• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Awali MT I, Disperpa Kota Magelang Gropyokan Hama Tikus Di Cacaban

on .

        MAGELANG - Mengawali Musim Tanam (MT) I tahun 2019, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari selasa (8/10/2019) menggelar gropyokan tikus di areal persawahan Cacaban. Kegiatan yang melibatkan belasan petani itu merupakan hasil sinergi Bidang Pertanian, Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani anggota Poktan Marsudikismo Cacaban. Kegiatan menyasar sejumlah lahan pertanian di areal persawahan Cacaban. Diantaranya lahan pertanian yang sebelumnya disinyalir terdapat banyak sarang tikus.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko menegaskan komitmen dan dukungannya terhadap kegiatan petani sebagai produsen pangan di Kota Magelang. Petani, lanjutnya, adalah pejuang pangan yang perlu terus disupport kegiatannya. Ditegaskannya Disperpa akan terus hadir untuk memastikan petani dapat beraktivitas secara nyaman dan terselesaikan berbagai permasalahannya. “Mendukung petani sangat berkorelasi dengan upaya pencapaian target Luas Tambah Tanam (LTT) Kota Magelang yang setiap bulannya rata-rata di kisaran 30 hektar,”tegasnya.

Eri menambahkan kegiatan gropyokan hama tikus bersifat pengendalian rutin untuk meminimalkan dampak serangan selama pertanaman padi sawah musim ini. Sampai sejauh ini, lanjutnya, hama tikus belum signifikan serangannya pada pertanaman padi sawah. ”Meskipun serangan hama tikus belum mewabah, gropyokan perlu dilakukan agar populasi hama tikus dapat dikendalikan,”ujarnya.

Sementara itu Kepada Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto didampingi Ahmad Sholikhun, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Made Redana, POPT Kota Magelang,  mengingatkan petani untuk mewaspadai serangan hama tikus khususnya pada musim pancaroba dari kemarau ke musim penghujan seperti saat ini. Secara umum hama tikus mengalami perkembangan cukup signifikan pada musim pancaroba. “Pelaksanaan gropyokan tidak hanya untuk membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian,”katanya.

Terkait pelaksanaan kegiatan ini, pihaknya memfasilitasi 2 jenis racun tikus yaitu Basmikus dan Klerat. Basmikus yang bersifat racun pernafasan digunakan untuk mengendalikan tikus di lubang-lubang aktifnya, sedangkan Klerat sebagai umpan yang dicampurkan dengan makanan sesuai preferensi tikus. Penggunaan Basmikus lebih efektif dilaksanakan pada saat tanaman sudah memasuki fase generatif, sedangkan Klerat efektif digunakan pada saat awal tanam hingga tanaman menjelang memasuki fase generatif. “Agar lebih efektif, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara kombinasi dengan melibatkan banyak orang,” ungkapnya.

Di tempat terpisah, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya memastikan petani terus mendapatkan pendampingan dari Penyuluh. Dia mengharapkan ke depan pengamatan dini terhadap hama dan penyakit disertai gropyokan tikus tetap rutin dilakukan di semua lokasi persawahan milik petani di Kota Magelang. “Kegiatan ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama 4 bulan,”katanya.

Among menambahkan harapannya kepada pengelola pengairan yang mengarah ke persawahan di Kota Magelang untuk menjamin ketersediaan air irigasi untuk sawah Kota Magelang. “Setiap saat Penyuluh mendampingi dan memantau perkembangan kegiatan di lahan pertanian petani di wilayah masing-masing. Dengan begitu petani akan merasa nyaman sehingga dapat berkesempatan meningkatkan hasil panen. Mudah-mudahan air irigasi semakin lama semakin memadai, sehingga pendampingan petani dapat berjalan optimal,” kata dia. (amw, red)

 

Sukseskan Diversifikasi Komoditas, Pejabat Disperpa Turun Gunung Tebar Bersama Bibit Nila Sistem Mina Padi

on .

MAGELANG-Untuk kedua kalinya, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari selasa (8/10/2019) melaksanakan kegiatan tebar bibit ikan nila di areal demonstrasi plot (demplot) budidaya Mina Padi Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban. Kepala Disperpa bersama-bersama sejumlah pejabat struktural, pejabat fungsional Disperpa dan anggota Gapoktan Agung Tuk Sari Cacaban memimpin langsung kegiatan tebar bersama 65 kg bibit ikan nila di lahan padi sawah seluas 1800 meter persegi. Kegiatan dimaksudkan sebagai salah satu solusi inovasi dalam rangka optimalisasi lahan pertanian produktif untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Kota Magelang.

