Awali MT I, Disperpa Kota Magelang Gropyokan Hama Tikus Di Cacaban
MAGELANG - Mengawali Musim Tanam (MT) I tahun 2019, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari selasa (8/10/2019) menggelar gropyokan tikus di areal persawahan Cacaban. Kegiatan yang melibatkan belasan petani itu merupakan hasil sinergi Bidang Pertanian, Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani anggota Poktan Marsudikismo Cacaban. Kegiatan menyasar sejumlah lahan pertanian di areal persawahan Cacaban. Diantaranya lahan pertanian yang sebelumnya disinyalir terdapat banyak sarang tikus.
Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko menegaskan komitmen dan dukungannya terhadap kegiatan petani sebagai produsen pangan di Kota Magelang. Petani, lanjutnya, adalah pejuang pangan yang perlu terus disupport kegiatannya. Ditegaskannya Disperpa akan terus hadir untuk memastikan petani dapat beraktivitas secara nyaman dan terselesaikan berbagai permasalahannya. “Mendukung petani sangat berkorelasi dengan upaya pencapaian target Luas Tambah Tanam (LTT) Kota Magelang yang setiap bulannya rata-rata di kisaran 30 hektar,”tegasnya.
Eri menambahkan kegiatan gropyokan hama tikus bersifat pengendalian rutin untuk meminimalkan dampak serangan selama pertanaman padi sawah musim ini. Sampai sejauh ini, lanjutnya, hama tikus belum signifikan serangannya pada pertanaman padi sawah. ”Meskipun serangan hama tikus belum mewabah, gropyokan perlu dilakukan agar populasi hama tikus dapat dikendalikan,”ujarnya.
Sementara itu Kepada Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto didampingi Ahmad Sholikhun, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Made Redana, POPT Kota Magelang, mengingatkan petani untuk mewaspadai serangan hama tikus khususnya pada musim pancaroba dari kemarau ke musim penghujan seperti saat ini. Secara umum hama tikus mengalami perkembangan cukup signifikan pada musim pancaroba. “Pelaksanaan gropyokan tidak hanya untuk membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian,”katanya.
Terkait pelaksanaan kegiatan ini, pihaknya memfasilitasi 2 jenis racun tikus yaitu Basmikus dan Klerat. Basmikus yang bersifat racun pernafasan digunakan untuk mengendalikan tikus di lubang-lubang aktifnya, sedangkan Klerat sebagai umpan yang dicampurkan dengan makanan sesuai preferensi tikus. Penggunaan Basmikus lebih efektif dilaksanakan pada saat tanaman sudah memasuki fase generatif, sedangkan Klerat efektif digunakan pada saat awal tanam hingga tanaman menjelang memasuki fase generatif. “Agar lebih efektif, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara kombinasi dengan melibatkan banyak orang,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya memastikan petani terus mendapatkan pendampingan dari Penyuluh. Dia mengharapkan ke depan pengamatan dini terhadap hama dan penyakit disertai gropyokan tikus tetap rutin dilakukan di semua lokasi persawahan milik petani di Kota Magelang. “Kegiatan ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama 4 bulan,”katanya.
Among menambahkan harapannya kepada pengelola pengairan yang mengarah ke persawahan di Kota Magelang untuk menjamin ketersediaan air irigasi untuk sawah Kota Magelang. “Setiap saat Penyuluh mendampingi dan memantau perkembangan kegiatan di lahan pertanian petani di wilayah masing-masing. Dengan begitu petani akan merasa nyaman sehingga dapat berkesempatan meningkatkan hasil panen. Mudah-mudahan air irigasi semakin lama semakin memadai, sehingga pendampingan petani dapat berjalan optimal,” kata dia. (amw, red)