGPR2 

 

Berikut kelebihan dari PGPR diantaranya :

-       Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang – kacangan

-       Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas

-       Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga

-       Memproduksi hormon tanaman

-       Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan

-       Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan

 

 

Tantangan PGPR

Ada beberapa kekurangan dalam produksi PGPR ini diantaranya :

-       Kekonsistenan pengaruh bakteri PGPR di laboratorium dengan di lapangan kadang – kadang berbeda.

-    Bakteri ini harus dapat diperbanyak dan diproduksi dalam bentuk yang optimum baik vialibilas maupun biologinya selama diaplikasikan di lapangan. Beberapa bakteri PGPR harus dilakukan re-inokulasi setelah   diaplikasikan di lapangan seperti Rhizobia.

-      Tantangan lainnya berkaitan dengan regulasi / kebijakan suatu negara. Di beberapa negara kontrol terhadap produksi agens antagonis ini sangat ketat. Walaupun produk tersebut tidak berefek negatif pada manusia.

       

Cara Membuat PGPR

Biang PGPR

Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga malam.

 

PGPR3 

 

Bahan:

-       20 liter air

-       ½ kg dedak/bekatul atau 1 liter leri (air cucian beras)

-       1 ons terasi

-       1 sdt kapur sirih

-       Molase/tetes tebu, air nira gula merah atau gula pasir 2 ons

 

Cara membuat:

-       Campur semua bahan, kemudian didihkan.

-       Setelah dingin, campurkan 1 liter “biang PGPR”. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua mingggu.

 

 PGPR4

 

Aplikasi PGPR

PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan; 200 cc PGPR untuk 14 Liter air. Benih yang direndam PGPR dapat merangsang pertumbuhan akar.

Catatan:
Bakteri PGPR adalah bakteri tanah yang masa hidupnya tidak panjang. Karena itu perlu mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih.

 

Adapun cara aplikasi PGPR adalah sebagai berikut:

PGPR Untuk perlakuan benih.

-       Benih yang dibeli dari toko dan diduga mengandung pestisida cuci dulu sampai bersih hingga 3 – 4 kali.

-       Rendam benih dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selama 10 menit hingga 8 jam tergantung jenis benihnya. Kemudian kering anginkan di tempat yang teduh sebelum dilakukan penanaman.

 

PGPR Untuk perlakuan bibit. 

-       Jika untuk perlakuan bibit dan stek atau biakan vegetatif lain tinggal direndam beberapa saat saja lalu langsung ditanam. Konsentrasi yang diperlukan adalah 10 ml per liter air.

 

PGPR Untuk perlakuan pada tanaman. 

-       Buat PGPR dengan konsentrasi 5 ml per liter air.

-       Untuk aplikasi pada tanaman semusim (cabe, terong, timun dll) siramkan 1 – 2 gelas aqua larutan tadi  ke daerah perakaran. Jika untuk tanaman tahunan jumlah larutan yang digunakan dapat diperkirakan sendiri sesuai dengan umur dan jenis tanaman, sebagai ukuran adalah siram daerah perakaran sampai basah.

 

PERBANYAKAN PGPR

Jenis Bakteri : Pseudomonas fluerescens dan Bacillus polimixa

Bahan :

-       Terasi                         100 gr

-       Kapur                         50 gr

-       Dedak halus             100 gr      

-       Air                               10 Lt

-       Gula pasir                  150 gr     

-       Biang (inokulum) PGPR

 

Cara :

-       Terasi, dedak halus, gula pasir, dan kapur direbus dalam air.

-       Setelah mendidih didinginkan dalam suhu kamar, kemudian disaring. 

-       Masukkan biang PGPR ke dalam air hasil saringan,

-       selanjutnya diinkubasikan selama 3 hari dan siap untuk diaplikasikan.

 

Aplikasi :

-       PGPR yang telah diinkubasi selama 3 hari, dapat diaplikasikan untuk tanaman.

-       Encerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 cc larutan PGPR dalam 20 liter air.

-       Hasil pengenceran dapat dikocorkan pada tanaman dengan  konsentrasi 200 cc per tanaman (umur 1 bulan setelah tanam atau 40 hari setelah tanam).

-       Aplikasi dianjurkan pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB atau pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB.

-       Untuk pembenihan, rendam terlebih dahulu bibit yang akan disemai dalam larutan PGPR selama 10 menit, kemudian disemai.

-       Sedangkan untuk bibit yang akan dipindah tanam, terlebih dahulu dicelupkan dalam larutan PGPR selama 10 menit, selanjutnya siap untuk ditanam.