• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Manajemen Pengelolaan Air Pada Pertanaman Padi Sawah

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

          

 

Air memiliki peranan sangat penting dalam berusahatani terutama bagi usahatani padi sawah. Tanaman padi merupakan tanaman yang sangat banyak membu tuhkan air khususnya pada saat tumbuh tanaman harus selalu tergenang air. Agar produktivitas padi cukup baik dan efektif dalam satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Oleh karena itu untuk menunjang ketersediaan air bagi usahatani padi haruslah dilakukan pengelolaan air secara kontinyu baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga menjamin tanaman padi tidak mengalami kekurangan air yang berakibat akan menurunkan hasil produksi.

Pembangunan bendungan beserta sarana-sarana pelengkapnya, jaringan atau salurannya dimaksudkan untuk kelancaran penyaluran air ke lahan secara lancar dan teratur dan dapat memuaskan semua pihak yang berkepentingan dengan air pengairan tersebut. Oleh karena itu diperlukan manajemen pengelolaan air yang baik yang meliputi semua rangkaian kegiatanyang terus-menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan yang aman sampai kepada pemakai air sampai di tingkat usahatani secara tepat waktu sehingga perkembangan tanaman yang dibudidayakan proses produksinya dapat terjamin.

Pembagian Air Pengairan

Pembagian air pengairan yaitu mengalirkan air pengairan ke saluran-saluran primer, sekunder sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku yang dalam pelaksanaannya ada dalam pengawasan dinas terkait. Sedangkan pemberian air pengairan yaitu penyaluran air pengairan dari jalur utama ke saluran tersier dalam petak tersier dan selanjutnya memberikan air ke petak-petak sawah. Di tingkat ini yang berperan adalah petugas desa terdiri atas ulu-ulu atau pembantu ulu-ulu sebagai pelaksana teknis dalam hal pengaturan air pengairan di perdesaan.

Kegiatan untuk mencapai terlaksananya pemeliharaan jaringan pengairan, pembagian dan pemberian air pengairan dalam lingkup rangkaian irigasi teknis dan setengah teknis sederhana yang dikelola secara terpadu oleh petugas-petugas dinas pengairan dan petugas desa. Semua kegiatan harus memperhatikan atas peratuiran yang berlaku, maka air pengairan dapat dibagi dan diberikan dari sumbernya ke petak-petak usahatani dengan baik.

Dalam hal pengelolaan, pembagian dan pemberian air pengairan harus diperhatikan dan ditetapkan agar satu sama lainnya sesuai dengan aspek-aspek teknis pengairan irigasi di Indonesia yang memiliki musim hujan dan musim kemarau. Selayaknya pemanfaatan air pengairan untuk lahan-lahan pertanaman dibagi dalam satu periode pengairan musim penghujan dengan tanaman utama padi sehingga memperoleh prioritas pertama yaitu pembibitan padi persawahan beserta persiapan penanaman sampai pada periode pertumbuhan dan umur tertentu. Pada pengairan musim kemarau dengan tanaman utama adalah palawija, sehingga yang memperoleh prioritas pertama yaitu pembibitan padi gadu beserta persiapan pembibitan padi rendeng.

Kebutuhan Air Tanaman Padi

Kebutuhan air untuk tanaman padi sawah mencakup perhitungan air yang masuk dan keluar dari lahan sawah. Air di petakan sawah dapat bertambah karena turun hujan, sengaja diairi dari saluran irigasi dan perembesan dari sawah yang letaknya lebih tinggi.

Pada pertanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif (0-60 hari), fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari).

Untuk mengetahui kebutuhan air yang harus disediakan untuk irigasi lahan pertanian, informasi atau data kebutuhan air tanaman sangat diperlukan. Kebutuhan air tanaman tergantung dari jenis dan umur tanaman, waktu atau periode pertanaman, sifat fisik tanah, teknik pemberian air, jarak dari sumber air pada lahan pertanian dan luas areal pertanaman yang akan diairi. Oleh sebab itu agar penggunaan air irigasi lebih efesien dan efektif, maka sangat penting mengetahui pemakaian air konsumtif tanaman.

Pada lahan sawah kehilangan air dapat terjadi melalui evaporasi, transpirasi, dan perlokasi dan sagat bervariasi. Kehilangan air pada lahan sawah beririgasi bervariasi antara 5,6-20,4 mm/hari. Variasi kehilangan air yang paling sering diamati berkisar antara 6-10 mm/hari (Yoshida 1981).

Dengan demikian rata-rata jumlah air yang dibutuhkan untuk memproduksi padi yang optimal adalah 180-300 mm/bulan. Dalam satu periode tanam bahwa kebutuhan untuk seluruh operasional pengelolaan sawah beririgasi (pembibitan, persiapan lahan dan irigasi) adalah 1.240 mm.

