Kota Magelang Panen Raya Padi Inpago Unsoed-1

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

 

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya pada Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang

ppl

Sumber Gambar: dokumen pribadi

 

Magelang- Walikota Magelang, Ir. Sigit Widyonindito, MT bersama Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) Kota Magelang melakukan Panen Raya padi Inpago Unsoed-1 di lahan sawah Tidar Utara, Magelang Selatan-Kota Magelang pada 7 Oktober 2017 lalu. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Ir. Sri Retno Murtiningsih dan Prof. Ir. Totok Agung, PhD, pemulia varietas padi tersebut serta perwakilan petani di Kota Magelang.

Wali Kota Sigit Widyonindito menyambut positif kegiatan panen raya Padi Inpago Unsoed-1 oleh perwakilan petani. Kegiatan ini menurut Sigit dapat menjadi contoh bagi stakeholder dalam upaya peningkatan produktivitas lahan sawah dan memotivasi petani untuk berbuat lebih baik bagi usahataninya. "Ini menginspirasi kita, dengan lahan yang sempit hanya tersisa 208 ha sawah, Kota Magelang masih bisa memaksimalkan potensinya dengan memanfaatkan varietas unggul baru yang lebih menghasilkan. Lahan pertanian yang ada di kota kita ini juga dapat berkontribusi terhadap produksi pangan secara regional dan nasional," ujarnya.

Seperti diketahui, tahun 2017, target produksi padi sawah di Kota Magelang sekitar 3.171,44 ton GKP per hektare dengan total luas panenan sekitar 534 hektare per tahun. Pada umumnya, produktivitas pertanian padi di daerah dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu, sekitar 5,96 ton GKP per hektare.

 Dari panen ubinan padi aromatik varietas Inpago Unsoed-1 diperoleh hasil rata-rata 8-9 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Menurut Prof. Ir. Totok Agung, PhD, yang juga guru besar Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto itu mengatakan varietas Aromatik Unsoed-1 merupakan persilangan padi gogo dan mentik wangi, cocok ditanam di lahan kering atau tanpa irigasi. Varietas itu, tambahnya, tahan terhadap penyakit blas dan relatif tahan terhadap serangan wereng batang cokelat, sedangkan nasinya pulen dengan aroma wangi.

Sejak 2012, varietas tersebut mulai dikenalkan kepada para petani di berbagai daerah di Indonesia. Hingga saat ini, para petani Indonesia yang membudidayakan varietas tersebut, antara lain di Kota Magelang, Purbalingga, Cilacap, Purworejo (Jateng), Sukabumi (Jawa Barat), Minahasa Selatan (Sulawesi Utara), Halmahera dan Tidore (Maluku Utara), Banyuasin (Sumatera Selatan), Dharmasraya (Sumatera Barat), Merauke dan Pegunungan Bintang (Papua), Lombok Timur (Nusa Tenggara Barat), dan Bali.

"Setidaknya sudah menjangkau 21 provinsi di Indonesia, masih terus diperkenalkan kepada petani. Nasinya pulen. Minat petani untuk menanamnya cukup bagus karena padi unggul," ujarnya.

Ia mengakui masih adanya kelemahan varietas tersebut, yakni tanaman mudah roboh jika terkena angin. Namun menurutnya varietas yang membutuhkan masa tanam antara 108-116 hari itu, akan menghasilkan panenan yang lebih optimal jika pengolahannya di sawah dengan pengurangan air dan pupuk. "Kalau dikurangi air di sawah dan pupuk dikurangi hasilnya bagus," kata Totok yang juga alumni SMA Negeri 1 Kota Magelang itu.

 Ditambahkan oleh Among Wibowo, SP, MMA, Penyuluh Pertanian Madya Dinas Pertanian dan Pangan Pemerintah Kota Magelang Kota Magelang, demo farm padi Inpago Unsoed-1 ini dilaksanakan oleh para petani di 3 lokasi Kelurahan Cacaban, Tidar Utara danKramat Selatan dengan total luasan sekitar 17 ha. (among_wibowo)