Penghematan Penggunaan Benih Pada Teknik Budidaya Padi Sawah Sistem Salibu

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Teknologi Pertanian

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

Terbatasnya penyebaran sentra benih menyebabkan penggunaan atau pemanfaatan benih varietas unggul bersertifikat, khususnya untuk benih padi belum maksimal. menyadari keterbatasan dan kendala yang ada tersebut, maka untuk mewujudkan peningkatan produksi padi diperlukan teknologi yang dapat menghemat penggunaan benih dan meningkatkan produksi padi secara bersama-sama.

Salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/peningkatan produksi padi adalah dengan memanfaatkan batang sisa panen yang telah dipotong, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga supply hara (aliran makanan) tidak lagi tergantung pada batang lama, hal ini yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih dibanding tanaman pertama (ibunya), teknologi ini disebut dengan salibu.

Teknologi salibu memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karena memiliki banyak sekali keunggulan diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, dapat menghemat benih, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan pada pengolahan tanah, mempertahankan kemurnian benih, minim tenaga kerja, meningkatkan hasil yang berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan, ramah lingkungan.  budidaya padi dengan teknologi salibu merupakan teknik bertanam dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai tunas/anakan yang akan dipelihara, tunas ini merupakan pengganti bibit pada tanam pindah. dengan teknologi tersebut diharapkan nantinya dapat memberikan solusi dari keterbatasan benih unggul yang ada dengan tetap dapat meningkatkan produksi beras.

Teknologi salibu memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karena memiliki banyak sekali keunggulan diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, dapat menghemat benih, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan pada pengolahan tanah, mempertahankan kemurnian benih, minim tenaga kerja, meningkatkan hasil yang berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan, ramah lingkungan.

Pelaksanaan teknologi salibu diawali dengan mengkondisikan tanah sawah tetap lembab saat pemotongan dan bebas gulma; (2) pemotongan tunggul setinggi 3 -5 cm dengan menggunakan alat pemotong yang tajam (dilakukan 7-10 hari setelah panen); (3) setelah dipotong diusahakan kondisi air di sawah  macak-macak; (4) pada umur 20 – 25 hari dilakukan penyiangan, penyisipan dan pemupukan sesuai dosis serta pembenaman jerami; (5) disarankan memakai pola tanam sistem jajar legowo; (6) langkah selanjutnya sama seperti pemeliharaan padi pada umumnya.

Pada teknologi salibu perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan tunas setelah dilakukan pemotongan dipengaruhi oleh (1) tinggi pemotongan batang sisa panen; (2) varietas yang digunakan; (3) kondisi air tanah waktu panen dan (4) pemupukan.

Dalam upaya mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhanan akan padi salibu, perlu dilakukan pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. untuk sementara dosis pupuk yang digunakan adalah (150 kg/haurea dan 150 kg phonska/ha), waktu pemberian pupuk pertama sebaiknya umur 20-25 hari setelah pemotongan batang sisa panen, pada saat yang sama juga dilakukan penjarangan dan penyisipan. dosis pupuk akan dipengaruhi oleh: jenis tanah, pengelolaan bahan organic dan varietas yang dipakai/tanam dan spesifik daerah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem budidaya padi salibu adalah sebagai berikut:

  1. Tanaman induk mt1/tapin sebaiknya ditanam sistim legowo;
  2. Tiga minggu sebelum panen sampai dua minggu sesudah panen tanah dalam kapasitas lapang (lemab);
  3. Panen dilakukan lebih awal 7-10 hari, untuk menjaga kesegaran batang bawah supaya tunas salibu banyak tumbuhnya;
  4. Setelah panen lakukan pembersihan gulma, atau semprot dengan herbisida kontak secara spot, ini bertujuan untuk menahan pertumbuhan gulma diawal pertumbuhan tunas;
  5. Jika tanah kering lakukan pengenangan 1-2 hari, kemudian air di keluarkan sampai tanah lembab;
  6. Pemotongan ulang batang sisa panen dilkukan pada 7-10 hari setelah panen, tinggi pemotongan 3-5 cm dari muka tanah;
  7. Selama 1 minggu setelah pemotongan tanah dalam keadaan lembab, kemudian baru diairi;
  8. Pada umur 15-20 hari setelah pemotongan dilakukan penjarang/pembelahan rumpun yang anaknya banyak, kemudian disulamkan pada rumpun yang tidak tumbuh;
  9. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 15-20 hari setelah pemotongan, kemudian diikuti dengan penyiangan;
  10. Pemupukan dan penyiangan kedua dilakukan umur 40-45 hari setelah panen (hsp).

Dengan pengembangan padi melalui salibu peningkatan produksi padi dan penghematan penggunaan benih dapat dilakukan secara bersama-sama.

 

Pustaka

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2019, Budidaya Padi Teknologi Salibu, Jakarta.

http://sumbar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-tek/1216-teknologi-padi-salibu