• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Studi Tiru Disperpa Kota Magelang : Berburu Pengalaman Mina Tanaman dari Petani Sleman Yang Mampu Hasilkan Rp 180 Juta Per Hektar

on .

MAGELANG – Ada hal menarik dari studi tiru Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bersama petani anggota Gapoktan Agung Tuk Sari dan Gapoktan Sri Rejeki kemarin (rabu, 11/09/2019). Studi Tiru Budidaya Mina Tanaman ini menjadi terobosan Disperpa dalam upaya meningkatkan wawasan dan ketrampilan petani di Kota Magelang. Dari studi tiru yang digelar di Kampung Mina Padi milik Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda Samberembe, Candibinangun, Pakem-Sleman itu, petani peserta tampak sangat termotivasi untuk bisa segera menerapkan teknologi budidaya Mina Tanaman seperti Mina Padi, Mina Cabai dan Mina Timun di lahan masing-masing. Pasalnya, teknologi budidaya Mina Tanaman itu diyakini mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi petani. Bahkan untuk budidaya Mina Timun bila dikonversi, hasilnya berpotensi mencapai Rp 180 juta/ha. Ikuti liputannya berikut ini.

Adalah Satriyanta, Ketua Pokdakan Mina Muda dusun Samberembe desa Candibinangun, kecamatan Pakem Kabupaten Sleman sekaligus penggiat budidaya Mina Padi. Kepada saudara-saudara taninya dari Kota Magelang, pemuda usia 40 tahunan yang akrab disapa Timbul itu bercerita pengalaman perjalanan budidaya mina padi di kampungnya awalnya tak berjalan mulus. Usaha yang dirintis dalam 5 tahun terakhir itu mulanya juga menemui kegagalan sebagaimana usaha-usaha rintisan lainnya. Namun kenyataan pahit itu tak membuatnya dan anggota pokdakan menjadi patah semangat. Terus mencoba dan mencoba hingga berhasil, begitu kira-kira yang ia pedomani.

Dibawah pendampingan Fransiskus Making Ero, Penyuluh Perikanan Candibinangun, jerih payahnya mulai membuahkan hasil yang menggembirakan. Pelan tapi pasti hasil secara ekonomi mulai dapat ia dirasakan bersama keluarga 3-4 tahun terakhir. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, Timbul mulai berani mengkombinasikan usaha mina itu tak hanya dengan padi tapi juga dengan komoditas lainseperti cabai dan timun. Upaya tersebut untuk mengukur analisa usaha tani dan perbandingan biaya dan pendapatan yang akan diraih petani. Kesimpulannya ketiganya sama-sama menguntungkan.

Usaha budidaya mina padi dan variasinya pun dapat tumbuh berkembang dan diterima masyarakat di kampungnya. Kini sudah ada 3 hektar lahan sawah yang difungsikan dengan teknologi budidaya mina padi, mina cabai dan mina timun. Semua kegiatan dilaksanakan secara swadaya dengan harapan hasil produksi dan dampak ekonomi dapat dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat. Ia dan kelompoknya mulai melakukan perubahan tata kelola usaha dengan memanfaatkan skema permodalan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Setiap lahan sawah dikelola masing-masing petani anggota. Namun petani yang kesulitan mengelola lahannya, pengelolaannya langsung ditangani pokdakan dengan dana KUR tersebut. Petani yang lahannya dikelolakan ke pokdakan bekerja dan menerima bagian hasil setelah panen. “Intinya win-win solution,”tegas Timbul.

Sejalan dengan perkembangan pariwisata di dusun Samberembe desa Candibinangun, Timbul bersama rekan-rekannya mulai melirik peluang lain, Kampung Mina Padi. Kampung Mina Padi yang dibangunnya mulai dilinkkan dengan konsep wisata dan padat teknologi, bergabung dengan kelompok besar, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang juga beranggotakan sejumlah organisasi masyarakat lainnya seperti Kelompok Wanita Tani, Karang Taruna, Pengelola Homestay, Outbond dan Kelompok Pengrajin Batik. Selain agar semakin banyak kunjungan tamu dari dalam dan luar daerah, Timbul juga berharap generasi millenial lebih tertarik menekuni dunia pertanian dan perikanan berkonsep wisata sebagai usaha yang menjanjikan di masa depan.

