• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Dikunjungi IPI Se-Jawa Plus, Kebun Bibit Senopati Berpotensi Makin Populer dan Viral Di Masyarakat

on .

MAGELANG-Keberadaan Kebun Bibit Senopati atau lebih dikenal dengan KBS itu semakin populer dan viral saja di masyarakat. Tak tanggung-tanggung, hari kamis (22/08/2019) KBSmenerima kunjungan penting dari Insan Pariwisata Indonesia (IPI) Se-Jawa plus perwakilan IPI Kepulauan Riau dan Nusa Tenggara Barat. Kunjungan rombongan IPI yang berjumlah 90 orang itu atas inisiasi Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata(Disporapar) Kota Magelang. Kegiatan ini sebagai rangkaian pengenalan destinasi wisata yang ada di Kota Magelang kepada para Insan Pariwisata Indonesia.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya yang disampaikan Kasi Prasarana dan Sarana Pertanian, Yhan Noercahyo Wibowo, mengucapkan selamat datang dan terimakasih yang tidak terhingga atas kedatangan Insan Pariwisata Indonesia (IPI) ke KBS.Disampaikannya, KBS yang dikelola Seksi Prasarana dan Sarana Pertanian pada Disperpa Kota Magelang itusejauh ini telah menjelma menjadi magnet destinasi wisata baru di Kota Magelang, khususnya wisata edukasi keragaman dan budidaya tanaman hias.

Yhan menuturkan lokasi KBS yang hanya memiliki luas 3950 m² awalnya hanya memiliki dua bangunan green house. Keduanya difungsikan sebagai ruang produksi/budidaya tanaman hias.Pelan-pelan dalam perkembangannya, KBS mulai melebarkan fungsi dan manfaat untuk melayani masyarakat yang ingin belajar budidaya tanaman hias. Selain itu KBS sebagai destinasi wisata baru getol untuk mengenalkan keragaman jenis tanaman hias baik dari dataran rendah, sedang dan tinggi kepada masyarakat. Terinformasi KBS memiliki lebih dari 300 jenis tanaman baik tanaman dataran rendah, sedang dan tinggi. Semuanya dapat tumbuh dan berbunga dengan baik di Kebun Bibit Senopati.

Ditempat terpisah, Kepala Bidang Pertanian Agus Dwi Windarto menambahkan Saat ini keberadaan KBS juga difungsikan untuk mendukung branding Magelang Kota Sejuta Bunga (MKSB).Terkait pengunjung, Agus menjelaskan bahwa secara umum latar belakang pengunjung KBS beragam mulai dari instansi swasta, pemerintah, kelompok masyarakat dan yang paling dominan dari sekolah–sekolah.Para pengunjung yang datang juga banyak yang melakukan pembelajaran budidaya tanaman hias.Sejumlah tanaman hias yang menarik perhatian pengunjung diantaranya red salvia, sakura jawa, anggrek, bougenvil dan masih banyak lagi. “Silahkan datang dan belajar tanaman hias di Kebun Bibit Senopati, mumpung masih gratis (tanpa dipungut biaya),”katanya.

Sementara itu Sekretaris Disporapar,Aeny Setyawati mengungkapkan pihaknya terus gencar untuk memperkenalkan destinasi wisata yang ada di Kota Magelang termasuk KBS. Hal ini semata-mata untuk mensukseskan branding MKSB Jilid II yang dicanangkan Walikota Magelang belum lama ini. Aeny mengatakan kunjungan delegasi IPI ke KBS ini sebagai promosi destinasi wisata dan diharapkan dapat menarik sebanyak mungkin wisatawan dari luar daerah.

Pimpinan rombongan IPI, Tito yang juga sebagai Kabid Pengembangan SDM IPImengungkapkan kekagumannya atas penataan Kebun Bibit Senopati. Menurutnya penataan KBS hingga kebersihannya sangat luar biasa. Selain itu kerapian dan estetika semua terpola dengan baik.Ditambah lagi keragaman jenis tanaman hiasnya sangat variatif sehingga sangat menarik dikunjungi masyarakat khususnyapenyuka keragaman jenis tanaman hias.“Kondisi KBS saat ini sebaiknya dipertahankan. Mungkin hanya perlu ditambah keragaman jenis tanamannya dan di tempatkan menyerupai cluster-cluster sehingga masyarakat akan lebih mudah mengenali sesuai dengan kelompok/keluarga tanamannya,”komentarnya.

