Artikel

Teknik Budidaya Cabai Rawit

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

AMONG WIBOWO, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

PENDAHULUAN

Cabai rawit atau cabai kecil (Capsicum frutescens) termasuk dalamfamili Solanaceae dan merupakan tanaman berumur panjang (menahun), dapat hidup sampai 2-3 tahun apabila dipelihara dengan baik dan kebutuhan haranya tercukupi. Terdapat beberapa macam cabai rawit antara lain rawit kecil, sedang dan besar. Umumnya cabai rawit kecil rasanya sangat pedas. Cabai rawit digunakan untuk sayur, bumbu masak,asinan dan obat. Budidaya cabai rawit secara umum tidak berbedanya tadengan budidaya cabai merah.Namun yang harus diperhatikan adalah jarak tanam dan pemupukannya. Karena umurnya yang panjang, pemupukannya lebih banyak. Umumnya tanaman cabai rawit lebih tahan terhadap penyakit dibanding cabai yang lainnya.

 

PERSYARATAN TUMBUH

Cabai rawit dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi, namun tanaman ini lebih cocok ditanam di ketinggian antara 0-500m dpl. Produksi pada ketinggian di atas 500 m dpl tidak jauh berbeda namun waktu panennya lebih panjang. Tanaman ini menghendaki tanah gembur,kaya akan bahan organik dan pH netral (6-7).

 

BUDIDAYA TANAMAN

1.     Persemaian

Kebutuhan benih tiap hektar berkisar 100-125g. Bedengan pesemaian dibuat arah utara selatan menghadap ke timur. Media semai dibuat dari campuran tanah dan kompos steril dengan perbandingan 1:1.Benih ditaburkan secara merata di atas media semai kemudian ditutup dengan tanah tipis, disiram dan ditutup dengan daun pisang. Daun pisang dibuka secara bertahap. Setelah umur semaian kurang lebih 7 hari, semaian dipindahkan ke bumbunan yang terbuat dari daun pisang yang diisi campuran tanah dan kompos steril dengan perbandingan 1:1,dan dipilih bibit yang sehat dan pertumbuhannya bagus. Bibit berumur kurang lebih 30-35 hari setelah semai atau telah mempunyai 5-6 helai daun siap untuk dipindahkan ke lapangan.

 

2.     Penyiapan Lahan dan Penanaman

Apabila lahan yang hendak dipakai merupakan lahan kering atau tegal, maka tanah harus dibajak dan dicangkul sedalam 30-40 cm dan dibalik, kemudian bongkahan tanah dihaluskan dan sisa pertanaman sebelumnya dibersihkan agar tidak menjadi sumber penyakit.

Pembuatan bedengan dengan lebar1-1,2 m,tinggi 40-50 cm (disesuaikan dengan kondisi tanah saat hujan, agar kelengasan tanah terjaga namun tidak tergenang bila turun hujan) dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedeng kurang lebih 40-50 cm (disesuaikan dengan kemudahan pemeliharaan dan agar drainasenya berlangsung dengan baik). Pemberian kapur pertanian (jika kondisi tanah terlalu masam) dilakukan pada saat pengolahan tanah,2-3 minggu sebelum tanam, dengan cara ditaburkan tipis dipermukaan tanah kemudian dicampur rata dengan tanah. Permukaan bedengan dibuat agak setengah lingkaran untuk mempermudah pemasangan mulsa. Pemberian pupuk kandang diberikan pada saat pengolahan tanah. Kemudian mulsa plastik hitam perak dipasang.

Jarak tanam yang digunakan dalam penanaman cabai rawit adalah70 cm x 70 cm atau 60cm x 70 cm. Pada jarak tanam yang telah ditentukan dibuat lubang tanam pada mulsa plastik dengan menggunakan kaleng yang dipanaskan. Lubang tanam dibuat dengan kedalaman 15-20 cm dan diameter 20-25 cm, dan dibiarkan satu malam baru keesokan harinya bibit ditanam.

