Menilik SLPHT Minggu Ke-10: Padi Masuki Fase Generatif, Disperpa Tekankan Kewaspadaan Dini Terhadap OPT Walang Sangit

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu kesepuluh pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari rabu (16/10/2019) menekankan petani akan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dini terhadap resiko serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Walang Sangit, terutama pada saat tanaman padi sawah memasuki fase generatif. Kegiatan yang sudah berlangsung selama 2 bulan ini semakin menarik diikuti dan mampu memberikan edukasi konsep SLPHT kepada sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang. Kegiatan juga diikuti oleh Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Sebagian tanaman refugia sudah mulai berbunga dan menarik perhatian masyarakat

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pesan yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun meminta petani untuk terus meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam produksi padi sawah dengan pendekatan SLPHT. Menurutnya, pendekatan SLPHT akan semakin memandirikan petani dalam mengatasi sejumlah masalah hama dan penyakit tanaman dengan solusi yang ramah lingkungan. Dijelaskannya penggunaan pestisida dan bahan kimia untuk pertanian dari waktu ke waktu akan semakin ditekan karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. “Di masa mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, produk-produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan(bila memungkinkan sampai level organik) akan semakin diminati,”tegasnya.

Petani berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memaparkan pengamatan di petak masing-masing

Sementara itu, I Made Redana, POPT yang juga bertindak sebagai fasilitator kegiatan menguraikan pentingnya kewaspadaan terhadap OPT khususnya walang sangit pada masa generatif tanaman padi sawah. Serangan walang sangit dapat menurunkan kualitas beras yang dihasilkan petani karena butiran beras menjadi tidak mulus dan cenderung kusam. Untuk itu, dia memberikan pengetahuan kepada para petani untuk pembuatan Plant Growth Promoting Regulator (PGPR) dan Bakteri Merah. PGPR, lanjutnya, sangat penting sebagai bioprotectan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi). Sedangkan Bakteri Merah sangat baik untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kesempatan ini Made mengupas kebutuhan bahan-bahan dan cara pembuatannya. “Bahan-bahan semua ada di sekitar kita, mohon disiapkan untuk praktek kita minggu depan. Mudah-mudahan semakin manfaat untuk mengawal pertanaman padi bapak ibu semua,”pesannya kepada para petani yang hadir.

Kolase kegiatan petani saat pengamatan tanaman di petak SLPHT dan petak Petani

Terkait progress pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah pada kegiatan SLPHT, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya menilai sangat baik. Among menjelaskan varietas padi Ciherang yang ditanam di lahan SLPHT dapat tumbuh optimal. Secara rata-rata tinggi tanaman mencapai 70-80 cm, lebih tinggi dibandingkan petak petani yang hanya mencapai 60-70 cm. Sedangkan dari sisi jumlah anakan produktif rata-rata 20-25 anakan, lebih banyak dibandingkan petak petani yang hanya di kisaran 18-21 anakan. “Indikator tersebut sebagai awalan saja, yang terpenting nanti fase pada saat padi bunting (pengisian bulir) harus dimaksimalkan,”katanya.

Untuk memaksimalkan pengisian bulir padi, Among punya jurus pamungkas. Sebagaimana musim-musim sebelumnya dia membuat pupuk cair yang mengandung unsur hara makro Kalium plus sejumlah hara mikro lainnya yang sejak lama diraciknya sendiri. Petani binaannya di Kecamatan Magelang Tengah seringkali memanfaatkan pupuk tersebut untuk kegiatan penyemprotan rutin guna meningkatkan bobot gabah padinya. “Alhamdulillah selain bisa menambah bobot gabah (mentes), menurut pengalaman petani, beras yang dihasilkan lebih putih dan bersih. Dan pada SLPHT kali ini pun resepnya akan tetap sama,”ungkapnya.

      Selain itu dia juga mengingatkan petani untuk terus merawat tanaman refugia bunga matahari dan kenikir yang tumbuh subur di sekitar pematang sawah. “Mudah-mudahan tanaman refugia ini nantinya dapat menjadi daya tarik tersendiri ketika pelaksanaan panen ubinan yang direncanakan akhir Nopember mendatang,”tukasnya. (amw, red)