Siap-Siap, Disperpa Kota Magelang-Republik Terwelu Target Pecahkan Rekor Nasional di “Battle Of Giant 2” Magelang Rabbit Festival

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG-Setelah sukses pada gelaran kontes kelinci Magelang Rabbit Festival bertajuk “Battle of Giant 1” yang pertama tahun lalu, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bekerjasama dengan komunitas kelinci Republik Terwelu kembali menghelat “Battle of Giant 2” di Eks Karesidenan (Bakorwil) Kedu pada 9 Nopember 2019 mendatang. Sejumlah kontes kelinci berbagai kelas bertaraf Nasional itu nantinya bakal digelar. Target utama kegiatan memecahkan Rekornas jumlah peserta kontes melampaui 100 peserta. Selain itu kegiatan ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait potensi bisnis ternak kelinci sekaligus mendorong harga daging ternak kelinci hidup yang lebih baik di wilayah Magelang dan sekitarnya.

Sekretaris Disperpa, Susmiyati didampingi Kabid Peternakan dan Perikanan, Hadiono hari jumat (18/10/2019) menyatakan optimismenya kegiatan kontes kelinci pada 9 Nopember nanti mampu memecahkan Rekornas sebagaimana yang ditargetkan. Disperpa, lanjutnya, sangat mendukung upaya diversifikasi daging yang dilakukan sehingga konsumsi daging masyarakat tidak hanya bertumpu pada daging sapi dan daging ayam, tetapi juga daging kelinci yang dikenal menyehatkan itu. Ditegaskannya di sejumlah daerah daging kelinci sudah mulai banyak dikonsumsi masyarakat dalam berbagai produk olahan. Dia mencontohkan di Sleman sudah marak pebisnis sate hingga rica-rica berbahan baku kelinci. “Mudah-mudahan kegiatan Battle of Giant 2 ini nantinya dapat menjadi dorongan besar untuk masyarakat Kota Magelang dan sekitarnya mengembangkan sekaligus mengkonsumsi daging kelinci secara rutin,”tandasnya.

Sementara itu, Aryono Septa Nugroho, Ketua Komunitas Republik Terwelu menuturkan Magelang Rabbit Festival “Battle of Giant 2” nantinya dilaksanakan di Bakorwil (Eks Karesidenan) Kedu mulai pukul 08.00 hingga selesai. Kegiatan direncanakan dibuka Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang dan dimeriahkan dengan kesenian REOG Kota Magelang. Sejumlah kegiatan lomba dan kontes kelinci yang digelar antara lain Kontes Utama (Main Event) Flemish Giant (BoB,BosB, Best Magelang), New Zealand (BoB,BosB, Best Magelang) dan Rex (BoB,BosB, Best Magelang) serta Kontes Penunjang (Side Event) berupaLomba Adu Bobot (FG,NZ, Rex) dan Lomba Mewarnai Tingkat pelajar SD. “Tak tanggung-tanggung, agar kontes semakin kredibel juri yang kami dihadirkan juga bertaraf Nasional antara lain Adi Rosdiantorodan Erdos Pinilih. Kami juga bekerjasama dengan Puskeswan untuk screening peserta lomba adu bobot kelinci,”jelasnya.

Terkait pelaksanaan lomba, Septa mentargetkan jumlah peserta bisa tembus 100 peserta. Tahun lalu, lanjutnya, jumlah peserta baru di kisaran 71 peserta. Selain itu pihaknya berupaya ada pemecahan Rekornas kembali dari tahun lalu. Rekor Nasional yang dibidik antara lain Rekornas peserta Flemish Giant Nasional 31 ekor dan peserta New Zealand Nasional 45 ekor. “Tahun lalu Rekor Nasional untuk kategori Flemish Giant sudah mampu dipecahkan Battle of Giant dengan peserta 30 ekor. Sedangkan untuk kategori New Zealand Rekor Nasional masih dikangkangi Kelinci Gayeng Semarang dengan peserta 42 ekor,”tukasnya.