Dalam kesempatan ini, Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko didampingi sejumlah pejabat struktural di lingkup Disperpa antara lain Sekretaris Dinas, Susmiyati, Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto, Kepala Bidang Pangan, C. Dwi Ratri, sejumlah pejabat eselon IV dan pejabat fungsional lingkup Disperpa. Eri menjelaskan sebagaimana tebar perdana mina padi dan mina cabai di kelurahan Magelang beberapa waktu lalu, kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai percontohan untuk mengoptimalkan fungsi lahan sawah sebagai unit produksi komoditas pertanian dan perikanan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani di Kota Magelang. Kegiatan ini relevan dengan situasi dan kondisi semakin menyempitnya lahan produktif pertanian di Kota Magelang. Terinformasi lahan pertanian produktif di Kota Magelang tinggal menyisakan luasan 161,34 hektar dengan rincian 142,83 hektar sawah dan 16,51 hektar tegalan. “Oleh karena itu kita (Disperpa) harus cerdas berinovasi dan kreatif membuat program kegiatan di sektor pertanian, sehingga lahan dapat optimal dalam mendongkrak kesejahteraan petani Kota Magelang,”jelasnya

Di sela-sela kegiatan tebar bibit ikan, Eri menambahkan kegiatan demplot ini sebagai tindak lanjut dari kegiatan Pelatihan Mina Padi dan Studi Tiru Mina Padi dan Mina Cabai di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda dusun Samberembe, desa Candibinangun, kecamatan Pakem kabupaten Sleman beberapa waktu lalu. Demplot Mina Padi di kelurahan Cacaban ini fokus pada ujicoba varietas baru padi Inpari-32 dan pembesaran ikan nilai. “Kami harapkan dalam 3-4 bulan yang akan datang, dari satu lahan sawah ini dapat panen 2 jenis produk, ikan dan beras,”ungkapnya.

Eri menegaskan Disperpa juga akan terus berupaya memunculkan inovasi-inovasi baru di sektor pertanian demi terwujudnya kesejahteraan petani yang lebih baik. Menurutnya, kombinasi budidaya komoditas pertanian dan perikanan dalam satu lahan adalah sebagai awal. Diakuinya, inovasi dan kreativitas merupakan kunci utama dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan pertanian produktif di Kota Magelang yang dari waktu ke waktu semakin menyusut. “Lagi-lagi Disperpa tidak akan menyerah dengan semakin terbatasnya lahan produktif. Kami (Disperpa) akan terus mencari terobosan-terobosan terbaik demi terwujudnya peningkatan kesejahteraan petani Kota Magelang,”tandasnya.

Terkait kegiatan Mina Padi, Kabid Pangan, C.Dwi Ratri didampingi Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan, M.Makfud mengharapkan kegiatan dapat berjalan sukses dan menjadi contoh bagi petani di lokasi kelurahan lainnya. Menurutnya usahatani Mina Padi dengan cara pengusahaan benar akan dapat menambah pendapatan petani. Kalau biasanya, petani hanya bisa panen padi saja, dengan usaha tani Mina Padi ini petani juga memperoleh hasil ikannya. Pengalaman petani di Sleman, dari lahan Mina Cabai seluas 500 meter persegi, mereka dapat memperoleh uang sekitar 6 juta rupiah. “Kita harapkan petani mencontoh keberhasilan di Sleman. Semoga dalam 3-4 bulan ke depan petani sudah dapat memanen ikan sekaligus padinya,”imbuhnya.

     Sementara itu Tatag Sugiri Syamsu dan Suwardi, keduanya petani pelaksana demplot menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Disperpa yang telah mempercayakan kegiatan demplot kepada mereka. Mereka bersyukur di tengah-tengah kegalauan yang hinggap akibat keterbatasan air irigasi, petani di Cacaban masih bisa tanam padi berkat dukungan air sumur pompa (irigasi air tanah dangkal) yang dibangun Disperpa tahun 2016 lalu di sekitar areal persawahan tersebut. Tatag, yang akrab dipanggil Geri itu menuturkan sangat optimis untuk bisa mengikuti jejak keberhasilan petani Sleman. “Mudah-mudahan dengan kehadiran langsung Bapak Kepala Dinas, semangat kami dapat menjadi demplot Mina Padi sebagai contoh yang baik bagi sedulur tani di Kota Magelang,”tukasnya (among_wibowo, red)

Menilik SLPHT Minggu Ke-8: Disperpa Kota Magelang Dorong Penerapan Pengairan Berselang, Pengelolaan Tanaman Refugia Disertai Pemanfaatan Pesnab dan POC

on .