 

3.     Pemeliharaan

Pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pemasangan ajir, penyiraman,pengaturan drainase, penyiangan, penggemburan, dan pemupukan. Penyulaman terhadap bibit yang mati dilakukan maksimal 2minggu setelah tanam. Pemasangan ajir berupa bilah bambu setinggi kurang lebih1 m didekat tanaman.

Penyiraman harus diperhatikan agar tanaman tidak kekeringan terutama pada musim kemarau. Pemberian mulsa plastik hitam perak selain berfungsi untuk mengurangi populasi hama juga membantu menjaga kelembapan tanah. Pada musim penghujan pengaturan drainase harus diperhatikan agar lahan tidak tergenang air, karena hal tersebut dapat meningkatkan serangan penyakit akibat kelembaban yang tinggi.

Penyiangan terhadap gulma dilakukan pada umur tanaman 1 bulan.Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kompetisi tanaman dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara.

Pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat.Kebutuhan pupuk meliputi 10-30 ton/ha pupuk kandang, Urea 200-300kg/ha, SP-36 200-300kg/ha dan KCl 150-250kg/ha. Pemberian pupuk kandang dan kapur pertanian dilakukan saat pembuatan bedengan. Pupuk buatan sebagai pupuk dasar diberikan dengan cara membuat larikan berjarak 25-30 cm dari tepi bedengan dan jarak antar larikan 70cm, kemudian taburkan pupuk secara merata pada larikan tersebut. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan sebelum pemasangan mulsa sebanyak setengah dosis.

Pemupukan susulan diberikan pada saat tanaman berumur satu bulan, menggunakan sisa pupuk dasar. Pemupukan susulan ini bisa dberikan dengan cara dicor, setiap tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk dibuat dengan mengencerkan 1,5-3 kg pupuk buatan per 100 l air. Karena tanaman cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang masih dapat berproduksi sampai 2-3 tahun maka sebaiknya dilakukan pemupukan ulang sesuai kebutuhan agar produksinya terus bertahan.

 

4.     Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Hama lalat buah dapat dikendalikan dengan pemasangan perangkap lalat buah yang mengandung metil eugenol. Hama-hama pengisap seperti kutu daun, trips dan kutu kebul dapat dikendalikan dengan pemasangan mulsa plastik hitam perak dan juga pemasangan perangkap lekat kuning. Penyakit antraknose dapat dikendalikan dengan penggunaan varietas tahan dan juga penggunaanfungisidasecaraselektif.

Apabila dalam mengendalikan OPT menggunakan pestisida, maka harus benar dalam pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

 

5.  Panen dan Pasca Panen

Pada saat panen, buah yang rusak sebaiknya dimusnahkan,kemudian buah yang dipanen dimasukkan dalam karung jala dan kalauakan disimpan sebaiknya disimpan di tempat yang kering, sejuk dengan sirkulasi udara yang baik (amw, red)

Teknik Budidaya Bawang Merah

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :

AMONG WIBOWO, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

PENDAHULUAN

Bawang merah(Allium ascalonicum L.) termasuk dalam famili Liliaceae dan merupakan tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan diperbanyak baik secara vegetatif menggunakan umbi, maupun generatif dengan biji (TSS=True Shallot Seed). Pada umumnya bawang merah dikonsumsi setiap hari sebagai bumbu masakan, dan juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan suhu panas orang sakit.

 

PERSYARATAN TUMBUH

Tanaman bawang merah cocok tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 0–1000 m dpl. Ketinggian optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0 - 450 m dpl.Tanaman bawang merah peka terhadap curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi,serta cuaca berkabut.Tanaman ini membutuhkan penyinaran cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran),suhu udara 25-32 0C,dan kelembaban nisbi 50-70%.

Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah,tekstur sedang sampai liat, drainase dan aerasi yang baik, mengandung bahan organik yang cukup, dan pH tanah netral (5,6– 6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Tanah yang cukup lembab dengan air yang tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah.

Waktu tanam bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan ketersediaan air pengairan yang cukup,yaitu pada bulan April/Mei setelah padi dan pada bulan Juli/Agustus. Penanaman bawang merah di musim kemarau biasanya dilaksanakan pada lahan bekas padi sawah atau tebu, sedangkan penanaman di musim hujan dilakukan pada lahan tegalan. Bawang merah dapat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman cabai merah.

 

BUDIDAYA TANAMAN

1.     Benih

Varietas yang dianjurkan adalah Kuning, Kramat–1 dan Kramat–2. Pada umumnya bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kebutuhan umbi benih berkisar antara 800-1500 kg perhektar. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitusekitar 60-90 hari setelah tanam (tergantung varietas). Umbi sebaiknya berukuran sedang(5-10g).Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen,dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.

 

2.     Persiapan Lahan

Pada lahan kering, tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20-30 cm,kemudian dibuat   bedengan-bedengan   dengan lebar 1 - 1,2 m, tinggi 25cm, sedangkan panjangnya tergantung pada kondisi lahan.

Pada lahan bekas padi sawah atau bekas tebu,tanah dibuat bedengan-bedengan terlebih dahulu dengan ukuran lebar1,75cm, kedalaman parit 50–60 cm dengan lebar parit 40–50 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kondisi bedengan mengikuti arahTimur-Barat. Tanah yang telah diolah dibiarkan sampai kering dan kemudian diolah lagi 2–3 kali sampai gembur sebelum dilakukan perbaikan bedengan-bedengan dengan rapi.Waktu yangdiperlukanmulai dari pembuatan parit, pencangkulan tanah (ungkap 1, ungkap 2,cocrok) sampai tanah menjadi gembur dan siap untuk ditanami adalah 3–4 minggu. Sisa tanaman padi/tebu yang tertinggal, dapat menjadi mediatumbuhFusariumsp,sehinggaharusdibersihkan.

Saat pengolahan tanah, khususnya pada lahan yang masam dengan pH kurang dari 5,6 disarankan pemberian Kaptan/Dolomit minimal 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 1–1,5 ton/ha/tahun yang dianggap cukup untuk dua musim tanam berikutnya. Kaptan/Dolomit disebar pada permukaan tanah dan kemudian diaduk rata. Pemberian Dolomit ini penting dilakukan untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) terutama pada lahan masam atau lahan-lahan yang diusahakan secara intensif untuk tanaman sayuran. Untuk lahan yang dikelola secara intensif, pemberian Dolomit sebanyak 1,5 ton/ha dapat meningkatkan bobot basah dan bobot kering bawang merah.

 

3.   Penanaman dan Pemupukan

a.Penanaman bawang merah dilahan kering/tegalan

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk kandang sapi (15-20 ton/ha) atau kotoran ayam (5-6ton/ha) atau kompos (2,5-5ton/ha) dan pupuk buatan TSP(120-200 kg/ha). Pupuk dasar ini diberikan dengan cara disebar serta diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Sedangkan pupuk susulan berupa Urea(150-200 kg/ha), ZA (300-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha). Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing½ dosis.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

 

b.Penanaman bawang merah dilahan sawah (bekas padi)

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan.Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P2O5/ha) disebar serta diaduk rata dengan tanah satu sampai tiga hari sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K2O (50-100 kg/ha). Pemupukan susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing½ dosis.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

 

4.     Pemeliharaan

Meskipun tanaman bawang merah tidak menyukai banyak hujan,tanaman ini memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya melalui penyiraman. Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujan hanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritiskarena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman bawang merah.

Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masihmuda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma.

 

5.     Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Tiga belas jenis hama dan penyakit yang diketahui menyerang tanaman bawang merah, di antaranya adalah Liriomyza chinensis, Thripstabaci, Alternaria porii, Fusarium sp., antraknos dan lain-lain. Kehilangan hasil karena serangan OPT sekitar26–32%.

