• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Peran Rumah Potong Hewan (RPH) Saat Wabah Penyakit Mulut Dan Kuku (PMK)

on .

Oleh :

AMONG WIBOWO, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang

 

Salah satu peran Rumah Potong Hewan (RPH) dalam Pengendalian Penyakit Hewan dan Zoonosis SANGAT ESENSIAL dan SIGNIFIKAN, terutama untuk menghindari Pemotongan HEWAN YANG SAKIT atau diduga sakit sehingga menjamin daging dan hasil ikutannya AMAN dan LAYAK dikonsumsi.

Selain itu, RPH diharapkan mampu mendeteksi adanya penyakit hewan sehingga dapat sesegera memberikan informasi ke pemerintah daerah dan otoritas kesehatan hewan baik di tempat RPH berada dan tempat (daerah) asal hewan sehingga dapat dilaksanakan tindakan aksi yang cepat di tempat asal agar tidak terjadi penyebaran penyakit yang meluas.

.Kejadian wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), peran RPH “semakin VITAL” dalam pengendalian wabah PMK. .Sistem di RPH dapat menjamin pemotongan hewan yang sehat dan layak untuk konsumsi serta menjamin kesehatan lingkungan dari pencemaran kuman-kuman yang berbahaya bagi manusia dan hewan.

Sistem jaminan tersebut meliputi antara lain:

(1) pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih oleh Dokter Hewan sehingga hanya hewan yang sehat saja yang dipotong;

(2) pemeriksaan kesehatan daging dan jeroan setelah disembelih sehingga hanya daging dan jeroan yang aman dan layak yang dapat diedarkan untuk masyarakat;

(3) pengawasan proses pemotongan untuk mengurangi pencemaran pada daging, jeroan, lingkungan, dan pekerja di RPH; dan

(4) pelaporan jika terdapat hewan sakit.

Jika ada sapi atau ternak lainnya yang sakit atau diduga sakit PMK maka akan terdeteksi di RPH, kemudian sapi tersebut akan dipisahkan (diisolasi) dan DITUNDA DIPOTONG. Hal ini mencegah penyebaran virus PMK dari sapi tersebut ke sapi dan hewan peka lainnya serta ke lingkungan.

Daging tidak dapat menularkan PMK ke orang!

DAGING dari RPH sangat AMAN dan LAYAK kita konsumsi!

 

Ayo kita beli daging yang dipotong di RPH agar kita tetap sehat dan tidak ikut sebagai “penyebar” virus PMK (admin_disperpa, red)

Bijak Memilih Daging Ayam Yang ASUH

on .

Oleh :

AMONG WIBOWO, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang

 

Daging ayam merupakan daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan daging lainnya seperti daging sapi, babi atau kambing sehingga lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Daging ayam yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) adalah daging yang diharapkan oleh semua konsumen, karena terjamin jika dikonsumsi oleh manusia.

Pengertian ASUH yaitu:

* AMAN          :  Tidak mengandung bibit penyakit dan bahan kimia ataupun obat-obatan yang dapat mengganggu kesehatan .
* SEHAT           :  Memiliki zat-zat yang bergizi dan berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan.
* UTUH            :  Tidak dicampur dengan bagian lain dari hewan lain.
* HALAL           :  Dipotong dan ditangani sesuai dengan syariat Agama Islam.

Pelaku bisnis yang terlibat dalam proses pemotongan ayam hingga perdagangan daging ayam sangat banyak dan beragam dalam tingkat pendidikannya, sehingga sering terjadi banyak penyimpangan dalam penanganan dan perdagangan daging ayam di pasar atau di Tempat Pemotongan Ayam (TPA). Penyimpangan-penyimpangan tersebut antara lain:
* Penjualan bangkai ayam sebagai ayam potong, sering disebut ayam TIREN (mati kemaren)
* Pemakaian formalin sebagai bahan pengawet karkas
* Penyuntikan karkas ayam dengan air atau udara agar terlihat gemuk
* Pemberian warna kuning pada karkas atau daging ayam

Untuk mengetahui karkas atau daging ayam yang akan dibeli sehat dan tidak mengalami penyimpangan adalah dengan cara mengenali ciri-ciri karkas/daging ayam yang sehat sebagai berikut:
* Kulit berwarna putih bersih, mengkilat dan tidak dijumpai adanya memar
* Bau spesifik/khas daging ayam
* Pembuluh darah di seluruh tubuh tidak terlihat
* Serabut otot agak pucat, bekas pemotongan regangannya besar dan tidak merata
* Konformasi sempurna, tidak ada cacat
* Dijual pada tempat yang memiliki pendingin dan penutup
* Bersih dari kotoran
* Tidak dijumpai bulu jarum pada karkas/daging ayam