Timbul yang bulan lalu berkesempatan mempresentasikan Teknologi Budidaya Mina Padi di hadapan delegasi Malaysia itu juga menceritakan flashback pengalaman pribadinya mengelola lahan sawah seluas 3000 meter persegi milik orangtuanya. Diakui selama 20 tahun dirinya berusaha tani murni padi sawah, ia tak mampu berkembang secara ekonomi, bahkan cenderung stagnan. Dalam perkembangannya melalui ide kreatif dan inovasi pribadi, akhirnya Timbul mulai mencoba mina padi di lahan seluas 1000 meter persegi. Di lahan tersebut ia mampu meraup tambahan hasil 6 juta dari hasil pembesaran ikan konsumsi. “Kalau biasanya saya tanam padi menghasilkan 8 kuintal gabah kering panen (GKP) dengan nilai sekitar Rp 3,2 juta, kini dengan usaha mina padi penghasilan saya bertambah 6 juta dari hasil pembesaran ikan tanpa mengurangi hasil padi (tetap Rp 3,2 juta),”katanya.

Lain halnya dengan Mina Cabai dan Mina Timun. Pengalaman Timbul mengusahakan Mina Cabai di lahan seluas 500 meter persegi mampu menghasilkan hasil kombinasi cabai 20 kali panen (harga cabai Rp 35 rb/kg) senilai Rp 4 juta plus bibit ikan nila merah 50 kg senilai Rp 2 juta rupiah dalam kurun waktu 4 bulan. Lebih istimewa lagi apa yang ia dapat dari Mina Timun. Dari Mina Timun seluas 500 meter persegi, hanya dalam kurun waktu 2,5 bulan saja, Timbul mampu meraup uang Rp 9 juta (bila dikonversi Rp 180 juta/ha) hanya dengan modal Rp 4,5 juta. Rinciannya Rp 6 juta dari hsil panen timun jenis semi baby (panen setiap hari selama 36 kali, harga Rp3.500/kg). Sisanya Rp 3 juta diperolehnya dari panenan bibit ikan. “Coba sekarang bandingkan dengan hasil panen padi dari luasan 500 meter persegi, yang hanya Rp 1,25 juta,”ungkapnya.

        Sejumlah petani yang mendengar penjelasannya terkesiap setengah tak percaya. Mereka sangat antusias untuk mencobanya di Kota Magelang. Melihat respon positif petani, M. Makfud, Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan pada Disperpa menjanjikan tindak lanjut kegiatan dengan merealisasikan kegiatan demplot di areal persawahan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban dan Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang. Waktu pelaksanaan kegiatan direncanakan akhir September hingga awal Oktober 2019. Saat ini lahan di kedua lokasi masih dalam tahap persiapan. Kedua lokasi demplot diharapkan dapat menginisisasi tumbuhnya Kampung Mina Padi, Mina Cabai bahkan Mina Timun di Kota Magelang. (among_wibowo, red)

Tingkatkan Kemampuan SDM Pertanian, Disperpa Kota Magelang Gelar Pelatihan dan Studi Tiru Budidaya Mina Padi

on .

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang selama dua hari, selasa – rabu (10-11 September 2019) menggelar Pelatihan dan Studi Tiru Budidaya Mina Padi bagi dua Gapoktan di Kota Magelang. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan SDM Pertanian dalam optimalisasi lahan di Kota Magelang. Peserta pelatihan dan studi tiru Budidaya Mina Padi adalah Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang dan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban. Kegiatan hari pertama dilaksanakan di Aula Disperpa menampilkan 2 narasumber, Penyuluh Perikanan Kabupaten Sleman dan dosen UNS Surakarta. Dilanjutkan kegiatan hari kedua studi tiru ke Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda di Samberembe, Candibinangun, Pakem-Sleman.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya mengatakan bahwa lahan pertanian Kota Magelang dari tahunn ke tahun semakin berkurang, sehingga berakibat menurunnya produksi pertanian di Kota Magelang. Namun seiring dengan perkembangan inovasi untuk peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan diversifikasi tanaman/pertanian diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang sangat jitu.