Pengendalian dengan menggunakan Teknologi Pengendalian HamaTerpadu (PHT),yaitu:

  1. Pengendalian secara kultur teknis,antara lain pemupukan berimbang, penggunaan varietas tahan OPT, dan penggunaan musuh alami (parasitoid,predator dan patogen serangga).
  2. Pengendalian secara mekanik,yaitu dengan pembutitan atau pemotongan daun yang sakit atau terdapat kelompok telur Spodopteraexigua,dan penggunaan jaring kelambu,penggunaan berbagai jenis perangkap (feromon seks, perangkap kuning,perangkap lampu dll).
  3. Penggunaanbio–pestisida.
  4. Penggunaan pestisida selektif berdasarkan ambang pengendalian. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi,interval maupun waktu aplikasinya.

 

6.  Panen dan Pasca Panen

        Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60–70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda berupa leher batang 60% lunak, tanaman rebah dan daunmenguning. Produksi umbi kering mencapai 6-25 ton/ha. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.

      Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan. Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering(1-2 minggu) dengan menggunakan sinar matahari langsung,diikuti dengan pengelompokan berdasarkan kualitas umbi.Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus (oven)sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Apabila tidak langsung dijual,umbi bawang merah disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah di gudang khusus, pada suhu 25-30ºC dan kelembaban yang cukup rendah antara 60-80% (amw, red).

Mengenal Manfaat dan Keunggulan Padi Inpari IR Nutri Zinc

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

Oleh :
Among Wibowo, SP, MMA
Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang
 
Pemerintah sangat intens dalam upaya mengatasi masalah kekurangan gizi khususnya problem stunting melalui fortifikasi. Namun hal itu belum mampu menuntaskan problem stunting. Seiring waktu, kehadiran padi Inpari IR Nutri Zinc, varietas padi baru dengan kandungan Zn tinggi, sejak tahun 2018 berkontribusi nyata dalam mengatasi problem stunting. Inpari IR Nutri Zinc mempunyai banyak kelebihan dibanding beberapa varietas lain dalam hal kandungan Zn. Berdasarkan data deskripsi yang dikeluarkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 2019, bahwa kandungan Zn pada varietas tersebut sebesar 34,51 ppm sementara varietas lain seperti Ciherang memeiliki kandungan 24.06 ppm.
Kekurangan Zn dalam tubuh selain berakibat menurunnya daya tahan tubuh, produktifitas, dan kualitas hidup manusia, kekurangan gizi Zn juga menjadi salah satu faktor kekerdilan atau stunting. Biofortifikasi pada Inpari IR Nutri Zinc diharapkan dapat membantu peningkatan nilai gizi sekaligus mengatasi kekurangan gizi besi pada masyarakat. Varietas ini memiliki kadar amilosa 16,6 persen dan potensi kandungan Zn 34,5i ppm. Selain kaya nutrisi, varietas ini juga memiliki produktivitas tinggi, tahan WBC, Blas, dan Tungro, serta rasa nasi enak dan.
Gaya hidup sehat yang terus berkembang mendorong kian tingginya kebutuhan masyarakat akan pangan sehat. Berkembangnya ilmu dan teknologi, membuat fungsi nasi pun bergeser, bukan hanya sumber karbohidrat namun sekaligus fungsi kesehatan. Keunggulan itulah diharapkan dapat turut mensukseskan program pemerintah dalam mengatasi kekurangan gizi  Zinc dan meminimalisir stunting di Indonesia.
Beberapa keunggulan Padi varietas Inpari IR Nutri Zinc
  • Inpari IR Nutri Zinc Bermanfaat Untuk Kesehatan
  • Hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi unggul inbrida;
  • Vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma;
  • Keunggulan dari aspek fisiologi, seperti aktivitas perakaran yang lebih luas, area fotosintesis yang lebih luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih tinggi;
Berikut inideskripsi morfologi Padi varietas Inpari IR Nutri Zinc yang menonjol antara lain sistem perakaran lebih kuat, anakan lebih banyak, jumlah gabah per malai lebih banyak, dan bobot 1000 butir gabah isi yang lebih tinggi.
  • Umur Tanaman : ± 115 hari
  • Bentuk Tanaman : Tegak
  • Tinggi Tanaman : ± 95 cm
  • Daun Bendera : Tegak
  • Bentuk Gabah : Ramping
  • Warna Gabah :Kuning jerami
  • Kerontokan : Sedang
  • Kerebahan : Sedang
  • Tekstur Nasi :Pulen
  • Kadar Amilosa :16,60%
  • Berat 1000 Butir :± 24,60 gram
  • Rata Rata Hasil : ± 6,21 ton/ha
  • Potensi Hasil: ± 9,98 ton/ha
  • Hama :
              Agak tahan WBC biotipe 1, 2
              Agak rentan WBC biotipe 3
  • Penyakit
            Agak tahan HDB patotipe III namun rentan patotipe IV dan VIII pada stadia vegetatif dan generatif
            Tahan blas ras 033, 073, 133
            Rentan blas 173
            Agak tahan tungro inakulum garut dan Purwakarta
  • Sifat Khusus
   Potensi kandungan Zn 34,51 ppm (Rata-rata kandungan Zn 29,54 ppm)
         Anjuran Tanam :  Padi  varietas  Inpari IR Nutri Zinc  baik  ditanam  untuk  lahan sawah irigasi pada
         ketinggian 0-600 m dpl.