Daging ayam bangkai atau disebut TIREN, ayam mati yang dipotong selain tidak halal juga berbahaya bagi konsumen karena dapat mengandung penyakit yang dapat menular kepada manusia. Darah merupakan media yang baik untuk berkembangbiaknya kuman/bibit penyakit. Pada ayam yang disembelih darah dikeluarkan sebanyak mungkin, sehingga karkas tidak mudah busuk. Sementara pada daging ayam TIREN darah tidak dikeluarkan sehingga menjadi media yang baik untuk pertumbuhan kuman, dan daging akan cepat busuk. Ciri-ciri karkas ayam bangkai adalah:
* Kulit bercak-bercak merah, pada bagian kepala dan leher berdarah
* Bagian dalam karkas berwarna merah
* Baunya anyir, tidak seperti karkas ayam normal
* Otot pada dada agak lembek
* Serabut otot berwarna kemerahan
* Pembuluh darah di leher penuh dengan darah
* Bekas pemotongan di leher regangannya kecil dan rata
* Bercak kemerahan lama-kelamaan menjadi biru lebam
Formalin adalah bahan kimia berbentuk cair yang digunakan untuk mengawetkan mayat atau spesimen biologi untuk penelitian, disinfektan anti jamur dan juga bahan kimia industri. Formalin berbau tajam khas, menyebabkan iritasi pada kulit, selaput lendir hidung dan mata dan bersifat karsinogenik (pemicu tumbuhnya kanker pada jaringan hidup). Karena itu formalin tidak layak dan memang tidak diperuntukkan sebagai bahan pengawet makanan. Sering ditemukan kasus pemakaian formalin untuk daging ayam. Ciri-ciri daging ayam yang diawetkan dengan formalin yaitu:
* Kulit ayam terasa agak peret
* Lalat tidak mau hinggap pada karkas/daging
* Bau formalin yang khas kadang dapat tercium
* Daging/karkas dijual tanpa didinginkan
* Daging terlihal pucat

Karkas/daging ayam yang disuntik merupakan daging yag tidak sehat karena air yang disuntikkan mengandung kuman, selain itu dipastikan suntikan yang dipakai pun tidak bebas dari kuman. Dan kuman akan berkembangbiak didalam daging. Praktek ini merupakan tindak penipuan terhadap konsumen. Ciri-ciri daging ayam yang disuntik adala sebagai berikut:
* Daging/karkas terlihat kekar/gemuk secara tidak normal
* Konsistensi seperti balon berisi air/angin
* Jika dipotong akan kempes dan keluar angin/air
* Jika digoreng seperti menggoreng air
Karkas/daging ayam yang sehat adalah yang tidak diberi pewarna. Praktek pemberian warna kuning pada karkas ayam sering dilakukan agar daging ayam yang dijual tampak seperti daging ayam kampung. Pewarnaan pada daging ayam juga dapat digunakan untuk menyamarkan ciri-ciri daging ayam bangkai. Hal ini jelas merupakan suatu tindak penipuan terhadap konsumen, lebih-lebih jika pewarna yang digunakan bukan pewarna pangan melainkan pewarna untuk tekstil yang berbahaya bagi kesehatan manusia jika termakan. Walaupun razia sering dilakukan, masih sering terjadi kasus penipuan terhadap konsumen dan pemalsuan daging ayam. Untuk itu konsumen diminta waspada dalam membeli karkas/daging ayam.

Dewasa ini marak terjadi penularan flu burung/Avian Influenza(AI) dari unggas ke manusia. Masyarakat khawatir mengenai penularan AI melalui daging atau telur ayam/unggas. AI bukanlah penyakit yang menular melalui makanan. Masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi daging/telur ayam selama daging/telur tersebut dimasak hingga matang dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Virus Avian Influenza jika terdapat pada daging ayam akan mati dalam suhu 80 C selama 1 menit, sedangkan pada telur ayam  virus tersebut akan mati pada suhu 64 C selama 4,5 menit. (among_wibowo, red)

Teknik Budidaya Cabai Merah

on .

Oleh :

AMONG WIBOWO, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya

 

PENDAHULUAN

Cabai merah (Capsicum annuum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek pasar yang menarik. Buah cabai selain dapat dikonsumsi segar untuk campuran bumbu masak juga dapat diawetkan misalnya dalam bentuk acar, saus, tepung cabai dan buah kering.