Eri mengungkapkan usaha diversifikasi tanaman tersebut dapat dikolaborasikan dengan komoditas perikanan. Salah satunya Mina Padi. Mina Padi, lanjutnya, merupakan suatu bentuk usaha tani gabungan (combined farming) yang memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam. Kolam dimanfaatkan untuk budidaya ikan sehingga dapat memaksimalkan hasil tanah sawah. Mina Padi dapat meningkatkan efisiensi lahan karena dalam satu lahan dapat dilakukan budidaya dua komoditas pertanian dan perikanan sekaligus,”katanya.

Ditambahkannya, Mina Padi dapat menjadi salah satu kegiatan petani untuk optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani. Caranya dengan merekayasa lahan melalui teknologi tepat guna. Langkah yang dapat dilakukan dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem diversifikasi pertanian, Salah satunya, ungkapnya, adalah dengan menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. “Pemeliharaan ikan di persawahan selain dapat meningkatkan keragaan hasil pertanian, pendapatan petani, kesuburan tanah dan air juga dapat menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman padi,”Imbuhnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pangan, C. Dwi Ratri didampingi Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan, M.Makfudmenambahkan bahwa sistem MinaPadi merupakan cara yang efektif untuk keberlanjutan usaha pertanian dan perikanan, meningkatkan kesejahteraan petani dan mewujudkan kedaulatan pangan. Selain itu, Mina Padi juga memungkinkan terciptanya pertanian organik yang ramah lingkungan dan produknya sehat untuk dikonsumsi..Mudah-mudahan pelatihan ini dapat menjadi motivasi petani dalam pembangunan ketahanan pangan di Kota Magelang,”harapnya.

Terinformasi dalam kegiatan hari pertama, narasumber pertama, Rofandi Hartanto menyampaikan materi Manajemen dan Kelembagaan Gapoktan Dalam Pengembangan Usaha Gapoktan. Sedangkan narasumber kedua, Fransiskus Making Ero menyampaikan materi Teknologi Budidaya Mina Padi. Sejumlah peserta antusias mengikuti kegiatan ini karena berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejateraannya. Selanjutnya peserta mengikuti studi tiru dengan melakukan kunjungan lapangan ke Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda di Samberembe, Candibinangun, Pakem-Sleman (Liputan Khusus.selanjutnya memuat hasil kunjungan Studi Tiru di Pokdakan Mina Muda Pakem-Sleman).


        Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini akan dilaksanakan demoplot Mina Padi di dua lokasi, yaitu di persawahan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban dan persawahan Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang. Waktu pelaksanaan kegiatan direncanakan akhir September hingga awal Oktober 2019. Saat ini lahan di kedua lokasi masih dalam tahap persiapan berupa pembibitan padi dan pengolahan tanah. Kedua lokasi demplot diharapkan dapat menginisisasi tumbuhnya Kampung Mina Padi di Kota Magelang. (among_wibowo, red)

Mengulik Karnaval Disperpa 2019 : Digandrungi Anak-Anak dan Remaja, Ada Banyak Tepukan Masyarakat

on .

MAGELANG- Ada banyak hal menarik dan speechless sepanjang partisipasi Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang dalam Karnaval Pembangunan Kota Magelang 2019 kemarin (minggu, 08/09/2019). Lautan masyarakat, mulai anak-anak, remaja hingga dewasa, tumpah ruah di sepanjang jalan rute Karnaval menantikan performance pawai mobil hias Karnaval Disperpa. Antusiasme masyarakat yang begitu kuat tampak dari membludaknya apresiasi mereka yang hadir menyaksikan parade karnaval pembangunan. Tanpa dimintapun, mereka memberikan aplause (tepukan) kepada rombongan karnaval Disperpa yang melintas di depannya. Tak ketinggalan, anak-anak dan remaja tampak gandrung dengan dandanan noni-noni ala Belanda di atas mobil hias Karnaval Disperpa. Mereka pun membalas lambaian tangan noni-noni ala Belanda itu penuh antusias.

