• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Hadirkan Juri Internasional, Kontes Nasional Kucing di Kota Magelang Sukses Pecahkan Rekor Peserta

on .

MAGELANG– Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono hari minggu (17/11/2019) secara resmi membuka perhelatan Kontes Nasional Kucing Tahun 2019 di Gedung Bumi Kyai Sepanjang, kawasan Jl. Kartini Kota Magelang. Kontes bertajuk “Cat Show : Resik Kutane, Sehat Kucinge” itu sukses mendatangkan 146 peserta dari dalam dan luar daerah. Kegiatan kontes hasil kerjasama Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang dan Forum Komunikasi Dokter Hewan Indonesia itu juga dimeriahkan sejumlah kegiatan antara lain Cat Fun (lomba makan, Lomba lari, lomba berat badan (non steril dan steril, kecuali Maine Coon) dan lomba panjang ekor) dan kegiatan penunjang seperti vaksinasi rabies gratis, vaksinasi tri cat bersubsidi, bazar produk sponsor dan lomba mewarnai dan melengkapi gambar anak-anak. Kegiatan dihadiri sejumlah perwakilan OPD lingkup Pemerintah Kota Magelang dan para hobiis kucing dari dalam dan luar daerah.


 

Dalam kesempatan itu Joko Budiyono menegaskan Pemerintah Kota Magelang mengapresiasi antusiasme peserta dari luar daerah. Menurutnya hal ini sejalan dengan semangat pemerintah dalam mendatangkan lebih banyak lagi tamu dari luar daerah. “Kontes ini tidak main-main, selain tingkatnya nasional, juga mendatangkan juri dari luar negeri. Tahun depan harus lebih besar lagi, untuk itu hadiahnya nanti akan ditingkatkan agar minat peserta dari luar daerah lebih besar lagi,” ungkapnya.

 

 

Ia menilai kontes ini juga sebagai upaya meningkatkan kepedulian terhadap makhluk hidup, alam, dan lingkungan. Kota Magelang, lanjutnya, memang tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang bisa diandalkan. Maka yang diutamakan pemerintah saat ini adalah jasa dan Kota Magelang sebagai Kota Jasa pun terus digaungkan sampai saat ini. “Kontes ini sangat potensial untuk mendukung Kota Jasa. Karena itu untuk mendatangkan peserta lebih banyak lagi di tahun 2020 hadiahnya harus dinaikkan secara signifikan,” katanya.

 

 

Sementara itu Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko mengatakan kebanggaannya jumlah 146 peserta yang hadir melebihi target awal yang hanya 100 peserta. Menurutnya antusiasme yang tinggi dalam even kali ini hampir mendekati prestasi event serupa yang diadakan di Jogja dengan 150 peserta. “Tentu membanggakan dan menjadi tahap pemanasan untuk penyelenggaraan even serupa yang lebih baik tahun depan. Hal ini penting untuk mendukung program Ayo ke Magelang 2020 dengan tagline Magelang Moncer Serius yang ditargetkan akan banyak mendatangkan wisatawan,” jelasnya.

 

 

Eri menceritakan peserta kontes kali ini datang dari berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Banten, Bandung, Malang, Surabaya, Kediri, DI Yogyakarta, Pemalang, Solo, Semarang, dan Magelang Raya. Adapun juri Kontes Nasional Kucing ada 2 kesemuanya juri bertaraf  internasional. Mereka adalah Fadly Fuad (Bandung, Indonesia) dan Mr. Istzy Ratanawerawong (Thailand). Para peserta berlomba di 2 kelas dengan 6 kategori berbeda. Mereka memperebutkan hadiah berupa trofi, roset, dan uang pembinaan total jutaan rupiah,” katanya.

 

       Ia menambahkan kontes kucing diharapkan dapat menggali potensi dan upaya pembinaan bagi para pecinta hewan lucu ini. Disebutkannya, ada sekitar 20 cat shop di Kota Magelang yang perlu mendapat pembinaan agar bisa berkembang.“Kucing itu hewan yang unik dan punya sifat lucu. Tidak berlebihan bila pemerintah memfasilitasi event kontes ini karena jugaberpotensi untuk mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke Kota Magelang,” imbuhnya. (among_wibowo, red)

Lagi, Disperpa Edukasi Gropyokan Tikus Di Sidotopo Untuk Amankan Target Produksi Padi Kota Magelang

on .

