Menilik SLPHT Minggu Ke-3: Disperpa Tekankan BTS Padi Sawah Melalui Pengenalan OPT dan Pengendalian Yang Ramah Lingkungan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu ketiga pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (27/08/2019) menekankan kepada petani akan pentingnya Budidaya Tanaman Sehat (BTS) padi sawah melalui pengenalan dan identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan pengendalian yang ramah lingkungan. Kegiatan SLPHT kali ini bertujuan untuk memberikan edukasi terkait konsep SLPHT, khususnya Budidaya Tanaman Sehat. Kegiatan diikuti sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointers yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun menjelaskan bahwa budidaya padi sawah jika terlalu intensif berpotensi meningkatkan serangan OPT. Antara lain serangan Wereng Batang Coklat (WBC) serta penyakit yang ditularkannya yaitu Kerdil Rumput/Hampa, Penggerek Batang Padi (PBP), penyakit blas dan penyakit hawar daun bakteri/kresek. “Resiko-resiko serangan hama dan penyakit pada padi sawah perlu diminimalisir dengan secara efektif melakukan BTS dan pelestarian musuh alami,”katanya.

Dikatakannya, dalam budidaya tanaman sehat, hal yang perlu dilakukan antara lain pengolahan tanah secara baik dan benar serta pemupukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pemupukan, lanjutnya, antara lain diupayakan dengan pemberian pupuk organik dan kapur dolomit untuk mengembalikan pH tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman padi.Untuk mengembalikan pH tanah asam agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi, salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian kapur dolomit. “Selain itu, pemberian kapur dolomit dan pupuk organik juga mampu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah sehingga dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan OPT,”tandasnya.

Sementara itu Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa menegaskan untuk menekan perkembangan serangan OPT, musuh alami berperan penting dalam mengendalikan populasi OPT. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami perlu dikelola secara berkelanjutan di tingkat lapangan. Salah satu pengelolaan musuh alami OPT dilakukan dengan penanaman tanaman refugia. “Tanaman refugia dapat meningkatkan biodiversitas (keanekaragaman hayati) sehingga agroekosistem menjadi lebih stabil dan akan mencegah terjadinya ledakan serangan (outbreak) OPT,”ujarnya.

Terkait kegiatan SLPHT minggu ketiga, I Made Redana, POPT Kota Magelang yang juga bertindak sebagai fasilitator kegiatan meminta petani untuk segera mengimplementasikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) mingguan yang telah dibuat. Made berharap dengan rutin menyelesaikan RTL, kegiatan SLPHT yang dijalani selama 3 bulan ke depan akan on the track. “RTL merupakan bagian dari roadmap pembelajaran dengan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) atau andragogy yang diterapkan pada SLPHT,”jelasnya.

Made memaparkan ada 5 poin RTL yang perlu segera dilaksanakan petani peserta hingga sebelum pertemuan rabu mendatang. Pertama, pertumbuhan tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari segi tinggi tanaman dan jumlah tunas. Kedua, pengamatan perlu ditingkatkan walaupun sudah dijumpai hama keong mas, ganjur dan belalang namun belum mencapai ambang pengendalian. Ketiga, gulma masih dijumpai walaupun sudah dilakukan penyiangan pada pengamatan minggu ke-1 dan minggu ke-2. Keempat, petani perlu melakukan pengairan mengingat kondisi tanaman kekurangan air dimana tanaman dalam fase pertumbuhan, dan kelima, pemupukan yang sudah dilakukan di petak PHT perlu diimbangi dengan kecukupan pengairan.

         Terinformasi dari kegiatan sebelumnya dalam SLPHT ini peserta dibagi dalam 5 kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil membuat 10 petak petani dan 10 petak PHT. Petak petani adalah lahan sawah yang dibudidayakan menurut kebiasaan petani setempat, sedangkan petak PHT adalah lahan sawah yang dijadikan percontohan karena dibudidayakan sesuai rekomendasi Disperpa mengacu pada konsep Budidaya Tanaman Sehat (BTS). Adapun varietas padi yang digunakan pada petak SLPHT dan petak petani adalah varietas Ciherang. (amw, red)