Amankan Produksi Padi Sawah, Disperpa Kota Magelang Lakukan Gropyokan Hama Tikus

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bersama Kelompok Tani (Poktan) Subur Makmur dan Tunas Jaya Kelurahan Magelang hari kamis (02/08) menggelar gropyokan tikus secara serentak di areal persawahan Kampung Tulung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengamankan target produksi padi sawah di Kota Magelang. Puluhan hama tikus di hamparan sawah seluas 15 ha itu berhasil dikendalikan dengan rodentisida Basmikus 66 PS dan Petrokum. Kegiatan yang melibatkan sekitar 25 orang itu dihadiri Kepala Bidang Pertanian, Kasi Tanaman dan Pangan Hortikultura (TPH), Penyuluh Pertanian dan sejumlah petani Kampung Tulung Kelurahan Magelang.

Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menyatakan tujuan utama kegiatan gropyokan tikus adalah untuk mengendalikan populasi hama tikus di areal persawahan. Pihaknya senantiasa siaga terhadap serangan hama tikus karena dampak serangannya ketika terlambat sangat vatal. “Keterlambatan pengendalian, petani bisa tidak panen (puso),”ujarnya.

Terkait pengendalian hama tikus, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun didampingi petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Distanbun Provinsi Jawa Tengah, I Made Redana menambahkan selain pengendalian melalui cara pemberantasan, dirinya menganjurkan petani untuk rajin menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan persawahan karena umumnya tikus menyukai lahan sawah yang kotor(banyak rerumputan,red). Sanitasi lingkungan yang baik dapat menekan populasi hama tikus. “Kalaupun masih ada serangan tikus setelah sanitasi lingkungannya baik, sifatnya spot-spot saja dan kita masih punya jurus pamungkas dengan rodentisida Basmikus 66 PS dan Petrokum,”tegasnya.

Sementara itu, Among Wibowo (Penyuluh Pertanian kecamatan Magelang Tengah) menambahkan perlunya kelompok tani menjaga kekompakan antar anggotanya. Kekompakan anggota dalam usaha tani harus dimulai dari keserempakan waktu tanam dan aktivitas-aktivitas usahatani lainnya seperti pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit. “Ketidakserempakan waktu tanam mengakibatkan perpindahan hama tikus dari satu lokasi ke lokasi yang lain sehingga menyulitkan pengendalian hama tikus di persawahan,”tukasnya.

Dia menjelaskan dalam setiap kesempatan penyuluhan bahwa tikus sawah merupakan hama penting tanaman padi karena tingkat perkembangbiakannya yang cepat. Dalam 1 tahun, dari sepasang induk tikus dapat beranak pinak hingga mencapai sekitar 5000 ekor. Tiap tahun serangannya lebih dari 17 % dari total luas arel padi di Indonesia. “Hal ini disebabkan karena pengendalian hama tikus oleh petani seringkali terlambat, karena mereka mengendalikan setelah terjadi serangan dan kurangnya monitoring oleh petani,”jelasnya.

      Menurut Among, tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar. (amw, red)