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari jumat (15/11/2019) kembali mengedukasi petani untuk menggelar gropyokan tikus di areal persawahan. Kegiatan dilaksanakan bersama sekitar 20 orang anggota Kelompok Tani (Poktan) Arum Sari 1 di areal persawahan Sidotopo Kelurahan Kedungsari, Magelang Utara-Kota Magelang. Kegiatan didampingi langsung Seksi Tanaman dan Pangan Hortikultura (TPH) dan KJF Penyuluh Pertanian.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer yang disampaikan Kepala Seksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun mengatakan tujuan utama kegiatan gropyokan tikus adalah mengendalikan populasi hama tikus di areal persawahan agar dapat mengamankan target produksi padi di Kota Magelang. Ia memaparkan sepanjang tahun 2019, target produksi padi Kota Magelang sejumlah 2.359 ton gabah kering panen (GKP). Target tersebut diupayakan dari luas lahan baku sawah 142,83 ha, dengan Indeks Pertanaman 2,78 dan asumsi produktivitas rata-rata 5,95 ton/ha. “Disperpa selalu siaga terhadap serangan hama tikus demi mengamankan capaian target produksi tersebut,”tandasnya.

Dalam hal ini Disperpa selalu menekankan kepada petani untuk rajin menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan persawahan. Secara umum, lanjutnya, tikus menyukai lahan sawah yang kotor (banyak rerumputan,red) sehingga sangat penting bagi petani untuk terus menjaga kebersihan lahan sawahnya. “Sanitasi lingkungan yang baik akan dapat menekan populasi hama tikus sehingga langkah pengendalian populasi tikus pun tidak akan sesering pada lahan yang kotor,”tegasnya.

Sementara itu Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa, Among Wibowo menambahkan kalaupun masih ada serangan tikus setelah sanitasi lingkungan sawah baik, biasanya hanya bersifat spot-spot saja dan Disperpa masih punya jurus pamungkas dengan rodentisida Basmikus 66 PS dan Petrokum, seperti yang diaplikasikan dalam gropyokan tikus kali ini. Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. “Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi,”ungkapnya

Among meminta petani untuk intensif melakukan monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Menurutnya cara monitoring dapat dilakukan dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. “Tidak kalah pentingnya selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar,”ujarnya.

Menurutnya kelompok tani perlu terus menjaga kebersamaan antar anggota dalam setiap tahapan usahataninya. Kekompakan anggota dalam usaha tani harus dimulai dari keserempakan waktu tanam dan aktivitas-aktivitas usahatani lainnya seperti pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit. “Ketidakserempakan waktu tanam mengakibatkan perpindahan hama tikus dari satu lokasi ke lokasi yang lain sehingga menyulitkan pengendalian hama tikus di persawahan,”jelasnya.

       Terinformasi, tikus sawah merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi karena tingkat perkembangbiakannya yang cepat. Dari sepasang induk tikus dapat beranak pinak hingga mencapai sekitar 5.000 ekor per tahunnya. Tiap tahun, menurut sejumlah riset reproduksi tikus, serangan tikus mencapai lebih dari 17 % dari total luas areal padi di Indonesia. (amw, red)

 

Dibuka Sekda Kota Magelang, Magelang Rabbit Festival “Battle of Giant 2” Sukses Pecahkan Rekor Nasional

on .

MAGELANG- Perhelatan Magelang Rabbit Festival “Battle of Giant 2” resmi dibuka Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono, sabtu (9/11/2019) di kompleks Eks Karesidenan (Bakorwil) Kedu. Kegiatan tahunan hasil kolaborasi Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang dengan komunitas kelinci Republik Terwelu Magelang itu sukses memecahkan Rekor Nasional jumlah peserta kontes kelinci. Tak tanggung-tanggung, Battle of Giant 2 kali ini sukses menggaet 112 peserta kontes kelinci dari berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat. Jumlah tersebut melampaui target awal 100 peserta sekaligus melampaui Rekor Nasional sebelumnya yang hanya diikuti 71 peserta. Ratusan pengunjung turut menjadi saksi pemecahan Rekor Nasional tersebut.