Budidaya Padi Teknologi Salibu

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Artikel Pertanian

 

Oleh :
Among Wibowo, SP, MMA
Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa Kota Magelang

 

        Budidaya  padi  secara salibu  merupakan  varian  teknologi  budidaya  ratun,  yaitu unggul  setelah  panen  tanaman  utama  yang  tingginya  sekitar  25  cm, dipelihara selama 7-10 hari atau dibiarkan hingga keluar tunas baru.  Apabila  tunas  yang  keluar  kurang  dari  70%  maka  tidak disarankan  untuk  dilakukan  budidaya  salibu.  Jika  tunas  yang tumbuh > 70% maka potong kembali secara seragam hingga ketinggian  3-5  cm,  kemudian  dipelihara  dengan  baik  hingga panen. Beberapa keuntungan dari penerapan budidaya padi salibu adalah hemat tenaga kerja, waktu dan biaya, karena tidak dilakukan pengolahan tanah dan penanaman ulang serta menekan kebiasaan  petani  membakar  jerami  setelah  panen.

Selain itu budidaya  padi  secara salibu  dapat  meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu, sehingga dapat meningkatkan Indek Pertanaman (IP) dari 2 kali menjadi 3-4 kali  setahun. Bila  dibandingkan  dengan  teknologi  ratun konvensional, salibu mampu menghasilkan jumlah anakan yang  lebih  banyak  dan  seragam,  produktivitas  bisa  mendekati produktivitas tanaman utamanya. Penggunaan varietas berdaya hasil tinggi, tentu  akan  lebih  memotivasi  aktivitas petani,  karena  terjadi peningkatan hasil  yang  nyata.

Beberapa verietas padi dapat ditanam dengan sistem salibu di beberapa lokasi dan mampu berproduksi dengan baik antara lain varietas Cisokan, Inpari 19, Inpari 21, Logawa dan lain-lain.  Menurut Susilawati et al. (2011) varietas  padi  hibrida  dan  padi  tipe  baru  seperti  Hipa  3,  Hipa  4, Hipa 5, Rokan, dan Cimelati terbukti mampu menghasilkan ratun  dengan  baik dan mampu  menghasilkan  tanaman  salibu dengan  baik.  Berdasarkan  hasil  pengamatan Erdiman (2014), budidaya padi salibu mampu berproduksi minimal sama dengan tanaman  utamanya. Rata-rata umur  padi  salibu bisa  sama  atau  lebih  pendek  dari  tanaman  utamanya.

