• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Teknik Pengawetan Buah Cabai

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

Twitter

Cabai merah (Capsicum annum, L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Cabai merah juga merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, tidak terkecuali masyarakat Kalimantan Selatan. Selain karena alas an citarasa, orang menkonsumsi cabai karena manfaat yang ada dalam cabai. Zat capsaicin (8-metil-N-vanilil-6-nonenamida) yang terdapat dalam urat putih cabai diketahui bersifat stomakik yang mampu merangsang produksi hormon endorphin dan juga meningkatkan nafsu makan. Selain itu cabai juga bersifat antikoagulan, antibiotik alami dan mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Kandungan kalsium, fosfor, vitamin C dan betakaroten (provitamin A) diketahui juga sangat tinggi. Baik menanam cabai sendiri ataupun mengambil keuntungan dari harga cabai yang murah di pasar, mengawetkan cabai adalah cara yang baik untuk tetap memiliki cabai sepanjang tahun. Pilihlah salah satu cara di antara mengeringkan, mengasinkan, membekukan, atau mengawetkan cabai dalam minyak. Masing-masing cara pengawetan akan menghasilkan tekstur yang berbeda, tetapi rasa dan panas cabai akan tetap utuh.
Bersihkan dan keringkan cabai.

Bilaslah cabai dengan air dingin yang mengalir untuk membersihkan kotoran dan puing-puing debu lainnya. Buang cabai yang telah membusuk atau rusak, karena cabai-cabai tersebut tidak akan bertahan lama. Tepuk cabai dengan kertas tisu hingga kering sebelum melanjutkan ke tahap selanjutnya.

  • Akan lebih baik jika mengenakan sarung tangan ketika menangani cabai. Cabai pedas mengandung zat kapsaisin, yaitu zat kimia yang membakar ketika bersentuhan dengan kulit.
  • Sangat berhati-hatilah untuk tidak menyentuh mata atau hidung setelah menangani cabai pedas.
  • Letakkan cabai di atas rak kawat. Cara ini dapat menggunakan rak pendingin atau rak lainnya yang memiliki celah agar terdapat sirkulasi udara dari bawah. Jika memungkinkan, jangan menggunakan baki atau nampan masak yang padat, karena kurangnya aliran udara akan membuat cabai sulit kering dengan merata.
  • Letakkan rak atau baki di dalam ruangan yang disinari matahari dan memiliki ventilasi yang baik. Ambang jendela dapur adalah tempat yang bagus.
  • Biarkan cabai mengering selama tiga hari atau lebih, lalu simpan cabai dalam wadah kedap udara.
  • Cobalah menguntai dan menggantung cabai.

Ini adalah cara yang mudah dan dekoratif untuk mengeringkannya. Ketika cabai telah kering, bisa membiarkannya tetap menggantung atau menyimpannya untuk digunakan lain kali. Ini adalah cara melakukannya:

  • Masukkan benang yang kuat atau benang pancing ke dalam jarum. Tusuk cabai hingga tembus pada bagian pangkal tangkainya agar cabai teruntai dengan benang. Lakukan ini hingga semua cabai teruntai.? Gantung untaian cabai pada bagian rumah yang memiliki cukup ventilasi dan disinari matahari.
  • Dalam tiga hari hingga satu minggu, cabai akan mengering dan siap digunakan.
    Keringkan cabai dengan cepat menggunakan oven.
    Ini adalah cara yang baik jika terburu-buru dan tidak ingin menunggu cabai untuk mengering secara alami. Daripada membiarkan cabai dalam kondisi utuh, lebih baik memotongnya agar cabai mengering dengan lebih cepat dan merata.
  • Potong setengah cabai yang telah dibersihkan secara memanjang.
  • Letakkan cabai yang telah dipotong di atas baki panggangan dengan sisi biji cabai menghadap ke luar.
  • Panggang cabai pada suhu 51,67 derajat Celsius (atau pengaturan suhu terendah alat pemanggang ) untuk beberapa jam.
  • Lebih baik lagi bila menggunakan mesin pengering makanan untuk hasil yang lebih cepat.

 

Pustaka
Balai Besar Pengakajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP)
Jl. Tentara Pelajar No.10 Bogor.

BPTP Nusa Tenggara Barat, 2015, Teknik Mengawetkan buah cabai, Lombok.