Sekretaris Daerah Kota Magelang, Joko Budiyono dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya Kota Magelang berhasil memecahkan Rekor Nasional jumlah peserta kontes kelinci. Joko mengapresiasi prestasi yang ditorehkan Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang dan Republik Terwelu. Dia mengharapkan prestasi tersebut dapat terus ditingkatkan dan dipertahankan. “Tahun 2020 yang akan datang, saya menaruh harapan besar even Magelang Rabbit Festival dapat berbicara lebih jauh guna mendukung Magelang Moncer Serius 2020,” tandasnya.

 

 

Sementara itu Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko mengharapkan kegiatan yang berkaitan dengan kelinci ini tidak hanya sukses dalam skala even kontes atau lomba saja, tetapi juga sukses dalam pengembangan dan edukasi ternak kelinci kepada masyarakat Kota Magelang. Eri mengungkapkan ternak kelinci selain recommended sebagai hewan kesayangan, menarik dalam tampilan di even-even lomba, secara teknis daging kelinci juga sangat potensial untuk sumber protein alternatif di luar daging sapi, kambing dan ayam. “Daging kelinci berprotein tinggi dan rendah kolesterol, sehingga sangat baik untuk anak-anak dan orang dewasa,”jelasnya.

 

 

 

Disperpa, lanjutnya, sangat mendukung upaya diversifikasi daging yang dilakukan sehingga konsumsi daging masyarakat tidak hanya bertumpu pada daging sapi, daging kambing dan daging ayam, tetapi juga daging kelinci yang dikenal menyehatkan itu. Ditegaskannya di sejumlah daerah daging kelinci sudah mulai banyak dikonsumsi masyarakat dalam berbagai produk olahan. Dia mencontohkan di Sleman sudah marak pebisnis sate hingga rica-rica berbahan baku kelinci. “Mudah-mudahan nantinya dapat menjadi dorongan besar untuk masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya mengembangkan sekaligus meningkatkan konsumsi daging kelinci secara rutin,”tandasnya.

 

 

 

Terinformasi Magelang Rabbit Festival “Battle of Giant 2” resmi dibuka sejak pukul 09.00 dan proses penjurian akan berlangsung hingga malam hari. Kegiatan diawali dan dimeriahkan dengan penampilan kesenian REOG Kota Magelang. Sejumlah kegiatan lomba dan kontes kelinci yang digelar antara lain Kontes Utama (Main Event) Flemish Giant (BoB,BosB, Best Magelang), New Zealand (BoB,BosB, Best Magelang) dan Rex (BoB,BosB, Best Magelang). Beberapa Kontes Penunjang (Side Event) antara lain Lomba Adu Bobot (FG,NZ, Rex) dan Lomba Mewarnai Tingkat pelajar SD. Adapun bertindak sebagai Juri Kontes Kelinci bertaraf Nasional ini antara lain Adi Rosdiantoro dan Erdos Pinilih. Menariknya pada Lomba Adu Bobot, sebelum pelaksanaan kontes, setiap peserta wajib mengikuti tahapan screening yang dilaksanakan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kota Magelang. Hingga berita ini direlease, proses penjurian kontes kelinci masih berlangsung sengit karena peserta yang berpartisipasi sudah jauh-jauh hari melakukan persiapan agar kompetitif dalam lomba sehingga secara kualitas hampir sama.

 

        Terpisah Aryono Septa, pengurus Republik Terwelu mengungkapkan kebanggaannya dapat memecahkan Rekor Nasional jumlah peserta kontes bertaraf Nasional itu. Awalnya Republik Terwelu hanya mentargetkan jumlah peserta bisa tembus 100 peserta. Tak disangka-sangka, lanjutnya, bisa tembus 112 peserta kontes. Terkait pecahnya Rekornas, Septa berharap sukses even ini dapat menular pada keberhasil usaha ternak kelinci yang pelan-pelan mulai disinergikan dengan program Urban Farming yang mulai dijalankan Disperpa. Sebab, lanjut dia, secara ekonomi ternak kelinci sangat menguntungkan karena hampir tidak ada limbah ternak yang terbuang. Untuk jenis kelinci, dia mengungkapkan masyarakat bisa memilih jenis kelinci Flemish Giant, New Zealand atau Rex. “Ketiga jenis ini menjadi tolok ukur dalam standar harga daging kelinci hidup yang saat ini sudah ada di kisaran 35 ribu-40 ribu,”tukasnya. (among_wibowo, red)