Antisipasi Dampak Musim Kemarau Panjang, Disperpa Kota Magelang Rakor Intensifikasi Padi dan Palawija
MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang selasa (02/07) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Pengembangan Intensifikasi Padi dan Palawija di aula Disperpa. Rakor dihadiri Narasumber KTNA Provinsi Jawa Tengah, Penyuluh Pertanian Kota Magelang dan sekitar 30 orang pengurus kelompok tani (poktan) se-Kota Magelang. Agenda Rakor membahas intensifikasi padi dan palawija serta pengaturan pola tanam dan tata kelola air irigasi sebagai antisipasi terhadap datangnya musim kemarau panjang tahun ini sebagai dampak perubahan iklim.
Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pengarahannya yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura,Ahmad Sholikhun menyatakan pentingnya untuk mengintensifkan lahan pertanian di Kota Magelang mengingat semakin sempitnya lahan sawah produktif. Menurutnya pemilihan jenis tanaman perlu disesuaikan dengan ketersediaan air, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup tanaman tersebut. “Sawah di Kota Magelang selama ini pola tanamnya padi-padi-padi. Ini yang perlu diubah menjadi padi-padi-palawija/hortikultura,”ujarnya.
Ahmad Sholikhun menegaskan petani di Kota Magelang perlu segera mengubah mindset pola tanam yang selama ini dijalankan. Pihaknya sangat menyayangkan sikap petani yang kadang seringkali terkesan memaksakan tanam padi sementara ketersediaan air tidak mencukupi hingga akhir pertanaman.”Monggo Bapak Ibu petani yang hadir di sini (aula) bisa mengevaluasi dan mengantisipasi kegiatan budidaya sehingga tidak terjadi dampak yang merugikan diri sendiri akibat kekeliruan pemilihan jenis tanaman pada saat air terbatas,”jelasnya.
Sejalan dengan arahan Disperpa, Kusnindaryanto, narasumber yang sekaligus pengurus KTNA Provinsi Jawa Tengah memberikan solusi cerdas untuk petani. Menurutnya pada saat air irigasi melimpah, petani bisa saja mengusahakan budidaya mina padi(perpaduan budidaya padi dan kolam ikan). Sedangkan pada saat kemarau panjang, karena ketersediaan air terbatas bisa berbudidaya tanaman palawija seperti jagung, kedelai dan sayuran. “Monggo dicoba bila ketersediaan air melimpah, saya menyarankan panjenengan untuk melaksanakan mina padi. Keuntungan berlipat karena sekali panen bisa dapat padi dan ikan dalam waktu yang hampir bersamaan,”tegasnya memotivasi peserta rakor.
Sementara itu Penyuluh Pertanian Madya, Among Wibowo dalam kesempatan Rakor meminta jajaran pengurus poktan di Kota Magelang untuk benar-benar merapatkan barisan mengantisipasi dampak cuaca ekstrim seperti kemarau panjang. Dia menekankan agar petani dapat menanam komoditas yang dibutuhkan pasar, tidak asal tanam jenis komoditas yang mungkin tidak laku di pasar. “Produksi apa yang dibutuhkan pasar, jangan hanya memasarkan apa yang bisa diproduksi karena belum tentu laku,”katanya.
Terkait prediksi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) bahwa musim penghujan tahun ini baru akan turun sekita Oktober, Among menilai sebagai bagian dari dampak perubahan iklim global khususnya El Nino Southern Oscilation (ENSO) diyakini sebagai penyebab kekeringan. Bila benar-benar terjadi dampak untuk petani jelas terasa. Di beberapa daerah, lanjutnya, tanaman padi berakhir puso bahkan gagal panen. “Perlu respon cepat dengan menyiagakan pompa air terutama dari sungai untuk mendukung kegiatan pertanian,” tukasnya.
Di akhir kegiatan, Among meminta petani untuk tidak memaksakan diri tanam di musim kemarau panjang. Dan ini membutuhkan penyuluhan dari pemerintah dan kearifan lokal untuk waktu tanam yang tepat. “Silakan berkonsultasi dengan penyuluh pertanian masing-masing, juga berbagi pengalaman antar petani di dalam organisasi tani,” timpalnya (amw, red)