Terinformasi Kebun Bibit Senopati Kota Magelang dibawah pengelolaan Disperpa Kota Magelang.Dalam perjalanannya KBS mulai menjadi destinasi wisata baru bagi masyarakat Magelang dan sekitarnya. Setiap hari tak kurang200 pengunjung datang ke Kebun Bibit Senopati. Mereka berkunjung dengan beragam kepentingan, ada yang sekedar menikmati suasana, ada pula yang sekedar selfie atau swafoto.Hal ini karena penataan Kebun Bibit Senopati yang instagramable dan menjadi salah satu tempat paling hitsdi Kota Magelang untuk urusan berswafoto. (among_wibowo, red)

Disperpa Kota Magelang Gelar Sosialisasi Keamanan Pangan dan Prosedur Sertifikasi Halal

on .

MAGELANG-Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang kamis (22/08/2019) di aula Disperpa menggelar kegiatan Sosialisasi Keamanan Pangan dan Prosedur Sertifikasi Halal. Kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan terkait keamanan pangan dan produk bersertifikasi halal itu diikuti 20 orang pelaku utama dan pelaku usaha peternakan. Adapun narasumber kegiatan berasal dari Disperpa Kota Magelang, Dinas Kesehatan Kota Magelang dan Kantor Kementerian Agama Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Disperpa, Susmiyati mengtakan tujuan inti kegiatan adalah untuk mewujudkan jaminan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Dijelaskan lebih lanjut, pangan asal hewan seperti daging, susu dan telur serta hasil olahannya umumnya bersifat mudah rusak dan berpotensi berbahaya. Untuk penyediaan pangan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) diperlukan penerapan sistem jaminan keamanan pangan dan mutu pangan pada setiap tahapan dalam mata rantai penyediaannya, mulai dari peternakan sampai kemeja makan. “Terkait hal tersebut perlu penerapan higiene dan sanitasi dalam penanganan produk agar produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi. Selain itu yang tak kalah pentingnya, produk tidak mengandung bahan lain yang mengganggu kesehatan manusia dan tidak juga bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat (dari sisi kehalalannya),”tegasnya.

Sementara itu Sugiyanto, Kasi Peternakan Disperpa mengharapkan agar setiap unit usaha pangan asal hewan yang dikelola pelaku utama dan pelaku usaha wajib memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi pangan asal hewan. Setiap unit usaha pangan asal hewan yang telah memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi nantinya akan diberikan sertifikat kontrol veteriner. “Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikat Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan,”timpalnya.

Sugiyanto menambahkan bahwa kegiatan sosialisasi kepada masyarakat khususnya pelaku utama dan pelaku usaha menjadi sangat penting agar mereka mampu menghasilkan produk pangan asal hewan yang ASUH dan halal. Pengawasan dan pengendalian higiene dan sanitasi menjadi penting dalam upaya melindungi kepentingan masyarakat sekaligus mewujudkan ketentraman batin dan kesehatan masyarakat. “Namun, meskipun pelaku utama dan pelaku usaha sudah kita dorong untuk menjamin keamanan dan kehalalannya, kita tetap harus waspada terhadap produk pangan asal hewan yang tidak ASUH dan belum bersertifikasi halal, ,”ujarnya.

Terkait kegiatan, terinformasi 3 narasumber dalam kegiatan ini yakni Among Wibowo (Disperpa Kota Magelang) dengan materi Dinamika Kelompok:Penguatan Kelembagaan Kelompok Ternak, Ida Nurjayanti (Dinkes Kota Magelang) dengan materi Keamanan Pangan dan Fathurrokhim (Kantor Kemenag Kota Magelang) dengan materi Prosedur Sertifikasi Halal. Ada hal menarik yang menjadi stressing masing-masing narasumber. Among Wibowo, narasumber pertama menenekankan pentingnya pelaku utama maupun pelaku usaha untuk berlembaga dalam kelompok yang berorientasi ekonomi sehingga dapat meningkatkan skala usaha, memperbaiki efisiensi usaha dan meningkatkan nilai tawar.

Sementara Ida Nurjayanti, narasumber kedua mengupas peraturan-peraturan, mekanisme dan pengawasan yang terkait dengan keamanan pangan. Salah satu isu penting yang harus diketahui pelaku utama dan pelaku usaha dalam peredaran produk adalah sertifikat IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan) yang berlaku seumur hidup dan sertifikat P-IRT yang berfungsi sebagai ijin edar produk (masa berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang). Adapun narasumber terakhir, Fathurrokhim dengan lugas menyampaikan bahwa pengakuan kehalalan suatu produk tidak sembarangan dikeluarkan. Menurutnya pengakuan kehalalan dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) berdasarkan fatwa tertulis MUI. Dalam kesempatan tersebut dia menjelaskan prosedur untuk mendapatkan sertifikasi halal dan manfaat suatu produk bersertifikat halal. (amw, red)

Masuki Minggu Kedua SLPHT, Disperpa Kenalkan Agroekosistem, Pembuatan Petak Petani dan Petak PHT

on .