Pengembangan Budidaya Tanaman Mentimun di Pekarangan

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

Twitter

Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat saat ini, yang mulai memperhatikan pola hidup sehat melalui peningkatan konsumsi sayuran, menuntut ketersediaan produk berkualitas tinggi dan aman dikonsumsi. Hal ini merupakan peluang pasar yang cukup besar sehingga menuntut adanya upaya peningkatan produksi dan mutu produk sayuran. Salah satu jenis sayuran yang diminati untuk dikonsumsi masyarakat adalah mentimun yang dapat dibudidayakan di pekarangan.

Persemaian
Sebelum disemai, benih direndam dalam air hangat (500 C) atau larutan Previcur N (1cc/l) selama I jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/palastik transparan, kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Benih yang sudah berkecambah dipindahkan ke polybag semai dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari yang kuat, hujan dan gangguan binatang lainnya. Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 20 - 23 hari.

Penanaman
Bibit yang sudah mempunyai 2-3 helai daun sejati (berumur 20 - 23 hari) siap ditanam. Ada beberapa cara tanam yang dapat digunakan, yaitu:
1. Cara tanam baris dengan jarak tanam 30 x 40 cm, menggunakan rambatan tunggal atau ganda, dan lubang tanam berupa alur;

2. Cara tanam persegi panjang dengan jarak tanam 90 x 60 cm, menggunakan sistem rambatan piramida;

3. Cara tanam persegi panjang dengan jarak tanam 80 x 50 cm, menggunakan sistem rambatan para-para.

Pemupukan
Pupuk yang digunakan yaitu Urea 2 kg/100, ZA 1,5 kg/100 m2, KCl 5 kg/100 m2, dan pupuk kandang (1,5 - 2 kg/tanaman), diberikan sebelum tanam. Pemupukan dilakukan 2 kali yaitu 0,5 dosis sebelum tanam dan 0,5 dosis (sisanya) pada saat tanaman berumur 30 hari. Pupuk ditempatkan pada 4 lubang pupuk yang dibuat dengan jarak dari batang utama tanaman 10 - 15 cm di sekeliling tanaman. Lubang pemupukan berdiameter 30 - 60 cm dengan kedalamam 3 - 4 cm. Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem kocoran bila curah hujan sangat kurang.

Pemeliharaan
Pemeliharaan yang perlu dilakukan, terutama adalah menjaga ketersediaan air pada tanaman mentimun. Apabila tidak turun hujan, harus segera dilakukan penyiraman. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pengendalian gulma pada waktu tanaman masih muda atau belum menutup tanah dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan paling lambat 1-2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Tanaman mentimun dapat berproduksi dengan baik meskipun ditanam pada tanah yang telah beberapa kali ditanami dengan mentimun, asalkan kesuburan tanahnya selalu dipertahankan, misalnya dengan pemupukan yang teratur. Kebutuhan air untuk tanaman mentimun harus diperhatikan.

Pengairan sangat diperlukan, terutama bila tanaman mentimun ditanam saat musim kemarau. Pengairan diberikan dengan cara digenangi atau dengan disiram per lubang. Penyiraman dilakukan secukupnya dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Penyiangan gulma dilakukan karena gulma dapat menimbulkan persaingan dalam mendapatkan hara bagi tanaman mentimun. Sanitasi dilakukan dengan menghilangkan bagian tanaman atau tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Pengikatan pada batang tanaman menggunakan tali yang permukaannya halus, namun kuat dan tidak mudah membusuk (tali rafia), dilakukan tiap 2 ruas pada bagian bawah buku-buku batang. Perompesan dilakukan terhadap bunga, daun dancabang air. Pembuangan bunga dilakukan terhadap bunga yang tumbuh sampai ruas ketiga dari bawah, bunga jantan. Apabila pada suatu buku terdapat lebih dari satu bunga, maka dipilih satu bunga sehat saja untuk dibiarkan tumbuh. Pembuangan daun dilakukan pada saat tanaman berumur 1,5 - 2 bulan yaitu terhadap daun tua yang terletak dekat permukaan tanah. Pembuangan cabang air yaitu tunas atau kuncup daun tanaman mentimun yang tumbuh di ketiak daun.

