Menilik SLPHT Minggu Ke-8: Disperpa Kota Magelang Dorong Penerapan Pengairan Berselang, Pengelolaan Tanaman Refugia Disertai Pemanfaatan Pesnab dan POC

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu kedelapan pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (02/10/2019) mengintensifkan petani di kelurahan Magelang untuk mengelola tanaman refugia. Pasalnya tanaman yang berupa tanaman bunga matahari dan kenikir itu mampu mengundang hadirnya musuh alami pada budidaya padi sawah. Kondisi ini sangat penting untuk keseimbangan ekosistem lahan sawah dimana kehadiran musuh alami dapat mengimbangi populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) di persawahan. Bagi petani hal ini akan semakin menguntungkan untuk mengimplementasikan Budidaya Tanaman Sehat (BTS) pada pertanamannya. Kegiatan diikuti sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko melalui pesan singkatnya meminta petani menerapkan pengairan berselang. Selain itu petani perlu mengelola tanaman refugia yang sudah ada dan mengoptimalkan penggunaan pestisida nabati (pesnab) dan POC yang diproduksi sendiri oleh petani. Selain ramah lingkungan, penggunaan pesnab dan POC juga minimal biaya. “Langkah yang dilakukan petani ini nantinya sangat penting untuk menuju Budidaya Tanaman Sehat (BTS),”jelasnya.

Sementara itu fasilitator kegiatan, Among Wibowo memotivasi petani untuk lebih jeli dalam pengamatan terhadap hama dan penyakit dan menerapkan pengairan berselang. Pengamatan terhadap hama dan penyakit secara rutin akan meminimalkan terjadinya ledakan serangan OPT pada pertanaman. Pengairan berselang dapat mengefisienkan penggunaan air yang berlebihan dan memberikan kondisi keseimbangan dalam ketersediaan air dan oksigen. Pengairan yang berlebihan di satu sisi dapat merugikan petani dalam beberapa aspek. Antara lain meningkatnya kemasaman tanah (pH tanah) dan meningkatnya serangan OPT utamanya hama sundep (Schirpopaga innotata). “Meningkatnya pH tanah akan menurunkan serapan unsur hara oleh tanaman padi, sedangkan meningkatnya serangan sundep dapat berakibat fatal pada penurunan produksi padi milik petani,”jelasnya.

Terkait pengendalian hama sundep, Among yang juga Penyuluh Pertanian Madya itu merekomendasikan penyemprotan asap cair dari sekali seminggu menjadi 2 kali seminggu. Sebagai upaya antisipasi serangan hama tikus, kelompok tani diharapkan untuk melakukan kerja bakti pembersihan gulma di pematang sawah. Selain itu dia juga mendorong petani untuk dapat membuat sendiri pesnab dan POC. Untuk itu pada kesempatan ini dia memberikan kesempatan kepada Sumadi, salah satu petani di kelurahan Magelang yang telah lulus pelatihan Pertanian Organik dari Bapeltan Soropadan untuk menularkan ilmunya. Sumadi menyampaikan secara teknis praktek pembuatan pestisida nabati (pesnab), POC dan PGPR kepada saudara-saudara taninya yang mengikuti kegiatan SLPHT. Materi yang disampaikan mulai bahan-bahan, cara pembuatan dan aplikasinya pada tanaman padi. “Pembelajaran dari petani kepada petani seperti inilah yang akan lebih membumi dan berdaya guna dalam metode pembelajaran orang dewasa (POD),”ungkap Among.

        Sementara itu Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun bersama Abdul Z. Rochim, Penyuluh Pertanian Penyelia mengingatkan petani tentang pentingnya untuk kembali mengelola kelembagaan kelompok tani secara benar. Kelompok Tani secara struktur sebenarnya sudah kaya fungsi karena di dalamnya sudah ada sejumlah seksi yang memadai untuk berjalannya aktivitas kelompok. Seperti seksi pertanian, seksi peternakan, seksi perikanan dan seksi alsintan. “Petani perlu memperkuat lembaganya agar dapat lebih eksis dalam kegiatan usahataninya,”katanya. (amw, red)