Tingkatkan Kemampuan SDM Pertanian, Disperpa Kota Magelang Gelar Pelatihan dan Studi Tiru Budidaya Mina Padi

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang selama dua hari, selasa – rabu (10-11 September 2019) menggelar Pelatihan dan Studi Tiru Budidaya Mina Padi bagi dua Gapoktan di Kota Magelang. Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan SDM Pertanian dalam optimalisasi lahan di Kota Magelang. Peserta pelatihan dan studi tiru Budidaya Mina Padi adalah Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang dan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban. Kegiatan hari pertama dilaksanakan di Aula Disperpa menampilkan 2 narasumber, Penyuluh Perikanan Kabupaten Sleman dan dosen UNS Surakarta. Dilanjutkan kegiatan hari kedua studi tiru ke Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda di Samberembe, Candibinangun, Pakem-Sleman.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya mengatakan bahwa lahan pertanian Kota Magelang dari tahunn ke tahun semakin berkurang, sehingga berakibat menurunnya produksi pertanian di Kota Magelang. Namun seiring dengan perkembangan inovasi untuk peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan diversifikasi tanaman/pertanian diharapkan dapat menjadi salah satu solusi yang sangat jitu.

Eri mengungkapkan usaha diversifikasi tanaman tersebut dapat dikolaborasikan dengan komoditas perikanan. Salah satunya Mina Padi. Mina Padi, lanjutnya, merupakan suatu bentuk usaha tani gabungan (combined farming) yang memanfaatkan genangan air sawah yang tengah ditanami padi sebagai kolam. Kolam dimanfaatkan untuk budidaya ikan sehingga dapat memaksimalkan hasil tanah sawah. Mina Padi dapat meningkatkan efisiensi lahan karena dalam satu lahan dapat dilakukan budidaya dua komoditas pertanian dan perikanan sekaligus,”katanya.

Ditambahkannya, Mina Padi dapat menjadi salah satu kegiatan petani untuk optimalisasi potensi lahan sawah irigasi dan peningkatan pendapatan petani. Caranya dengan merekayasa lahan melalui teknologi tepat guna. Langkah yang dapat dilakukan dengan mengubah strategi pertanian dari sistem monokultur ke sistem diversifikasi pertanian, Salah satunya, ungkapnya, adalah dengan menerapkan teknologi budidaya Mina Padi. “Pemeliharaan ikan di persawahan selain dapat meningkatkan keragaan hasil pertanian, pendapatan petani, kesuburan tanah dan air juga dapat menekan serangan hama dan penyakit pada tanaman padi,”Imbuhnya.

Sementara itu Kepala Bidang Pangan, C. Dwi Ratri didampingi Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan, M.Makfudmenambahkan bahwa sistem MinaPadi merupakan cara yang efektif untuk keberlanjutan usaha pertanian dan perikanan, meningkatkan kesejahteraan petani dan mewujudkan kedaulatan pangan. Selain itu, Mina Padi juga memungkinkan terciptanya pertanian organik yang ramah lingkungan dan produknya sehat untuk dikonsumsi..Mudah-mudahan pelatihan ini dapat menjadi motivasi petani dalam pembangunan ketahanan pangan di Kota Magelang,”harapnya.

Terinformasi dalam kegiatan hari pertama, narasumber pertama, Rofandi Hartanto menyampaikan materi Manajemen dan Kelembagaan Gapoktan Dalam Pengembangan Usaha Gapoktan. Sedangkan narasumber kedua, Fransiskus Making Ero menyampaikan materi Teknologi Budidaya Mina Padi. Sejumlah peserta antusias mengikuti kegiatan ini karena berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejateraannya. Selanjutnya peserta mengikuti studi tiru dengan melakukan kunjungan lapangan ke Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mina Muda di Samberembe, Candibinangun, Pakem-Sleman (Liputan Khusus.selanjutnya memuat hasil kunjungan Studi Tiru di Pokdakan Mina Muda Pakem-Sleman).


        Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini akan dilaksanakan demoplot Mina Padi di dua lokasi, yaitu di persawahan Gapoktan Agung Tuk Sari Kelurahan Cacaban dan persawahan Gapoktan Sri Rejeki Kelurahan Magelang. Waktu pelaksanaan kegiatan direncanakan akhir September hingga awal Oktober 2019. Saat ini lahan di kedua lokasi masih dalam tahap persiapan berupa pembibitan padi dan pengolahan tanah. Kedua lokasi demplot diharapkan dapat menginisisasi tumbuhnya Kampung Mina Padi di Kota Magelang. (among_wibowo, red)

Mengulik Karnaval Disperpa 2019 : Digandrungi Anak-Anak dan Remaja, Ada Banyak Tepukan Masyarakat

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG- Ada banyak hal menarik dan speechless sepanjang partisipasi Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang dalam Karnaval Pembangunan Kota Magelang 2019 kemarin (minggu, 08/09/2019). Lautan masyarakat, mulai anak-anak, remaja hingga dewasa, tumpah ruah di sepanjang jalan rute Karnaval menantikan performance pawai mobil hias Karnaval Disperpa. Antusiasme masyarakat yang begitu kuat tampak dari membludaknya apresiasi mereka yang hadir menyaksikan parade karnaval pembangunan. Tanpa dimintapun, mereka memberikan aplause (tepukan) kepada rombongan karnaval Disperpa yang melintas di depannya. Tak ketinggalan, anak-anak dan remaja tampak gandrung dengan dandanan noni-noni ala Belanda di atas mobil hias Karnaval Disperpa. Mereka pun membalas lambaian tangan noni-noni ala Belanda itu penuh antusias.

Pawai mobil hias Karnaval Disperpa tahun ini memang terasa menarik, elegan dan unik. Mengusung tema SDM Unggul Indonesia Maju, Disperpa menampilkan ikon Kebun Bibit Senopati dengan sejumlah aktivitas noni-noni ala Belanda yang sedang merawat dan memanen bunga di lahan mereka. Aktivitas noni-noni diiringi parade kelompok tani pejuang pangan yang memamerkan hasil pangan (beras) dengan mengendarai traktor, sebuah mesin pertanian representasi dari modernisasi pertanian. Dari sisi tumpahan ide, sangat unik memang, mobil Karnaval Disperpa tampil dengan perpaduan nuansa tempo doeloe dalam balutan Modernisasi Pertanian. Inspirasi energi positif diharapkan mampu mendorong pembangunan SDM Pertanian Di Kota Magelang untuk selalu moving, mengeksplorasi potensi dan inovasi untuk kemajuan dunia pertanian. SDM Pertanian harus mampu kerja keras, kerja cerdas dan kerja tuntas, kira-kira demikian pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak yang hadir minggu siang hingga sore itu.

Di tengah terik matahari yang membakar kulit, Ikon Bunga Matahari yang tampil gagah nan megah memperjelas gambaran suasana hati penuh kehangatan dari aktivitas pertanian yang dilakukan para noni dan petani, siang itu. Situasi ini menggambarkan Disperpa selalu mendorong pelaku utama, pelaku usaha dan stakeholders untuk menggapai apa yang dicita-citakannya. Dalam konteks kebangsaan, Bunga Matahari dan rombongan pengiringnya itu laksana bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang beragam suku, agama, ras dan bahasa yang tak terpisahkan. Satu bunga matahari yang berisi ratusan hingga ribuan bunga kecil pada tongkolnya selalu menyatu dan setia, memberi makna mendalam semangat membangun SDM yang Unggul ini tak boleh padam dan perlu terus menjadi ruh Disperpa dalam pengembangan SDM Pertanian demi mewujudkan Kota Magelang yang Modern Cerdas (Moncer) yang Religius dan Sejahtera (Serius).

Noni-noni ala Belanda dalam Karnaval adalah simbol dunia pertanian tak hanya digeluti dan ditekuni para pria, namun juga para wanita. Tampilan baju Noni-Noni yang bersih perlu dimaknai aktivitas pertanian dewasa ini tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Pertanian tidak lagi relevan dalam tafsiran kotor, belepotan, terbelakang atau apapun istilah inferior lainnya. Dalam balutan kesan classic itu, petani adalah gambaran bagian masyarakat Kota Magelang yang gemar dan sangat memaknai hidup sederhana, meski banyak sekali dari mereka yang justru sukses bergelimang rupiah, bahkan dolar.