Hampir selama periode pertumbuhannya padi memerlukan kondisi lahan yang jenuh air. Untuk efesiensi penggunaan air dapat ditingkatkan dengan sistem Tabela yang hanya memerlukan penggenangan air 2-3 cm sejak umur 15-50 hari, dan selanjutnya dengan macak-macak. Teknik tanpa olah tanah dikombinasikan dengan selang irigasi 3 hari sekali atau interminten selama fase vegetatif dapat menghemat air irigasi sampai 50% (Budi, 2000).

Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada periode tanam sampai panen dengan umur tanaman 100 hari akan memerlukan air 520-1.620 mm. Untuk padi umur 130 hari membutuhkan air sebanyak 720-2.160 mm. Penggunaan air irigasi juga sangat bervariasi atara musim penghujan dan musim kemarau dan sangat tergantung pada tingkat pengelolaan tanaman dan sistem pengelolaannya.

 

Pustaka :

Badan Litbang Pertanian

Pencegahan Rebah Batang Pada Tanaman Padi Sawah

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

Menanam padi pada saat musim hujan adalah berkah tersendiri bagi petani karena kebutuhan air akan terpenuhi terlebih bagi lahan sawah yang pengairannya mengandalkan dari air hujan/tadah hujan. Namun disisi lain menjadi kekhawatiran bagi petani yang tanaman padinya sudah mulai berbulir dan menua akan terjadi rebah akibat diterpa angin kencang dan hujan lebat yang terus-menerus.

Apa bila hal ini tidak diantisipasi maka akan terjadi kerugian akibat kehilangan hasil panen yang lebih besar. Karena tanaman padi yang sudah rebah biasanya akan mengalami gangguan dalam proses tranfer unsur hara yang akan berpengaruh pada perkembangan bulir padi.

Tanaman padi yang tumbuh terlalu subur  akan semakin rentan untuk rebah atau biasa disebut oleh orang sunda adalah ayeuh. Hal tersebut bisa terjadi akibat pertumbuhan tanaman terlalu subur sehingga batang padi tidak kuat menopang daun dan bulir padi. Terlebih lagi pada saat musim hujan tiba, bulir padi makin berisi, menguning dan batang padi semakin menua sehingga tidak kuat dan mudah rebah terkena tiupan angin dan hujan. Rebahnya tanaman padi akan menyebabkan sulitnya proses pemanenan dan akan menambah biaya pemanenan, serta akan terjadi penurunan  hasil panen.

Banyak hal yang telah dilakukan oleh petani dalam pengendalian rebah salah satunya dengan melakukan pengikatan batang padi, tetapi hal ini tidak maksimal. Apa lagi apa bila batang padi rebah saat bulir padi masih proses pengisian. Batang padi yang rebah didirikan kembali lalu diikat sudah tidak maksimal lagi dalam pengisian bulir.

Faktor Penyebab

Oleh karena itu harus kita ketahui faktor-faktor penyebabnya diantaranya :

(1) tanaman padi pertumbuhannya terlalu gemuk/subur, hal ini menyebabkan batang tanaman padi tidak kuat menopang pertumbuhan daun dan malai, maka sedikit saja terkena tempaan angin akan mudah rebah.

(2) Pangkal tanaman membusuk akibat seragan hama atau penggenangan yang terlalu lama dan terus-menerus tanpa adanya pengaturan.

Tindakan Perlakuan

Hal-hal yang perlu dilakukan agar tanaman padi tidak mudah rebah adalah sebagai berikut ;

  1. Tanaman lah jenis varietas padi yang tidak tinggi atau tahan terhadap genangan;
  2. Lakukan pemupukan yang berimbang sesuai rekomendasi tanah atau dengan mengurangi penggunaan jenis unsur N (urea) karena jenis unsur tersebut akan mengakibatkan pertumbuhan menjadi lebat dan tanaman terlalu gemuk. Gunakan pupuk ZA atau NPK karena jenis pupuk tersebut bisa memperkuat batang tanaman.
  3. Lakukan pengaturan pengairan dengan tidak digenangi secara terus menerus karena akan berakibat batang padi menjadi mudah busuk atau kadang lahan dikeringkan.
  4. Penggunaan Pupuk Organik

       Penggunaan pupuk berbahan organik sangat diperlukan tanaman, selain untuk pertumbuhan tanaman seperti akar, batang dan daun, kebutuhan nutrisi mikro yang terdapat pada bahan organik sangat dibutuhkan tanaman untuk memperkuat batang padi.

  1. Metode Sistem Tanam jajar Legowo

       Dengan menggunakan metode tanam jajar legowo maka jumlah rumpun padi dapat meningkat sehingga membuat tanaman padi menjadi lebih kokoh jika ditiup angin.

Apabila perlakuan pemupukan sudah terkontrol dan berimbang tanaman padi masih terlalu gemuk, metode terakhir adalah pemotongan daun bagian atas. Ujung daun dipotong kurang lebih 10 – 15 cm pada saat tanaman padi berumur 45 – 50 hari setelah tanam, jangan sampai lebih karena bisa mengganggu pembentukan malai. Pemotongan bertujuan untuk mengurangi jumlah daun dan mengurangi beban yang ditopang batang padi terutama pada saat musim hujan.

