Strategi Menurunkan Kadar Gas Rumah Kaca (GRK) Sebagai Dampak Kegiatan Pertanian

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada DIsperpa Kota Magelang

 

Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai penghasil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) diantaranya berasal dari kegiatan penggundulan hutan, degradasi lahan gambut, dan kebakaran hutan. Emisi GRK dari penggundulan hutan dan kebakaran hutan adalah paling besar jika dibanding dengan sektor non kehutanan. Emisi GRK dari sektor kehutanan, khususnya penggundulan hutan, menyumbang 83% dari emisi tahunan GRK Indonesia. Emisi GRK dari kegiatan pertanian sangat kecil dan kurang signifikan secara global. Emisi GRK dari kegiatan pertanian sebagian besar (70%) berasal dari produksi padi, terutama gas methana (CH4) dan nitrogen dioksida (N2O). Emisi GRK akan berdampak terhadap peningkatan suhu global yang selanjutnya berdampak buruk bagi sektor pertanian. Untuk menurunkan GRK telah dilakukan berbagai upaya diantaranya melalui berbagai kegiatan pertanian dan peternakan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertanian
1. Pengelolaan tanah

Dengan melakukan pengelolaan tanah yang baik tentunya dengan melakukan manajemen kesuburan tanah yang baik pula yaitu dengan cara penggunaan bahan organik (kompos) dan mengurangi penggunaan pupuk kimia sintesis seperti urea karena akan meningkatkan emisi N2O ke atmosfer. Penggunaan pupuk urea, meningkatkan emisi methan. Dalam jangka panjang dapat diupayakan penggunaan pupuk berbahan dasar ammonium seperti sulfic-amonium ((NH3)2 SO4) yang tetap dapat menjaga produktivitas tanaman namun rendah emisi methan.

2. Pengelolaan air

Pengelolaan air (watershed management) atau pengaturan irigasi (control irigation) berkaitan dengan budidaya padi yang berkontribusi pada emisi gas methan. Pengelolaan air atau pengaturan irigasi tentunya difokuskan pada proses penggenangan secara berkala dan terkendali sehingga air hanya mengalir dan tergenang pada saat tertentu saja.
3. Pemilihan varietas

Penggunaan varietas yang unggul dan adaptif terhadap praktek pertanian terpadu akan mengurangi input pupuk kimia dan aktivitas ini tentunya akan mengurangi emisi N2O dari pupuk kimia dengan tetap mempertahankan kualitas produk pertanian.
4. Pemanfaatan limbah pertanian

Limbah pertanian dihasilkan dari kegiatan budidaya (on farm) dan pengolahan hasil (off farm). Jika limbah dikelola dengan baik tentunya akan mengurangi emisi gas CH4, N2O, COx dan CO2. Selain itu limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, biogas, pupuk organik dan bahan bakar nabati (biomass).

5. Diversifikasi pangan

Keragaman bahan pangan akan memperkuat ketahanan pangan nasional. Keragaman pangan akan memberika efek positif pada pengurangan emisi GRK, karena penyediaan pangan tidak tergantung pada padi yang dalam budidaynya berkontribusi pada peningkatan emisi gas methan.

 

Peternakan
1. Inseminasi buatan dan pemuliaan galur

Dengan inseminasi buatan dan pemuliaan galur diharapkan dihasilkan ternak yang memiliki kualitas lebih baik dari sebelumnya yaitu lebih tahan penyakit, kemampuan reproduksi yang baik. Ternak yang berkualitas baik akan meningkatkan produksi sehingga secara tidak langsung mengurangi emisi gas methan.

2. Pemanfaatan kotoran ternak

Kotoran ternak yang dikelola dengan baik akan menghasilkan biogas atau pupuk organik yang selanjutnya akan mengurangi emisi gas methan

Berdasarkan data dari ADB-GEF-UNDP (1998), kegiatan pertanian (budidaya padi dan ternak) yang berpeluang menurunkan emisi GRK dapat dilihat pada data berikut:
Kegiatan budidaya padi:

1. Tanpa olah tanah : menurunkan gas methan sebesar 10,8 Gg

2. Substitusi urea tabur dg sulficsulfunic : menurunkan gas methan sebesar 10 Gg

3. Substitusi urea tabur dgn urea tablet : menurunkan gas methan sebesar 18 Gg

4. Pembibitan langsung : menurunkan gas methan sebesar 37 Gg

5. Pengaturan irigasi : menurunkan gas methan sebesar 55,5 Gg

6. Substitusi varietas dgn IR4 : menurunkan gas methan sebesar 90 Gg

Kegiatan peternakan:

1. Pemberian mineral : menurunkan gas methan sebesar 40 Gg

2. Penggunaan pakan : menurunkan gas methan sebesar 30 Gg

3. Pembangunan biogas : menurunkan gas methan sebesar 70 Gg

4. Inseminasi buatan : menurunkan gas methan sebesar 15 Gg

5. Modifikasi rumen : menurunkan gas methan sebesar 25 Gg

6. Peningkatan daya cerna : menurunkan gas methan sebesar 15 Gg

Pengurangan emisi gas methan dari sektor pertanian harus menjadi prioritas uttama. Berdasrkan hasil inventarisasi GRK, pada tahun 1990 emisi gas methan dari sektor pertanian yang meliputi CH4, N2O, NOx dan CO2 mencapai 71.137,92 Gg atau mencapai 94,4% dari seluruh emisi GRK sektor pertanian.

 

Pustaka

Badan Litbang Pertanian, 2009, Pengembangan Inovasi Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.