         Iringan petani membawa panenan gabah dan beras bersama traktor kebanggaan mereka adalah simbol penuh pesan, Disperpa terus berjuang menelurkan SDM Pertanian Unggul agar geliat dunia pertanian semakin kompetitif di era revolusi Pertanian 4.0, meski tak lagi melulu komoditas pangan. Kesuksesan usaha petani perkotaan, di tengah tekanan semakin menyempitnya lahan pertanian produktif itu, bisa jadi bukan hanya beras, tapi juga tanaman hias/bunga, sayuran, ternak, ikan atau bahkan olahannya. Critical Point dari semua itu, pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian di Kota Magelang perlu terus ditingkatkan dan harus diletakkan di atas segalanya. Agar petani sebagai bagian integral masyarakat Kota Magelang semakin unggul dan mampu berkompetisi di era milenial yang menuntut melek Teknologi Informasi. Selamat mewujudkan SDM Pertanian Unggul, Kota Magelang Maju, Moncer Serius. (among_wibowo, red)

Preview Karnaval 2019 : Usung Tema SDM Unggul Indonesia Maju, Ada Noni Belanda di Karnaval Disperpa Kota Magelang

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Sejumlah pengunjung dan fans fanatik dipastikan penasaran dengan penampilan Karnaval Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang. Seperti diketahui Disperpa kembali tampil dalam Karnaval Pembangunan Kota Magelang 2019 yang akan dihelat minggu besok (08/09/2019). Mengusung perpaduan bunga dan komoditas pangan, Disperpa tampil dengan konsep Kebun Bibit Senopati Mendukung Magelang Kota Sejuta Bunga (MKSB). Karnaval Disperpa diyakini tampil beda dan unik sehingga diprediksi akan mampu memuaskan para penonton dan fans yang menggemari bunga dan dunia pertanian. Apalagi nantinya ada penampilan Noni-Noni Belanda yang bernuansa tempo doeloe melakukan aktivitas pertanian, antara lain merawat dan memanen tanaman bunga. Mereka didampingi petani-petani pejuang pangan di Kota Magelang yang unjuk tampil dalam balutan Modernisasi Pertanian.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko hari sabtu (07/09/2019) ditemui di ruang kerjanya mengatakan Kebun Bibit Senopati sejauh ini selalu memberikan inspirasi energi positif bagi sumber daya manusia pertanian untuk selalu moving dan bekerja. Menurutnya tampilan BUNGA MATAHARI sangat megah dan gagah dalam kehangatan menuju arah tujuan. BUNGA MATAHARI dan pengiringnya tak ubahnya laksana bingkai NKRI yang beragam suku, agama, ras dan bahasa yang tidak terpisahkan. Satu bunga matahari terdiri dari ratusan bahkan ribuan bunga kecil pada tongkolnya yang selalu menyatu dan setia. “Dengan semangat membangun sumber daya manusia, sudah saatnya Kota Magelang memiliki SDM Pertanian yang Unggul untuk Kota Magelang yang Modern Cerdas (Moncer) yang Religius dan Sejahtera (Serius),”paparnya.


Eri mengungkapkan noni-noni Belanda yang ditampilkan dalam Karnaval kali ini merupakan simbol bahwa menggeluti dunia pertanian itu dapat dilakukan oleh perempuan, tidak hanya laki-laki. Pun dari tampilan baju Noni-Noni yang bersih mencerminkan bahwa aktivitas pertanian tidak boleh lagi ditafsirkan dengan gambaran kotor, belepotan, terbelakang ataupun istilah inferior lainnya. “Dipilihnya kesan klasik atau kuno, pada prinsipnya kami hanya ingin menggambarkan bahwa seorang petani itu memang kesan yang tampak di masyarakat gemar hidup sederhana, meskipun sebenarnya banyak sekali dijumpai petani sukses yang bergelimang harta,”katanya.

Selanjutnya Eri menambahkan terkait pengiring karnaval, para petani dan traktor (sebagai representasi modernisasi pertanian) merupakan simbol bahwa Disperpa terus berupaya untuk menelurkan SDM Pertanian Unggul agar dapat eksis di era Pertanian 4.0. Pihaknya secara rutin terus mengupayakan peningkatan kualitas SDM Pertanian di Kota Magelang melalui sejumlah penyuluhan dan pendampingan, pelatihan dan bintek kepada para pelaku utama dan pelaku usaha di sektor pangan, pertanian, peternakan dan perikanan, “Produknya boleh apa saja, tanaman hias/bunga ataupun pangan/beras, ternak, ikan atau olahannya, silakan. Tetapi sumber daya manusianya, baik itu laki-laki atau perempuan, harus dipastikan unggul agar mampu berkompetisi di era milenial yang menuntut petani untuk melek Teknologi Informasi (IT, red),”ungkapnya.

