Sambut Era Magelang Cantik, Disperpa Fokus Kembangkan KWT Untuk Ketahanan Pangan Kota Magelang

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang semakin serius untuk memastikan semakin mantapnya ketahanan pangan di Kota Magelang. Melalui penumbuhan dan pengembangan Kelompok Wanita Tani (KWT) di setiap kelurahan untuk memanfaatkan potensi pekarangan masyarakat, Disperpa fokus meningkatkan produksi sayuran organik di lahan-lahan sempit masyarakat. Upaya ini sejalan dengan program Walikota Magelang dr. Muchammad Nur Azis, Sp.PD untuk mewujudkan Magelang Cantik (Magelang Cinta Organik).

Kadisperpa, Ir. Eri Widyo Saptoko, MSi, hari selasa (13/04/2021) di ruang kerjanya menjelaskan berbagai jurus dilakukan Disperpa untuk menjaga eksistensi sektor pertanian di Kota Magelang. Salah satunya dengan fokus menggenjot pemanfaatan pekarangan di perkotaan dengan sejumlah tanaman sayuran. Hal ini didasari kenyataan semakin sempitnya lahan pertanian yang berbentuk sawah dan tegalan. Saat ini, lanjutnya, luas lahan pertanian produktif di Kota Magelang tinggal menyisakan 142,83 ha sawah dan 18,51 ha tegalan saja, sedangkan luas lahan pekarangan (menurut data BPS tahun 2019) malah mencapai 1.234 ha. “Artinya ada potensi yang lebih besar untuk mengoptimalkan lahan pekarangan, mengingat luasannya yang mencapai hampir 8 kali lebih luas dibandingkan sawah dan tegalan yang kita miliki,”tandasnya.

Terkait realitas itu Eri mengungkapkan sudah saatnya Kota Magelang berbenah dan berubah arah kebijakan pembangunan daerahnya. Dari yang semula berbasis pembangunan infrastruktur menjadi berbasis pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. “Sesuai tupoksi, kami sangat mendukung upaya Walikota Magelang dalam mewujudkan Magelang Cantik yang sasaran akhirnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan. Harapannya masyarakat Kota Magelang lebih maju, sejahtera dan bahagia sebagaimana harapan Bapak Walikota,”jelasnya.


Eri menambahkan, untuk mendukung program 100 hari kerja Walikota Magelang di sektor pertanian dan pangan, OPD yang dipimpinnya saat ini juga sudah membuat KWT percontohan di 2 lokasi, yaitu KWT Sari Makmur (Kedungsari) dan KWT Kartini (Wates). Harapannya tata kelola di kedua KWT dapat menjadi contoh best practices bagi KWT-KWT lain yang sedang dan akan tumbuh di Kota Magelang. “Kedua KWT (Sari Makmur dan Kartini, red) sudah kami dampingi dan kawal secara intensif sejak pertengahan bulan Maret lalu dan endingnya berkenan pada saatnya Bapak Walikota Magelang melakukan panen di kedua KWT tersebut untuk menandai era Magelang Cantik,”paparnya.

Selain fokus pada penumbuhan dan pengembangan KWT, lanjut Eri, Disperpa direncanakan juga akan melakukan pembenahan dan perombakan jenis tanaman di Kebun Bibit Senopati (KBS). Hal ini untuk menindaklanjuti arahan Walikota Magelang dr. Muchammad Nur Azis, Sp.PD saat kunjungan ke KBS beberapa waktu lalu untuk mengubah komposisi jenis tanaman yang ada di KBS. “ Bapak Walikota meminta perubahan komposisi jenis tanaman yang lebih eksotik dan yang tidak ditanam masyarakat. Kami siap menindaklanjuti, tinggal menunggu dukungan anggaran saja,”pungkasnya.