MAGELANG – Memasuki minggu kedelapan pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (02/10/2019) mengintensifkan petani di kelurahan Magelang untuk mengelola tanaman refugia. Pasalnya tanaman yang berupa tanaman bunga matahari dan kenikir itu mampu mengundang hadirnya musuh alami pada budidaya padi sawah. Kondisi ini sangat penting untuk keseimbangan ekosistem lahan sawah dimana kehadiran musuh alami dapat mengimbangi populasi organisme pengganggu tanaman (OPT) di persawahan. Bagi petani hal ini akan semakin menguntungkan untuk mengimplementasikan Budidaya Tanaman Sehat (BTS) pada pertanamannya. Kegiatan diikuti sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko melalui pesan singkatnya meminta petani menerapkan pengairan berselang. Selain itu petani perlu mengelola tanaman refugia yang sudah ada dan mengoptimalkan penggunaan pestisida nabati (pesnab) dan POC yang diproduksi sendiri oleh petani. Selain ramah lingkungan, penggunaan pesnab dan POC juga minimal biaya. “Langkah yang dilakukan petani ini nantinya sangat penting untuk menuju Budidaya Tanaman Sehat (BTS),”jelasnya.

Sementara itu fasilitator kegiatan, Among Wibowo memotivasi petani untuk lebih jeli dalam pengamatan terhadap hama dan penyakit dan menerapkan pengairan berselang. Pengamatan terhadap hama dan penyakit secara rutin akan meminimalkan terjadinya ledakan serangan OPT pada pertanaman. Pengairan berselang dapat mengefisienkan penggunaan air yang berlebihan dan memberikan kondisi keseimbangan dalam ketersediaan air dan oksigen. Pengairan yang berlebihan di satu sisi dapat merugikan petani dalam beberapa aspek. Antara lain meningkatnya kemasaman tanah (pH tanah) dan meningkatnya serangan OPT utamanya hama sundep (Schirpopaga innotata). “Meningkatnya pH tanah akan menurunkan serapan unsur hara oleh tanaman padi, sedangkan meningkatnya serangan sundep dapat berakibat fatal pada penurunan produksi padi milik petani,”jelasnya.

Terkait pengendalian hama sundep, Among yang juga Penyuluh Pertanian Madya itu merekomendasikan penyemprotan asap cair dari sekali seminggu menjadi 2 kali seminggu. Sebagai upaya antisipasi serangan hama tikus, kelompok tani diharapkan untuk melakukan kerja bakti pembersihan gulma di pematang sawah. Selain itu dia juga mendorong petani untuk dapat membuat sendiri pesnab dan POC. Untuk itu pada kesempatan ini dia memberikan kesempatan kepada Sumadi, salah satu petani di kelurahan Magelang yang telah lulus pelatihan Pertanian Organik dari Bapeltan Soropadan untuk menularkan ilmunya. Sumadi menyampaikan secara teknis praktek pembuatan pestisida nabati (pesnab), POC dan PGPR kepada saudara-saudara taninya yang mengikuti kegiatan SLPHT. Materi yang disampaikan mulai bahan-bahan, cara pembuatan dan aplikasinya pada tanaman padi. “Pembelajaran dari petani kepada petani seperti inilah yang akan lebih membumi dan berdaya guna dalam metode pembelajaran orang dewasa (POD),”ungkap Among.

        Sementara itu Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun bersama Abdul Z. Rochim, Penyuluh Pertanian Penyelia mengingatkan petani tentang pentingnya untuk kembali mengelola kelembagaan kelompok tani secara benar. Kelompok Tani secara struktur sebenarnya sudah kaya fungsi karena di dalamnya sudah ada sejumlah seksi yang memadai untuk berjalannya aktivitas kelompok. Seperti seksi pertanian, seksi peternakan, seksi perikanan dan seksi alsintan. “Petani perlu memperkuat lembaganya agar dapat lebih eksis dalam kegiatan usahataninya,”katanya. (amw, red)