Ketika ditanya peluang juara Karnaval Pembangunan 2019, Eri menyatakan pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada keputusan Juri Lomba besok (minggu, 08/09/2019). Dia hanya berusaha untuk menampilkan dan menggambarkan aktivitas yang terbaik dari Disperpa sesuai tema yang ada “SDM Unggul Indonesia Maju”. “Mudah-mudahan penampilan kali ini dapat memuaskan para penggemar dan fans berat Karnaval Disperpa yang selalu setia menunggu hingga rela berpanas-panas di tepian jalan,”tandasnya. (among_wibowo, red)

Amankan Target Produksi, Disperpa Bersama Babinsa Gelar Gropyokan Tikus Di Kedungsari

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari kamis (05/09/2019) kembali menggelar gropyokan tikus. Kegiatan kali ini dilaksanakan bersama Kelompok Tani (Poktan) Arum Sari 2 di areal persawahan Kelurahan Kedungsari, Magelang Utara-Kota Magelang. Kegiatan yang melibatkan belasan orang itu dihadiri langsung Kepala Bidang Pertanian, Kasi Tanaman dan Pangan Hortikultura (TPH), Penyuluh Pertanian, Babinsa Kedungsari dan sejumlah petani di Kelurahan Kedungsari dan Wates.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pesan yang disampaikan Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto mengatakan tujuan utama kegiatan gropyokan tikus adalah untuk mengendalikan populasi hama tikus di areal persawahan agar dapat mengamankan target produksi padi di Kota Magelang. Ia memaparkan sepanjang tahun 2019, target produksi padi Kota Magelang sejumlah 2.359 ton GKP. Target tersebut diupayakan dari luas lahan baku sawah 142,83 ha, dengan Indeks Pertanaman 2,78 dan asumsi produktivitas rata-rata 5,95 ton/ha. “Disperpa selalu siaga terhadap serangan hama tikus demi mengamankan capaian target produksi tersebut,”tandasnya.

Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun bersama Koordinator Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten/Kota Magelang, I Made Redana mengungkapkan hal yang senada. Keduanya bahkan menekankan selain pengendalian melalui cara pemberantasan, petani juga diharapkan untuk rajin menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan persawahan. Hal ini karena secara umum tikus menyukai lahan sawah yang kotor(banyak rerumputan,red). “Sanitasi lingkungan yang baik dapat menekan populasi hama tikus,”tegasnya.

Sholikhun menambahkan kalaupun masih ada serangan tikus setelah sanitasi lingkungan sawah baik, sifatnya spot-spot saja dan Disperpa masih punya jurus pamungkas dengan rodentisida Basmikus 66 PS dan Petrokum, seperti yang diaplikasikan dalam gropyokan tikus kali ini. Tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. “Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi,”ungkapnya

Sementara itu, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa meminta petani untuk intensif melakukan monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Menurutnya cara monitoring dapat dilakukan dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. “Tidak kalah pentingnya selalu mewaspadai kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar,”ujarnya.

Kelompok tani, lanjutnya, perlu terus menjaga kekompakan antar anggota di areal hamparan sawah yang diusahakannya. Kekompakan anggota dalam usaha tani harus dimulai dari keserempakan waktu tanam dan aktivitas-aktivitas usahatani lainnya seperti pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit. “Ketidakserempakan waktu tanam mengakibatkan perpindahan hama tikus dari satu lokasi ke lokasi yang lain sehingga menyulitkan pengendalian hama tikus di persawahan,”jelasnya.

Terinformasi, tikus sawah merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi karena tingkat perkembangbiakannya yang cepat. Dalam 1 tahun, dari sepasang induk tikus dapat beranak pinak hingga mencapai sekitar 5.000 ekor. Tiap tahun, menurut riset reproduksi tikus, serangan tikus mencapai lebih dari 17 % dari total luas areal padi di Indonesia. (amw, red)