Penghematan Penggunaan Benih Pada Teknik Budidaya Padi Sawah Sistem Salibu

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

Terbatasnya penyebaran sentra benih menyebabkan penggunaan atau pemanfaatan benih varietas unggul bersertifikat, khususnya untuk benih padi belum maksimal. menyadari keterbatasan dan kendala yang ada tersebut, maka untuk mewujudkan peningkatan produksi padi diperlukan teknologi yang dapat menghemat penggunaan benih dan meningkatkan produksi padi secara bersama-sama.

Salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/peningkatan produksi padi adalah dengan memanfaatkan batang sisa panen yang telah dipotong, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah. tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga supply hara (aliran makanan) tidak lagi tergantung pada batang lama, hal ini yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih dibanding tanaman pertama (ibunya), teknologi ini disebut dengan salibu.

Teknologi salibu memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karena memiliki banyak sekali keunggulan diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, dapat menghemat benih, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan pada pengolahan tanah, mempertahankan kemurnian benih, minim tenaga kerja, meningkatkan hasil yang berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan, ramah lingkungan.  budidaya padi dengan teknologi salibu merupakan teknik bertanam dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai tunas/anakan yang akan dipelihara, tunas ini merupakan pengganti bibit pada tanam pindah. dengan teknologi tersebut diharapkan nantinya dapat memberikan solusi dari keterbatasan benih unggul yang ada dengan tetap dapat meningkatkan produksi beras.

Teknologi salibu memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan, karena memiliki banyak sekali keunggulan diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, dapat menghemat benih, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan pada pengolahan tanah, mempertahankan kemurnian benih, minim tenaga kerja, meningkatkan hasil yang berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan, ramah lingkungan.

Pelaksanaan teknologi salibu diawali dengan mengkondisikan tanah sawah tetap lembab saat pemotongan dan bebas gulma; (2) pemotongan tunggul setinggi 3 -5 cm dengan menggunakan alat pemotong yang tajam (dilakukan 7-10 hari setelah panen); (3) setelah dipotong diusahakan kondisi air di sawah  macak-macak; (4) pada umur 20 – 25 hari dilakukan penyiangan, penyisipan dan pemupukan sesuai dosis serta pembenaman jerami; (5) disarankan memakai pola tanam sistem jajar legowo; (6) langkah selanjutnya sama seperti pemeliharaan padi pada umumnya.

Pada teknologi salibu perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan tunas setelah dilakukan pemotongan dipengaruhi oleh (1) tinggi pemotongan batang sisa panen; (2) varietas yang digunakan; (3) kondisi air tanah waktu panen dan (4) pemupukan.

Dalam upaya mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhanan akan padi salibu, perlu dilakukan pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. untuk sementara dosis pupuk yang digunakan adalah (150 kg/haurea dan 150 kg phonska/ha), waktu pemberian pupuk pertama sebaiknya umur 20-25 hari setelah pemotongan batang sisa panen, pada saat yang sama juga dilakukan penjarangan dan penyisipan. dosis pupuk akan dipengaruhi oleh: jenis tanah, pengelolaan bahan organic dan varietas yang dipakai/tanam dan spesifik daerah.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sistem budidaya padi salibu adalah sebagai berikut:

  1. Tanaman induk mt1/tapin sebaiknya ditanam sistim legowo;
  2. Tiga minggu sebelum panen sampai dua minggu sesudah panen tanah dalam kapasitas lapang (lemab);
  3. Panen dilakukan lebih awal 7-10 hari, untuk menjaga kesegaran batang bawah supaya tunas salibu banyak tumbuhnya;
  4. Setelah panen lakukan pembersihan gulma, atau semprot dengan herbisida kontak secara spot, ini bertujuan untuk menahan pertumbuhan gulma diawal pertumbuhan tunas;
  5. Jika tanah kering lakukan pengenangan 1-2 hari, kemudian air di keluarkan sampai tanah lembab;
  6. Pemotongan ulang batang sisa panen dilkukan pada 7-10 hari setelah panen, tinggi pemotongan 3-5 cm dari muka tanah;
  7. Selama 1 minggu setelah pemotongan tanah dalam keadaan lembab, kemudian baru diairi;
  8. Pada umur 15-20 hari setelah pemotongan dilakukan penjarang/pembelahan rumpun yang anaknya banyak, kemudian disulamkan pada rumpun yang tidak tumbuh;
  9. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 15-20 hari setelah pemotongan, kemudian diikuti dengan penyiangan;
  10. Pemupukan dan penyiangan kedua dilakukan umur 40-45 hari setelah panen (hsp).

Dengan pengembangan padi melalui salibu peningkatan produksi padi dan penghematan penggunaan benih dapat dilakukan secara bersama-sama.

 

Pustaka

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2019, Budidaya Padi Teknologi Salibu, Jakarta.

http://sumbar.litbang.pertanian.go.id/index.php/info-tek/1216-teknologi-padi-salibu