       Terpisah, Sugiyanto, Kasi Petyernakan pada Disperpa menaruh harapannya agar penyelenggaraan Battle of Giant 2 dapat lebih meningkatkan minat masyarakat Kota Magelang untuk beternak kelinci dan mengkonsumsi produk olahan kelinci. Menurutnya usaha kelinci sejalan dengan program Urban Farming yang sedang digagas dan dijalankan Disperpa dan secara ekonomi sangat menguntungkan karena hampir tidak ada limbah ternak yang terbuang. Untuk jenis kelinci, dia mengungkapkan masyarakat bisa memilih jenis kelinci Flemish Giant, New Zealand atau Rex. “Ketiga jenis ini menjadi tolok ukur dalam standar harga daging kelincihidup yang saat ini sudah ada di kisaran 35 ribu-40 ribu,”pungkasnya. (among_wibowo, red)

Menilik SLPHT Minggu Ke-10: Padi Masuki Fase Generatif, Disperpa Tekankan Kewaspadaan Dini Terhadap OPT Walang Sangit

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu kesepuluh pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari rabu (16/10/2019) menekankan petani akan pentingnya meningkatkan kewaspadaan dini terhadap resiko serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Walang Sangit, terutama pada saat tanaman padi sawah memasuki fase generatif. Kegiatan yang sudah berlangsung selama 2 bulan ini semakin menarik diikuti dan mampu memberikan edukasi konsep SLPHT kepada sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang. Kegiatan juga diikuti oleh Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Sebagian tanaman refugia sudah mulai berbunga dan menarik perhatian masyarakat

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pesan yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun meminta petani untuk terus meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam produksi padi sawah dengan pendekatan SLPHT. Menurutnya, pendekatan SLPHT akan semakin memandirikan petani dalam mengatasi sejumlah masalah hama dan penyakit tanaman dengan solusi yang ramah lingkungan. Dijelaskannya penggunaan pestisida dan bahan kimia untuk pertanian dari waktu ke waktu akan semakin ditekan karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. “Di masa mendatang seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, produk-produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan(bila memungkinkan sampai level organik) akan semakin diminati,”tegasnya.

Petani berdiskusi dalam kelompok kecil untuk memaparkan pengamatan di petak masing-masing

Sementara itu, I Made Redana, POPT yang juga bertindak sebagai fasilitator kegiatan menguraikan pentingnya kewaspadaan terhadap OPT khususnya walang sangit pada masa generatif tanaman padi sawah. Serangan walang sangit dapat menurunkan kualitas beras yang dihasilkan petani karena butiran beras menjadi tidak mulus dan cenderung kusam. Untuk itu, dia memberikan pengetahuan kepada para petani untuk pembuatan Plant Growth Promoting Regulator (PGPR) dan Bakteri Merah. PGPR, lanjutnya, sangat penting sebagai bioprotectan yang akan melindungi tanaman dari serangan OPT selama fase yang dialaminya (sebagai imunisasi). Sedangkan Bakteri Merah sangat baik untuk memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dalam kesempatan ini Made mengupas kebutuhan bahan-bahan dan cara pembuatannya. “Bahan-bahan semua ada di sekitar kita, mohon disiapkan untuk praktek kita minggu depan. Mudah-mudahan semakin manfaat untuk mengawal pertanaman padi bapak ibu semua,”pesannya kepada para petani yang hadir.

Kolase kegiatan petani saat pengamatan tanaman di petak SLPHT dan petak Petani

Terkait progress pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sawah pada kegiatan SLPHT, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya menilai sangat baik. Among menjelaskan varietas padi Ciherang yang ditanam di lahan SLPHT dapat tumbuh optimal. Secara rata-rata tinggi tanaman mencapai 70-80 cm, lebih tinggi dibandingkan petak petani yang hanya mencapai 60-70 cm. Sedangkan dari sisi jumlah anakan produktif rata-rata 20-25 anakan, lebih banyak dibandingkan petak petani yang hanya di kisaran 18-21 anakan. “Indikator tersebut sebagai awalan saja, yang terpenting nanti fase pada saat padi bunting (pengisian bulir) harus dimaksimalkan,”katanya.

Untuk memaksimalkan pengisian bulir padi, Among punya jurus pamungkas. Sebagaimana musim-musim sebelumnya dia membuat pupuk cair yang mengandung unsur hara makro Kalium plus sejumlah hara mikro lainnya yang sejak lama diraciknya sendiri. Petani binaannya di Kecamatan Magelang Tengah seringkali memanfaatkan pupuk tersebut untuk kegiatan penyemprotan rutin guna meningkatkan bobot gabah padinya. “Alhamdulillah selain bisa menambah bobot gabah (mentes), menurut pengalaman petani, beras yang dihasilkan lebih putih dan bersih. Dan pada SLPHT kali ini pun resepnya akan tetap sama,”ungkapnya.