Pawai mobil hias Karnaval Disperpa tahun ini memang terasa menarik, elegan dan unik. Mengusung tema SDM Unggul Indonesia Maju, Disperpa menampilkan ikon Kebun Bibit Senopati dengan sejumlah aktivitas noni-noni ala Belanda yang sedang merawat dan memanen bunga di lahan mereka. Aktivitas noni-noni diiringi parade kelompok tani pejuang pangan yang memamerkan hasil pangan (beras) dengan mengendarai traktor, sebuah mesin pertanian representasi dari modernisasi pertanian. Dari sisi tumpahan ide, sangat unik memang, mobil Karnaval Disperpa tampil dengan perpaduan nuansa tempo doeloe dalam balutan Modernisasi Pertanian. Inspirasi energi positif diharapkan mampu mendorong pembangunan SDM Pertanian Di Kota Magelang untuk selalu moving, mengeksplorasi potensi dan inovasi untuk kemajuan dunia pertanian. SDM Pertanian harus mampu kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, kira-kira demikian pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak yang hadir minggu siang hingga sore itu.

Di tengah terik matahari yang membakar kulit, Ikon Bunga Matahari yang tampil gagah nan megah memperjelas gambaran suasana hati penuh kehangatan dari aktivitas pertanian yang dilakukan para noni dan petani, siang itu. Situasi ini menggambarkan Disperpa selalu mendorong pelaku utama, pelaku usaha dan stakeholders untuk menggapai apa yang dicita-citakannya. Dalam konteks kebangsaan, Bunga Matahari dan rombongan pengiringnya itu laksana bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang beragam suku, agama, ras dan bahasa yang tak terpisahkan. Satu bunga matahari yang berisi ratusan hingga ribuan bunga kecil pada tongkolnya selalu menyatu dan setia, memberi makna mendalam semangat membangun SDM yang Unggul ini tak boleh padam dan perlu terus menjadi ruh Disperpa dalam pengembangan SDM Pertanian demi mewujudkan Kota Magelang yang Modern Cerdas (Moncer) yang Religius dan Sejahtera (Serius).

Noni-noni ala Belanda dalam Karnaval adalah simbol dunia pertanian tak hanya digeluti dan ditekuni para pria, namun juga para wanita. Tampilan baju Noni-Noni yang bersih perlu dimaknai aktivitas pertanian dewasa ini tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Pertanian tidak lagi relevan dalam tafsiran kotor, belepotan, terbelakang atau apapun istilah inferior lainnya. Dalam balutan kesan classic itu, petani adalah gambaran bagian masyarakat Kota Magelang yang gemar dan sangat memaknai hidup sederhana, meski banyak sekali dari mereka yang justru sukses bergelimang rupiah, bahkan dolar.

         Iringan petani membawa panenan gabah dan beras bersama traktor kebanggaan mereka adalah simbol penuh pesan, Disperpa terus berjuang menelurkan SDM Pertanian Unggul agar geliat dunia pertanian semakin kompetitif di era revolusi Pertanian 4.0, meski tak lagi melulu komoditas pangan. Kesuksesan usaha petani perkotaan, di tengah tekanan semakin menyempitnya lahan pertanian produktif itu, bisa jadi bukan hanya beras, tapi juga tanaman hias/bunga, sayuran, ternak, ikan atau bahkan olahannya. Critical Point dari semua itu, pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian di Kota Magelang perlu terus ditingkatkan dan harus diletakkan di atas segalanya. Agar petani sebagai bagian integral masyarakat Kota Magelang semakin unggul dan mampu berkompetisi di era milenial yang menuntut melek Teknologi Informasi. Selamat mewujudkan SDM Pertanian Unggul, Kota Magelang Maju, Moncer Serius. (among_wibowo, red)