KEMENTAN TANTANG KOTA MAGELANG HASILKAN PRODUK FLORIKULTURA KUALITAS EKSPOR
Kota Magelang boleh mengklaim sebagai kota sejuta bunga kini menghadapi tantangan untuk dapat menghasilkan produk florikultura, baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Tidak tanggung-tanggung, yang memberikan tantangan adalah Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Dr. Ir. Sarwo Edi Wibowo, MP saat hadir dalam pembukaan Agri-Flori Expo 2018 hari Jumat, 14 September 2018 di Gedung Ahmad Yani Magelang.
Kementan sejauh ini mendorong setiap daerah untuk mampu menghasilkan produk buah dan florikultura (tanaman berbunga dan hias) yang dapat diekspor. Sebab, pasar luar negeri masih sangat potensial untuk dijelajahi. Ia pun mengajak Pemkot Magelang untuk mulai menghasilkan produk florikultura berkualitas sebagai komoditas ekspor. “Kementan sangat berharap Pemkot Magelang melalui Dinas Pertanian dan Pangan mampu menghasilkan produk florikultura. Apalagi Kota Magelang memiliki roadmap menjadi Kota Sejuta Bunga yang idealnya memiliki basis produksi berbagai jenis bunga yang spesifik,” katanya.
Dalam kesempatan itu Sarwo mencontohkan kelompok tani di Slawi, KabupatenTegal, setiap harinya mampu memproduksi 30 kg bunga melati dengan luasan lahan 1.500 m2. Sebanyak 20 kg di antaranya diambil eksportir untuk diekspor bersama hasil produksi dari kelompok lain. Itu baru satu kelompok petani saja,” tuturnya.
Ditambahkannya, Kementerian Pertanian memiliki program pengembangan kawasan buah dan florikultura yang bisa dimanfaatkan daerah-daerah. Termasuk Kota Magelang, yang dilihatnya malah belum mengajukan usulan bantuan ke pihaknya. Padahal, Kementerian Pertanian siap membantu kelompok tani di daerah-daerah dari berbagai aspek mulai bibit, pupuk, hingga pasar.
Dia juga menyampaikan bahwa saat ini negara tujuan ekspor komoditas florikultura mayoritas masih di ASEAN dan sebagian Asia. Namun tidak sedikit pula yang sampai ke Belanda, Amerika Serikat, dan Australia dengan berbagai jenis tanaman berbunga dan hias. Dan yang tak kalah menggembirakan pasar lokal pun masih tetap potensial, seperti Jakarta dan Bandung.
Sementara itu menanggapi tantangan dari Kementerian Pertanian, Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito mengaku, inspirasi dan tantangan dari Kementerian Pertanian harus ditangkap. Bahkan ia memiliki angan-angan Kota Magelang seperti Kota Tomohon, Sulawesi Utara, yang berhasil mengembangkan florikultura. “Usulan Pak Direktur (Sarwo Edi Wibowo, red) itu bagus, harus ditangkap. Hal ini sejalan dengan ikon yang kita miliki, yakni Kota Sejuta Bunga,” ungkapnya.
Sigit mengakui bahwa slogan Kota Sejuta Bunga saat ini justru ditangkap daerah sebelah (Kabupaten Magelang, red) dengan munculnya beberapa taman bunga masyarakat, seperti taman bunga matahari dan celosia. Bahkan, mampu menjadi destinasi wisata baru yang dengan cepat populer di masyarakat. “Saya justru bangga dengan adanya taman bunga itu. Slogan Kota Sejuta Bunga itu bukan hanya untuk Kota Magelang saja, tapi Magelang secara keseluruhan (Magelang Raya),” lanjutnya.
Khusus untuk Kota Magelang menurut Sigit perlu terus berinovasi untuk mengembangkan konsep pertanian perkotaan (urban farming) yang memanfaatkan pekarangan rumah. Termasuk mengembangkan kampung bunga dan kampung organik di setiap kelurahan di Kota Magelang. (among, red)