      Selain itu dia juga mengingatkan petani untuk terus merawat tanaman refugia bunga matahari dan kenikir yang tumbuh subur di sekitar pematang sawah. “Mudah-mudahan tanaman refugia ini nantinya dapat menjadi daya tarik tersendiri ketika pelaksanaan panen ubinan yang direncanakan akhir Nopember mendatang,”tukasnya. (amw, red)

Gelar Pengobatan Cacing dan Vaksinasi Rabies Gratis di CFD GOR Samapta, Disperpa Promosikan Kontes Kucing 2019

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bekerjasama dengan Forum Komunikasi Dokter Hewan Magelang dan Komunitas Kucing Magelang hari minggu (13/10/2019) menggelar pengobatan cacing dan vaksinasi rabies gratis untuk hewan kesayangan di Car Free Day (CFD) GOR Samapta, Sanden-Kramat Selatan, Kota Magelang. Dalam kesempatan itu dilakukan promosi kegiatan Kontes Kucing (Cat Show) Kota Magelang melalui pembagian dan penyebarluasan brosur/leaflet kegiatan yang rencananya dihelat pada 17 Nopember 2019 mendatang. Ratusan pengunjung antusias memadati stand Disperpa untuk mendapatkan pelayanan pengobatan cacing dan vaksinasi rabies gratis plus informasi penyelenggaraan Kontes Kucing Kota Magelang.

 

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointers yang disampaikan Kasi Peternakan, Sugiyanto menyatakan kegiatan ini sebagai upaya pencapaian Visi pembangunan daerah Kota Magelang dalam RPJMD untuk mewujudkan “Magelang Sebagai Kota Jasa Yang Modern dan Cerdas Dilandasi Masyarakat Sejahtera dan Religius”. Kegiatan CFD kali ini fokus pada upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan hewan kesayangan milik masyarakat di Kota Magelang. Selain itu juga untuk mempromosikan rencana perhelatan Kontes Kucing (Cat Show) kepada masyarakat Kota Magelang dan wilayah sekitarnya. Bentuk promosi lainnya dilakukan dengan menggunakan media online baik facebook, instagram, dan whatsapp. “Kami berharap melalui kegiatan CFD ini mampu mengedukasi masyarakat Kota Magelang untuk secara rutin merawat kesehatan ternaknya sekaligus mengajak mereka meramaikan kunjungan ke Cat Show yang digelar pada 17 Nopember 2019 di Gedung Perpustakaan (Kyai Sepanjang) mendatang,”ungkapnya.

 

 

Sementara itu Ketua Forkom Dokter Hewan Magelang, Anggia didampingi sesepuh Forkom , Arif Fajar menambahkan bahwa potensi Kota Magelang untuk hewan kesayangan (pet animal) khususnya kucing sangat tinggi. Penggemar, pembiak, pemerhati dan penyayang kucing di Magelang dan wilayah sekitar Jawa Tengah semakin meningkat pesat. Menurutnya minat masyarakat untuk memelihara kucing sebagai hewan kesayangan semakin bertambah jumlah dan kualitasnya. “Hal ini tampak dari semakin meningkatnya pelayanan jasa kesehatan hewan, perawatan hewan (grooming) baik di Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan (PUSKESWAN) Kota Magelang maupun dokter hewan praktek (pet shop) yang mengusahakan pakan, aksesoris dan jasa lainnya,”jelas Anggia.

       Terinformasi kegiatan CFD ini merupakan upaya pembinaan dari Disperpa Kota Magelang kepada komunitas-komunitas pemelihara hewan kesayangan dan pemantauan penyakit hewan menular strategis. Selain itu sebagai sarana komunikasi antar komunitas untuk berbagi pengetahuan dan ketrampilan merawat hewan kesayangannya.