MAGELANG – Memasuki minggu kedua pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (21/08/2019) memperkenalkan komponen agroekosistem sawah dan pembuatan petak petani dan petak HPT kepada petani. Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan edukasi awal terkait konsep SLPHT ini diikuti sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang. Kegiatan berlangsung menarik dan mampu menambah wawasan baru bagi petani dalam mengelola agroekosistem sawahnya secara lebih baik.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointers yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun menjelaskan bahwa kegiatan yang bersumber dari dana APBD Kota Magelang itu dilaksanakan secara rutin mingguan hingga 12 kali, mulai Agustus hingga Nopember mendatang. Setiap kali pertemuan dilaksanakan menurut tema pembelajaran yang berbeda, sesuai kurikulum yang disusun fasilitator kegiatan yang ditunjuk. Adapun metode belajar yang diterapkan berbasis pengalaman dengan menitikberatkan kepada metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) atau andragogy. “Pembelajaran petani akan berupa praktek lapang, presentasi dan diskusi kelompok dengan kemasan versi petani,”katanya.

Terkait kegiatan SLPHT minggu kedua, I Made Redana, POPT yang juga bertindak sebagai fasilitator kegiatan menekankan pentingnya petani mengenal agroekosistem sawah dan komponennya. Di dalam agroekosistem sawah, lanjutnya, petani perlu mengenal komunitas hewan dan tumbuhan yang menjadi pendukung maupun pembatas dalam produksi padi di lahan sawahnya. “ Saat ini petani harus mampu mengenali apa saja yang dinamakan hama, penyakit dan musuh alami. Kapan harus dikendalikan dan kapan harus dibasmi dengan pestisida nabati,”jelasnya.

Senada dengan Made, Abdul Z. Rochim, Penyuluh Pertanian Penyelia pada Disperpa mendorong petani untuk banyak belajar mengenali dan mampu membedakan hama, penyakit dan musuh alami. Hal ini menurut Abdul menjadi sangat penting agar petani mampu mengendalikan hama dan penyakit sesuai konsep SLPHT yang benar. “Monggo bapak ibu banyak-banyak belajar dan bertukar pikiran dengan petani yang lain dan aparat Pemerintah bagaimana mengendalikan hama/penyakit secara PHT,”ujarnya memotivasi peserta yang hadir.

Terkait jalannya kegiatan, diawali dengan pembuatan petak petani dan petak PHT. Seperti diketahui ke-25 peserta dibagi dalam 5 kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil membuat 10 petak petani dan 10 petak PHT. Petak petani adalah lahan sawah yang dibudidayakan menurut kebiasaan petani setempat, sedangkan petak PHT adalah lahan sawah yang dijadikan percontohan karena dibudidayakan sesuai rekomendasi Disperpa mengacu pada konsep Budidaya Tanaman Sehat (BTS). Adapun varietas padi yang digunakan pada petak petani adalah varietas IR-64, sedangkan petani PHT adalah varietas Ciherang.

Setelah pembuatan petak petani dan petak PHT, kegiatan dilanjutkan dengan pengamatan tinggi tanaman, jumlah rumpun dan keberadaan musuh alami. Masing-masing kelompok kecil membuat paparan pada kertas kerja dan mempresentasikan hasil pengamatan kelompok di hadapan seluruh peserta SLPHT. Kegiatan diakhiri dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk persiapan kegiatan minggu depan.

Terkait RTL, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa akan mengawal langsung pelaksanaan kegiatan pengendalian gulma, pemupukan dasar dan penyemprotan asap cair dan pestisida nabati lainnya di petak PHT pada hari sabtu (24/08/2019) dan senin (26/08/2019). Sehingga diharapkan sudah ada perubahan yang signifikan antara petak petani dan petak PHT pada kegiatan selanjutnya. Dalam kesempatan tersebut Among juga mengingat petaninya untuk merawat proses pembibitan tanaman refugia bunga matahari dan kenikir. “Mudah-mudahan pertumbuhan bibit tanaman refugia baik dan optimal mendukung kegiatan SLPHT ini,”imbuhnya (amw,red)