 

Beberapa Catatan Khusus Teknologi Salibu

  • Kondisi lahan subur dengan sistem pengairan yang mudah diatur atau  dikendalikan  secara  swadaya  oleh  kelompok   
  • Jika saat  panen  kondisi  tanah  kurang  basah,  maka  masukkan  air  ke  lahan  segera  setelah  dilakukan  panen  tanaman  utama,  yang  menyisakan  tunggul  tanaman setinggi  25  cm  dari  permukaan  tanah,  untuk  mencapai kondisi kapasitas lapang.
  • Tunggul sisa  panen  dibiarkan  selama  7-10  hari  setelah  panen atau hingga keluar anakan baru, apabila tunas yang keluar  kurang  70%  dari  populasi  maka  tidak  disarankan untuk dilakukan budidaya salibu.
  • Jika tunas  yang  tumbuh  >  70%  dari  populasi  lakukan pemotongan  ulang  tunggul  sisa  panen  secara  seragam dengan   alat   pemotong   hingga   tersisa   3-5 cm   dari permukaan   Perombakan sisa jerami bekas potongan tunggul padi dipercepat menggunakan dekomposer.

 Lahan Tadah Hujan

  • Sebelum tanam  tanaman  utama  dilakukan  pengolahan  tanah secara sempurna dan penambahan  bahan organik sekitar 2-5 ton/ha.
  • Saat panen tanaman utama upayakan kondisi tanah tidak terlalu kering,  jika  kering  maka  lakukan  pemberian  air  segera  setelah  panen  dengan  ketinggian  2-5  cm  untuk  mencapai kondisi kapasitas lapang.
  • Sisa pemotongan   panen   tanaman   utama   sebaiknya  diletakkan  di  sekitar  tanaman  atau  sebagai  penutup  permukaan  tanah  untuk  mempertahankan  kelembaban tanah.
  • Tunggul sisa  panen  dibiarkan  selama  7-10  hari  setelah  panen atau hingga keluar anakan baru, apabila tunas yang keluar  kurang  70%  dari  populasi  maka  tidak  disarankan  untuk dilakukan budidaya salibu.
  • Jika tunas  yang  tumbuh  >  70%  dari  populasi  dilakukan  pemotongan  ulang  tunggul  sisa  panen  secara  seragam  dengan   alat   pemotong   hingga   tersisa   3-5   cm   dari  permukaan tanah.  Perombakan sisa jerami bekas potongan tunggul padi dipercepat menggunakan dekomposer.

 Lahan Pasang Surut

  • Teknologi budidaya padi salibudi lahan pasang surut harus dilakukan kajian  dan  sebaiknya  dipilih  lokasi-lokasi  yang  memiliki tipe luapan A ke B yang tidak tergenangi ketika air pasang.
  • Sistem budidaya padi sistem ratun di lahan pasang surut selama ini banyak dilakukan pada musim tanam periode Oktober – Maret, dan diasumsikan bahwa sistem budidaya salibu juga dapat dilakukan.
  • Tunggul sisa  panen  dibiarkan  selama  7-10  hari  setelah  panen atau hingga keluar anakan baru, apabila tunas yang keluar  kurang  70%  dari  populasi  maka  tidak  disarankan  untuk dilakukan budidaya salibu.
  • Jika tunas  yang  tumbuh  >  70%  dari  populasi  lakukan  pemotongan  ulang  tunggul  sisa  panen  secara  seragam  dengan   alat   pemotong   hingga   tersisa   3-5   cm   dari  permukaan tanah. Perombakan sisa jerami sisa potongan tunggul padi dipercepat menggunakan dekomposer.