        Sejumlah pengunjung pemilik kucing dari dalam dan luar Kota Magelang antusias untuk melakukan vaksinasi rabies dan pengobatan cacing. Vaksinasi rabies hanya dilakukan pada kucing yang sudah menjalani pengobatan cacing.Sebelumnya, sebagai pemeriksaan awal dilakukan pemeriksaan kesehatan standar, antara lain pengukuran suhu tubuh pada kucing. Suhu normal kucing antara 38–39oC. Selama kegiatan CFD, vaksinasi rabies sukses dilakukan pada 38 ekor kucing dan 3 ekor anjing jenis Pudel. Adapun hewan kesayangan yang tidak memenuhi kesehatan karena suhu tubuh kucing diatas suhu normal (lebih dari 38-39oC), tidak dilakukan vaksinasi rabies. (among_wibowo, red)

Awali MT I, Disperpa Kota Magelang Gropyokan Hama Tikus Di Cacaban

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

        MAGELANG - Mengawali Musim Tanam (MT) I tahun 2019, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari selasa (8/10/2019) menggelar gropyokan tikus di areal persawahan Cacaban. Kegiatan yang melibatkan belasan petani itu merupakan hasil sinergi Bidang Pertanian, Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani anggota Poktan Marsudikismo Cacaban. Kegiatan menyasar sejumlah lahan pertanian di areal persawahan Cacaban. Diantaranya lahan pertanian yang sebelumnya disinyalir terdapat banyak sarang tikus.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko menegaskan komitmen dan dukungannya terhadap kegiatan petani sebagai produsen pangan di Kota Magelang. Petani, lanjutnya, adalah pejuang pangan yang perlu terus disupport kegiatannya. Ditegaskannya Disperpa akan terus hadir untuk memastikan petani dapat beraktivitas secara nyaman dan terselesaikan berbagai permasalahannya. “Mendukung petani sangat berkorelasi dengan upaya pencapaian target Luas Tambah Tanam (LTT) Kota Magelang yang setiap bulannya rata-rata di kisaran 30 hektar,”tegasnya.

Eri menambahkan kegiatan gropyokan hama tikus bersifat pengendalian rutin untuk meminimalkan dampak serangan selama pertanaman padi sawah musim ini. Sampai sejauh ini, lanjutnya, hama tikus belum signifikan serangannya pada pertanaman padi sawah. ”Meskipun serangan hama tikus belum mewabah, gropyokan perlu dilakukan agar populasi hama tikus dapat dikendalikan,”ujarnya.

Sementara itu Kepada Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto didampingi Ahmad Sholikhun, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Made Redana, POPT Kota Magelang,  mengingatkan petani untuk mewaspadai serangan hama tikus khususnya pada musim pancaroba dari kemarau ke musim penghujan seperti saat ini. Secara umum hama tikus mengalami perkembangan cukup signifikan pada musim pancaroba. “Pelaksanaan gropyokan tidak hanya untuk membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian,”katanya.

Terkait pelaksanaan kegiatan ini, pihaknya memfasilitasi 2 jenis racun tikus yaitu Basmikus dan Klerat. Basmikus yang bersifat racun pernafasan digunakan untuk mengendalikan tikus di lubang-lubang aktifnya, sedangkan Klerat sebagai umpan yang dicampurkan dengan makanan sesuai preferensi tikus. Penggunaan Basmikus lebih efektif dilaksanakan pada saat tanaman sudah memasuki fase generatif, sedangkan Klerat efektif digunakan pada saat awal tanam hingga tanaman menjelang memasuki fase generatif. “Agar lebih efektif, maka pelaksanaannya dapat dilakukan secara kombinasi dengan melibatkan banyak orang,” ungkapnya.

Di tempat terpisah, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya memastikan petani terus mendapatkan pendampingan dari Penyuluh. Dia mengharapkan ke depan pengamatan dini terhadap hama dan penyakit disertai gropyokan tikus tetap rutin dilakukan di semua lokasi persawahan milik petani di Kota Magelang. “Kegiatan ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama 4 bulan,”katanya.

Among menambahkan harapannya kepada pengelola pengairan yang mengarah ke persawahan di Kota Magelang untuk menjamin ketersediaan air irigasi untuk sawah Kota Magelang. “Setiap saat Penyuluh mendampingi dan memantau perkembangan kegiatan di lahan pertanian petani di wilayah masing-masing. Dengan begitu petani akan merasa nyaman sehingga dapat berkesempatan meningkatkan hasil panen. Mudah-mudahan air irigasi semakin lama semakin memadai, sehingga pendampingan petani dapat berjalan optimal,” kata dia. (amw, red)