 

PERSYARATAN TUMBUH

Cabai merah cocok dibudidayakan, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0–1000m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah yang berstruktur remah ataugembur, subur, kaya akan bahan organik, pH tanah antara6-7.Kandungan air tanah juga perlu diperhatikan.Hal tersebut berhubungan dengan tempat tumbuh tanaman cabai (sawah atau tegalan).Tanaman cabai yang dibudidayakan disawah sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam padamusim hujan. Dengan pemilihan musim tanam yang tepat, diharapkan pada saat pertumbuhan tanaman, kandungan air sawah tidak berlebihan dan ditanah tegalan masih cukup air untuk pertumbuhan cabai.

 

BUDIDAYA TANAMAN

1.   Varietas yang Dianjurkan

Varietas yang dapat digunakan untuk budidaya cabai merah antaralain adalah Lembang–1, Tanjung–2, Hot Chilli, Hot Beauty dan lain sebagainya. Kebutuhan benih sebesar 250-350 g/ha.

 

2.   Persemaian

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C)atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daunpisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan ke dalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 4-5 minggu.

 

3.   Pengolahan Lahan

  1. Lahan kering/tegalan

Lahan dicangkul sedalam 30-40 cm sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar1-1,2 m,tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan 30 cm.Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm) atau 50 cm x 70 cm, sehingga dalam tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman.

 

b.   Lahan sawah

Tanah dicangkul sampai gembur kemudian dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 m dan antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 50 cm x 40cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 dilakukan pengapuran menggunakan Kaptan/Dolomit dengan dosis 1,5 ton/ha pada 3-4 minggu sebelum tanam(bersamaan dengan pengolahan tanah dengan cara disebar dipermukaan tanah dan diaduk rata).

 

4.   Pemupukan

  1. Untuk penanaman cabai secara monokultur dilahan kering

Pupuk dasar yang diberikan berupa pupuk kandang kuda atau sapi sebanyak 20–40 ton/ha dan pupuk buatan TSP 200–225kg/ha diberikan sebelum tanam.

Pupuk susulan berupa Urea 100–150 kg/ha, ZA 300–400 kg/ha,dan KCl 150–200 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.

 

b.   Untuk penanaman cabai secara tumpang gilir dengan bawang merah

Bawang merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–20 ton/ha danTSP 150–200 kg/ha diberikan 7 hari sebelum tanam, kemudian Urea 150–200 kg/ha, ZK 400–500 kg/ha dan KCl 150–200 kg/ha diberikan pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam masing-masing ½ dosis.

Cabai merah: pupuk kandang kuda atau sapi 10–15 ton/ha dan TSP100–150 kg/ha diberikan seminggu setelah tanam. Urea 100–150kg/ha, ZA 300 – 400 kg/ha dan KCl 100 – 150 kg/ha diberikan pada umur 4,7dan10 minggu setelah tanam.

 

c.   Untuk penanaman cabai secara tumpangsari dengan kubis atau tomat

Pupuk kandang kuda atau sapi 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15   yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap10-15 hari sekali.

 

5.   Penggunaan Mulsa

Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan.

 

6.   Pemeliharaan

Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas.

 

7.   Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

OPT penting yang menyerang tanaman cabai antara lain kutu kebul,thrips,kutu daun,ulat grayak,ulat buah tomat,lalat buah,antraknose,penyakit layu, virus kuning, dsb. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

-                 Penggunaan border 4–6 baris jagung

-                 Penggunaan musuh alami (predator:Menochilussex maculatus)

-                 Penggunaan perangkap (kuning, methyleugenol)

-                 Penggunaan pestisida nabati

-           Penggunaan pestisida kimia sesuai kebutuhan dengan dosis yang sesuai petunjuk. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis,volume semprot,cara aplikasi,interval maupun waktu aplikasinya

 

8.   Panen dan Pasca Panen

Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur 70–75 harisetelah tanam di dataran rendah dan pada umur 4–5 bulan di dataran tinggi, dengan interval panen 3–7 hari. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat buah atau antraknos sebaiknya langsung dimusnahkan. Buah yang akan dijual segar sebaiknya dipanen matang. Buah yang dikirim untuk jarak jauh dipanen matang hijau. Buah yang akan dikeringkan dipanen setelah matang penuh.

Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang sehat, bentuk normal dan baik dengan buah yang kualitasnya tidak baik. Pengemasan cabai untuk transportasi jarak jauh sebaiknya mengggunakan kemasan yang diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung jala. Apabila hendak disimpan sebaiknya disimpan ditempat penyimpanan yang kering,sejuk dan cukup sirkulasi udara.

Artikel Selanjutnya...