Panen
Panen pertama mentimun dapat dilakukan setelah tanaman berumur + 75-85 hari. Masa panen dapat berlangsung 1 - 1,5 bulan. Panen dapat dilakukan setiap hari, umumnya diperoleh 1 - 2 buah/tanaman setiap kali petik. Buah mentimun layak petik adalah buah yang masak penuh dengan warna yang seragam mulai dari pangkal hingga ujung buah dan mencapai panjang optimal sesuai dengan varietasnya. Buah yang dipetik terlalu awal akan mudah keriput, sedangkan bila terlalu lambat dipetik, buah akan terasa pahit. Pemetikan dilakukan dengan cara memotong, sebagian dari tangkai buahnya menggunakan gunting pangkas atau pisau. Pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar buah masih segar karena penguapan sedikit.

 

Pustaka

Direktorat Jenderal Hortikultura Kementan

Pengendalian Serangan Penyakit Busuk Buah (Antraknose) Pada Tanaman Cabai

on .

Oleh :

Among Wibowo, SP, MMA

Penyuluh Pertanian Madya Pada Disperpa Kota Magelang

 

Serangan penyakit patek, busuk buah atau antraknosa pada tanaman cabai dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar dan bahkan serangan penyakit ini menimbulkan kegagalan panen yang diakibatkan rusaknya buah cabai. Para petani kita dalam budidaya cabai pada umumnya belum menerapkan sepenuhnya kaidah-kaidah budidaya cabai yang benar (tradisional) sehingga mengakibatkan usaha agribisnya belum memberikan hasil yang optimal dan banyak merugi. Untuk memperbaiki dalam pengelolaan budidaya cabai perlu menerapkan Standar Operational Procedur (SOP) yang berdasarkan atas norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices/GAP)

Kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dilakukan dengan sistem terpadu untuk menurunkan populasi OPT atau intensitas serangan sehingga tidak merugikan secara ekonomis dan aman bagi lingkungan. Salah satu kegiatan pengendalian OPT yang sangat menentukan keberhasilan usaha agribisnis cabai yang merugikan petani adalah serangan penyakit patek atau antraknosa pada tanaman cabai.
Penyakit patek atau antraknosa yang menyerang pada tanaman cabai yang disebabkan oleh penyakit patek atau antraknosa menyerang tanaman pada saat kelembaban udara tinggi (95%) dan suhu udara rendah dibawah 32oC dan cendawan tersebut bila menyerang pada biji cabai dapat bertahan hingga 9 bulan.

Gejala serangan penyakit patek atau antraknosa awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah cabai, kemudian menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan-kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Pada bagian tengah buah tampak bercak kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium. Sedangkan tanaman yang terserang patek akibat infeksi cendawan gloesperium sp. Menunjukkan bercak coklat dengan bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsintrik berwarna merah jambu. Serangan berat akan menyebabkan seluruh buah keriput dan mongering. Warna kulit buah menyerupai jerami padi dan dalam kondisi cuaca panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.

Pengendalian serangan penyakit patek, busuk buah atau antraknosa
a. Perlakuan biji benih cabai dengan cara merendam biji dalam air panas (55oC) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik golongan Triazole dan Pryrimidian (0,05-0,1 %)

b. Melakukan sanitasi rumput ?rumput disekeliling tanaman dan buah cabai yang terserang penyakit patek, busuk buah atau antraknosa buahnya dikumpulkan dan dimusnakan.
c. Menanam benih yang bebas pathogen pada lahan yang tidak kontaminasi oleh pathogen penyakit patek, busuk buah atau antraknosa, baik itu di pesemaian atau di lahan usahatani.
d. Menanam cabai varietas genjah untuk menghindari infeksi, yaitu usaha memperpendek periode ekspose tanaman terhadap sumber inokulum.

e.Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang solanaceae
f. Memperbaiki aerasi tanah agar tidak terjadi genangan air dan kelembaban yang cukup tinggi, dengan membuat guludan setinggi 40-50 cm.

g. Memanfaatkan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp. Mengaplikasikan pada kantong pesemaian sebanyak 5 gram per kantong diaplikasikan 3 hari sebelum benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman benih cabai.

h.Memanfaatkan mikroba antagonis Psudomonas Fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan muai fase pembungaan hingga 2 setelah pembungaan dengan selang waktu 1 minggu.
i. Apabila gejala serangan penyakit pada buah semakin melaus dapat digunakan fungisida yang afektif dan sudah terdaftar/dianjurkan.