Terinformasi Kadisperpa beserta jajarannya hari jumat (26/03/2021) lalu menggelar tanam perdana berbagai jenis tanaman sayuran di 2 lokasi Kelompok Wanita Tani (KWT), masing-masing KWT Kartini kelurahan Wates dan KWT Sari Makmur kelurahan Kedungsari. Kegiatan ini selain dipersiapkan untuk mendukung program 100 hari kerja Walikota Magelang juga untuk menandai era baru pengembangan pertanian perkotaan secara terpadu (integrated urban farming) di Kota Magelang. Hadir dalam tanam perdana sayuran tersebut para anggota dari kedua KWT. Sementara Kadisperpa didampingi antara lain Sekretaris Dinas, perwakilan Bidang Pertanian, perwakilan Bidang Ketahanan Pangan dan KJF Penyuluh Pertanian.

Model penanaman di lahan demplot KWT Kartini kelurahan Wates seluas 150 meter dilakukan secara tumpangsari terdiri dari cabai, kol bunga dan sawi putih. Demikian pula di KWT Sari Makmur kelurahan Kedungsari, penanaman dilakukan secara tumpangsari dan monokultur dengan lebih banyak jenis tanaman di lahan seluas 150 meter persegi. Antara lain dengan cabai, tomat, sawi pakchoy, selada merah, kangkung, bayam dan sawi hijau/caisim. Selama masa produksi sayuran, Disperpa menerjunkan Penyuluh Pertanian dan para THL untuk melakukan pendampingan dan pembinaan secara rutin kepada KWT sehingga diharapkan produksi dan hasil panen sayuran lebih meningkat.

Adapun dasar pemilihan kedua lokasi tersebut (KWT Sari Makmur dan KWT Kartini) dilandasi pertimbangan kedua KWT sejauh ini konsisten berkegiatan dan menunjukkan kesungguhan untuk terus berkembang dan menjadi pioneer dalam budidaya sayuran di lahan-lahan sempit pekarangan milik masyarakat.   Di kedua KWT tersebut Disperpa Kota Magelang juga akan intens dan fokus mengembangkan model pertanian perkotaan terpadu (integrated urban farming) di lahan sempit. Sejumlah komoditas didorong untuk dikembangkan kedua KWT, antara lain tanaman sayuran, tanaman biofarmaka, tanaman hias, ternak dan ikan.

Terpisah, Koordinator Penyuluh Pertanian, Among Wibowo mendukung upaya-upaya yang dilakukan instansinya (Disperpa, red) untuk terus fokus pada pengembangan urban farming. Pihaknya akan mengoptimalkan pendampingan dan pembinaan kepada KWT binaan Disperpa. Hal ini, katanya, karena saat ini urban farming di Kota Magelang menjadi solusi paling tepat menjawab tantangan jaman, sekaligus dapat menunjukkan eksistensi sektor pertanian dan pangan Kota Magelang di tengah realita semakin derasnya konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian.

 Menurutnya pola integrated urban farming (pertanian perkotaan terpadu) yang akan diterapkan di Kota Magelang berbeda dengan daerah lain. Implementasinya merupakan keterpaduan suatu kolaborasi antara pertanian, pangan, peternakan dan perikanan. Semua sub sektor dapat dipadukan, tapi sentralnya, tetap pada pertanian dan pangan. “Dalam hal ini masyarakat dapat memanfaatkan lahan sempit seperti pekarangan rumah menjadi lahan produktif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi harian sekaligus menemukan aktivitas yang bersifat rekreatif,”tandasnya.


         Merespon aktivitas di kedua KWT, Among berharap dapat menjadi contoh yang baik bagi model penumbuhan KWT di setiap RT se-Kota Magelang. Ia berharap KWT di Kota Magelang (saat ini ada 17 KWT binaan Disperpa) dapat mencoba dan mengadopsi sebanyak mungkin teknologi mulai dari Lorong Sayur, Vertikultur, Hidroponik, Hidroganik, Aquaponik dan Budikdamber. “Bisa dibayangkan kalau setiap RT di Kota Magelang memiliki KWT, akan ada ribuan KWT sumber pangan baru dengan berbagai variasi teknologi pertanian. Bila kondisi ini terwujud maka ketahanan pangan Kota Magelang akan semakin meningkat, disamping adanya peluang munculnya sarana rekreatif di tengah masyarakat dan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Magelang yang lebih baik,”pungkasnya. (amw, red)