Pamerkan Produk Unggulan Kota Magelang di HPS Ke-39, Kadisperpa Dorong Upaya Diverisifikasi Pangan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang terus berupaya mempromosikan sejumlah produk unggulan Kota Magelang terutama yang berbasis olahan hasil pertanian non beras. Tak terkecuali dalam kegiatan pameran memperingati World Food Day (Hari Pangan Sedunia/HPS) Indonesia tingkat Provinsi Jawa Tengah yang dihelat 25-27 Oktober 2019 di Kampus IAIN Salatiga. Sejumlah produk olahan khas Kota Magelang yang dipamerkan seperti brownies tepung mocaf, getuk, paru daun singkong, varian keripik sayur, olahan Aloevera dan minyak kelapa mendapatkan apresiasi dari ratusan pengunjung yang hadir di stand Disperpa Kota Magelang.

 

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko didampingi Kabid Ketahanan Pangan, C. Dwi Ratri di sela-sela kegiatan HPS tingkat Provinsi Jawa Tengah menegaskan melalui momentum peringatan HPS ke-39 yang tepatnya jatuh pada 16 Oktober 2019 lalu, pihaknya terus mendorong dan mengkampanyekan upaya-upaya diverisifikasi pangan oleh para stake holder. Ke depan, lanjutnya, untuk mewujudkan ketahanan pangan kita tidak bisa lagi hanya bergantung pada pangan yang berbahan baku beras. “Perlu upaya-upaya cerdas untuk melakukan penganekaragaman pangan sumber karbohidrat berbahan baku non beras. Misalnya ketela pohon, ketela rambat dan varian umbi. Yang terpenting perlu terus dilakukan riset dan diarahkan komoditi apa bisa dikonsumsi dengan cara pengolahan yang seperti apa. Untuk ini diperlukan inovasi-inovasi agar cocok dengan lidah kita," jelasnya.

Pihaknya menyatakan dengan banyaknya variasi bahan pangan, identifikasi perlu ditata dan dicatat secara baik mulai jumlah penduduk Kota Magelang dan jenis makanan yang dapat didiversifikasi. Selebihnya kata Eri, perlu didorong bersama upaya evaluasi inovasi pengolahan apakah menggunakan cara tradisional atau modern sehingga hasilnya membuat lebih enak dan cocok dengan lidah masyarakat. "Dengan begitu saya meyakini ketahanan pangan kita akan baik karena olahan yang ada akrab dengan lidah kita,”tandasnya.

Eri mengingatkan momentum HPS ke-39 juga harus dapat memastikan keamanan pangan dan pola pangan sehat tersedia untuk semua orang. Seperti diketahui Tema Global Hari Pangan Sedunia tahun ini adalah "Tindakan kita adalah masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk #Zerohunger 2030" harus bisa disikapi setiap lini yang terkait pangan. Terkait hal tersebut Eri mengungkapkan saat ini muncul fenomena masyarakat telah mulai beralih dari pangan musiman, terutama produk nabati yang kaya serat, pada makanan yang kaya akan pati, gula, lemak, garam, makanan olahan, daging, dan produk hewani lainnya. Waktu yang dihabiskan untuk menyiapkan makanan di rumah semakin sempit. “Konsumen, terutama di daerah perkotaan seperti Kota Magelang, semakin bergantung pada supermarket, gerai makanan cepat saji, makanan kaki lima dan makanan pesan antar,”katanya.

Dia mengingatkan akibat dari kombinasi dari pola pangan yang tidak sehat serta gaya hidup masyarakat yang kurang aktif telah menjadi faktor risiko pembunuh nomor satu di dunia. Kebiasaan ini telah membuat angka obesitas melonjak, tidak hanya di negara maju, tetapi juga di negara-negara berpendapatan rendah, di mana kekurangan dan kelebihan gizi sering terjadi bersamaan. “Kota Magelang harus waspada agar fenomena itu tak terus berkembang, perlu langkah strategis bersama untuk membangun kesadaran masyarakat terkait Pola Pangan Harapan yang ideal,”timpalnya.

Salah satu solusinya adalah Pola Pangan Sehat, yaitu pola pangan yang memenuhi kebutuhan gizi individu dengan menyediakan makanan yang cukup, aman, bergizi, dan beragam untuk menjalani kehidupan yang aktif dan mengurangi risiko penyakit. Ini termasuk, antara lain, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan makanan yang rendah lemak (terutama lemak jenuh), gula dan garam. Makanan bergizi yang merupakan pola pangan sehat hampir tidak tersedia atau terjangkau bagi banyak orang. “Kerangka jangka panjangnya adalah untuk meningkatkan penyediaan sumber pangan keluarga yang Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA),” imbuhnya.

 

Terinformasi Hari Pangan Sedunia dirayakan setiap tahun, tepat pada hari lahir FAO. Peringatan ini diadakan pada lebih dari 150 negara yang menyatukan pemerintah, sektor bisnis, LSM, media, komunitas dan menyerukan aksi untuk mencapai SDG2 - Zero Hunger. Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard mengungkapkan bahwa untuk mencapai “Tanpa Kelaparan” (Zero Hunger) tidak hanya tentang mengatasi kelaparan, tetapi juga memelihara kesehatan manusia dan bumi. Tahun ini, HPS menyerukan tindakan lintas sektor untuk membuat pola pangan yang sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau bagi semua orang. “Kita mengajak semua orang untuk mulai berpikir tentang apa yang kita makan, ”kata Rudgard.

          Berdasarkan data FAO, saat ini di seluruh dunia lebih dari 670 juta orang dewasa dan 120 juta anak perempuan dan laki-laki (5–19 tahun) mengalami obesitas, dan lebih dari 40 juta anak balita kelebihan berat badan, sementara lebih dari 800 juta orang menderita kelaparan. Hari Pangan Sedunia 2019 menyerukan aksi untuk membuat pola pangan sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau bagi semua orang. Untuk ini, kemitraan adalah hal mendasar. Petani, pemerintah, peneliti, sektor swasta dan konsumen, semua memiliki peran untuk dimainkan,”jelas Rudgard. (among_wibowo, red)