Liputan Khusus : Aloe vera Kota Magelang, Studi Tiru Goes to Batu-Jawa Timur

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang memperkuat branding komoditas Aloe vera di Kota Magelang. Setelah beberapa waktu lalu menggelar pelatihan Aloe vera selama 3 hari di Aula Disperpa, minggu kemarin (12-15 Maret 2019), sejumlah 40 orang penggiat Aloe vera angkatan IV dari 3 kecamatan di Kota Magelang mengikuti kunjungan dan pelatihan studi tiru ke binaan Dinas Pertanian Kota Batu Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan yang didanai dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tersebut merupakan hasil Musrenbang Kota Magelang dan Pokok-Pokok Pikiran Komisi B DPRD Kota Magelang. Rombongan yang dipimpin Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto itu disambut langsung oleh Kepala Dinas Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono didampingi para Kepala Bidang lingkup Dinas Pertanian Kota Batu.

Pertemuan pembuka diawali dengan ramah tamah, saling tukar cinderamata dan sharing informasi kedinasan mengenai potensi dan strategi pembangunan pertanian di masing-masing Kota, Batu dan Magelang. Terkait studi tiru, Dinas Pertanian Kota Batu sangat mendukung terjalinnya sinergi dan kerjasama di sektor pertanian antara Kota Magelang dan Kota Batu. Sugeng menyampaikan bahwa strategi pengembangan sektor pertanian di Kota Batu berorientasi klaster (pengelompokan) dan berwawasan wisata. Dicontohkannya, di wilayahnya sudah terdapat kampung padi, kampung anggrek, kampung aloe vera dan masih banyak lainnya. “Semuanya selain berorientasi klaster juga berwawasan wisata, untuk mendukung tagline Kota Wisata Batu,”imbuhnya.

Sementara itu Agus Dwi Windarto mewakili Kadisperpa Kota Magelang sangat mengharapkan peserta dapat menimba ilmu dan praktek budidaya maupun olahan Aloe vera sebanyak mungkin untuk memperkuat branding Aloe vera sebagai idola baru di Kota Magelang. “Kami merasa bersyukur bila nantinya sebagian peserta juga dapat menghasilkan produk olahan Aloe vera sebagai oleh-oleh khas Magelang yang baru,”tambahnya.

Dalam studi tiru ini peserta mendapatkan kesempatan pertama untuk mengunjungi kebun budidaya Aloe vera milik Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Anggalesta di Kelurahan Ngaglik. Di lokasi kebun seluas 0,5 ha tersebut peserta mendalami materi budidaya Aloe vera, permasalahan dan prospek pemasarannya langsung dari narasumber yang sekaligus Ketua Gapoktan, Ali Aji.

Menurut Ali Aji, di Gapoktannya terdapat 6 lokasi budidaya di lahan dan sejumlah lokasi budidaya di polibag. Gapoktan Anggalesta terdiri dari 6 poktan, tetapi yang fokus pada pengembangan komoditas Aloe vera hanya Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Rejeki. KWT Sri Rejeki ini sudah banyak menghasilkan produk olahan berbahan dasar Aloe vera. Tercatat tidak kurang dari 12 jenis olahan yang sudah dihasilkan. “Kesemuanya sudah dipasarkan secara komersial di Pusat Oleh-Oleh maupun pemasaran online,”tandasnya.

Sementara itu Ketua KWT Sri Rejeki, Sumarmi yang juga sebagai narasumber kegiatan ini membenarkan bahwa kelompoknya yang terdiri dari 30an orang anggota itu sudah eksis sejak 2011 dengan banyak produk. Menurut Sumarmi, yang juga akrab dipanggil dengan Bu Mamik itu, resep keberhasilan dan kontinyuitas usaha bersama anggotanya adalah pada pembagian tugas. Setiap anggota tidak ada yang nganggur, semua mempunyai tugas memproduksi 1-2 produk olahan dan tidak sama satu dengan lainnya. “Resep lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah gunakan modal sendiri dan upayakan produk segera memperoleh perijinan (P-IRT) dari instansi terkait,” imbuhnya.

Di penghujung kegiatan, peserta mengikuti praktek pembuatan 3 jenis olahan yaitu stick, nata dan instan Aloe vera. Selama 3 jam, peserta yang terbagi menjadi 3 kelompok itu melaksanakan praktek pembuatan olahan Aloe vera. Hasil praktek dicicipi bersama-sama sehingga masing-masing kelompok dapat mengukur keberhasilannya dalam menyerap ilmu dan ketrampilan dari narasumber.

Sejumlah peserta menyatakan kepuasannya setelah mengikuti kegiatan praktek ini, karena wawasan dan ketrampilan dalam membuat olahan Aloe vera meningkat. Salah satu peserta, Suwartomo mengatakan ada pengalaman baru yang belum pernah dia dapatkan dari pelatihan di tempat lain. Harapan dia selain dapat mengembangkan komoditas Aloe vera secara komersial di Kota Magelang juga menambah persaudaraan dan jejaring sesama penggiat komoditas Aloe vera. “ Ya, harapannya kita semua sebagai peserta ini dapat bekerjasama dan dapat manfaat ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Magelang,”ujarnya.

 

Peserta lainnya,Cory Febri, atau akrab dipanggil mbak Cory ini sehari-harinya sudah dapat menghasilkan sejumlah produk antara lain stik dan nata punya kesan lain. “Saya berangkat ke Batu dengan satu tujuan, belajar bagaimana caranya membuat instan Aloe vera. Sepertinya itu sangat prospek untuk dikomersialkan di Kota Magelang. Mudah-mudahan bisa sukses seperti harapan saya,”katanya sambil bersemangat. (among_wibowo,red)