SLPHT (Sekolah Lapang Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman) Cara Ampuh Hipnotis Petani
Dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas tanaman pangan, khususnya padi, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang melaksanakan kegiatan Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan dalam bentuk Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT).
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sistem perlindungan tanaman yang erat kaitannya dengan usaha pengamanan produksi mulai dari pra-tanam, pertanaman, sampai pasca panen, seperti pengolahan lahan, penentuan varietas, penggunaan benih unggul, penentuan waktu tanam, pemupukan berimbang yang tepat, pengaturan pengairan, dan tehknik budidaya lainnya. Pada prinsipnya, penerapan PHT merupakan pengelolaan agroekosistem secara keseluruhan, sehingga dinamika dan variasi keadaan agroekosistem sangat mempengaruhi komposisi pengendalian OPT yang harus dilakukan.
Tujuan dari pelaksanaan SLPHT ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan petani tentang pengendalian hama terpadu.
2. Meningkatkan kemauan petani dalam mengendalikan hama secara kelompok.
3. Meningkatkan ketrampilan petani dalam pengendalian hama terpadu.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
SLPHT tahun 2017 ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ngudi Makmur IV Kampung Sanden, Kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang selama 12 kali pertemuan (12 minggu) mulai Agustus hingga November 2017.
Lokasi ini dipilih karena bertepatan dengan akan diolahnya lahan, sehingga dari awal dapat diarahkan untuk mengolah lahan hingga panen sesuai anjuran.
Materi
Materi yang disampaikan pada SLPHT antara lain :
Minggu 1 : Pre-test, kesepakatan belajar, pembentukan kelompok, Pengenalan PHT
Minggu 2 : Pengenalan Ekosistem Umum, Agroekosistem Dasar, Pembuatan Petak Petani dan Petak PHT
Minggu 3 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : Akar dan Jaringan Pengangkut Tanaman
Minggu 4 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : Pengenalan Musuh Alam
Minggu 5 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : Hama Penyakit
Minggu 6 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : Simulasi perhitungan populasi tikus sawah yang akan muncul jika segera tidak ditagani
Minggu 7 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : pengenalan agensi hayati
Minggu 8 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : pengenalan pestisida hayati
Minggu 9 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : pengenalan Mikro Organisme Lokal (MOL)
Minggu 10 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : Pembuatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Minggu 11 : Pengamatan Mingguan, presentasi dan diskusi kelompok, Topik Khusus : (Analisa Usaha Tani PHT vs Tanpa PHT)
Minggu 12 : Post-test, analisa perbandingan hasil Petak PHT dan Petak Petani
Lahan pengamatan dibagi menjadi 2 : yaitu lahan PHT dan lahan petani. Lahan PHT merupakan lahan yang dilakukan perlakuan mulai dari pengolahan lahan dengan pupuk berimbang, jarak tanam Jajar Legowo 2 : 1. Sedangkan lahan petani adalah lahan yang ditanami oleh petani dengan cara mereka biasa bertanam (dapat dikatakan konvensional). Kedua lahan dibagi menjadi 5 petak. 5 petak PHT dan 5 petak petani untuk diamati masing-masing kelompok : 2 petak (1 PHT dan 1 petani).
Pengamatan dilakukan setiap minggu untuk selain mengetahui pertumbungan dan perkembangan tanaman, juga untuk mengamati adanya hama dan penyakit tanaman yang ada pada lahan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan, perserta yang terbagi dalam 5 kelompok berdiskusi dan merangkum hasil pengamatan untuk dipr4esentasikan. Setiap minggu dalam satu kelompok peserta bergantian untuk mempresentasikan hasil pengamatannya. Hal ini bertujuan untuk melatih rasa percaya diri tiap peserta dan melatih agar bisa menjadi guru bagi yang lain.
Dengan mengikuti program ini, petani mau tidak mau harus menerapkan apa saja yang dianjurkan oleh Pemerintah, baik dari pengolahan lahan, pemupukan, perawatan tanaman, pengendalian hama penyakit tanaman, hingga panen dan pasca panen. Dengan ini petani bisa membuktikan bahwa jika mengikuti anjuran pemerintah hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan cara konvensional yang biasa petani terapkan.
Dengan sama-sama menggunakan varietas INPAGO UNSOED-1, dari hasil ubinan untuk petak SLPTH diperoleh produktivitas 7.8 ton/Ha. Sedangkan untuk petak petani 6.8 ton/Ha. Ada selisih 1 ton/Ha. Itupun dengan perlakuan pengamatan hama dan penyakit yang sama dikedua petak. Dengan pembuktian seperti ini, petani akan menerapkan anjuran-anjuran dari Dinas pada penanaman selanjutnya.