Menengok SLPHT Minggu Ke-4: Disperpa Ajarkan Konsep PHT Sebagai Solusi Pengendalian OPT Utama Pada Padi Sawah

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu keempat pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (04/09/2019) menekankan pentingnya petani memahami konsep Pengendalian Hama terpadu (PHT) untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) utama pada padi sawah. Hal ini mengingat selama ini sebagian petani seringkali mengabaikan prinsip-prinsip PHT yang dikenal ramah lingkungan. Dalam edukasi kepada petani, terungkap bahwa pengendalian OPT mesti dilakukan secara bijaksana agar mematikan musuh alami yang tersedia di alam. Sebagaimana minggu-minggu sebelumnya, kegiatan melibatkan partisipasi tak kurang dari 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang berlangsung.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointers yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun kembali mengingatkan petani untuk melaksanakan budidaya padi sawah dengan konsep PHT yang ramah lingkungan. Menurutnya petani di era sekarang tidak boleh lagi berpikir sempit hanya untuk kepentingan peningkatan produksi padi semata, yang sifatnya jangka pendek. Produksi padi untuk kepentingan jangka pendek, lanjutnya, memang penting tetapi tidak boleh meninggalkan tujuan jangka panjang yaitu melestarikan daya dukung lahan pertanian selama mungkin untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya. “Alur pikir seperti ini harus ditanamkan pada level petani dari sekarang agar kelak, generasi pertanian milenial tidak dirugikan oleh pengelolaan agroekosistem lahan pertanian saat ini yang dilakukan secara serampangan,”tandasnya.

Sementara itu fasilitator SLPHT, I Made Redana dalam paparannya mengungkapkan OPT sejatinya merupakan faktor pembatas yang sangat serius dalam upaya peningkatan produksi pangan khususnya padi sawah. Sejumlah varietas padi hibrida bahkan disinyalir sangat peka terhadap OPT dengan tingkat serangan dari ringan sampai dengan puso.Terkait hal tersebut, Redana yang juga Koordinator POPT Kabupaten Magelang dan Kota Magelang itu menegaskan perlunya pengamatan rutin/mingguan.“Tujuannya tidak lain untuk mengetahui OPT secara dini agar pengendalian tidak terlambat,”ujarnya.

 

Diungkapkannya, berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapangan, OPT yang dominan menyerang tanaman padi sawah antara lain penggerek batang, wereng batang coklat (WBC), tikus sawah,, walang Sangit, keong mas, kerdil rumput/kerdil hampa, virus tungro, blas danhawar daun bakteri. Semua jenis OPT tersebut, lanjutnya, direkomendasikan pengendaliannya secara PHT. “Harapannya supaya agroekosistem persawahan dapat lestari selama mungkin untuk anak cucu,”katanya.

Redana menambahkan petani harus mewaspadai faktor pendukung serangan OPT, yang antara lain sangat dipengaruhi kondisi lingkungan cuaca (curah hujan, suhu & kelembaban), ketahanan varietas, pola tanam, keberadaan musuh alami, penggunaan pestisida kurang bijaksana. “Faktor lain yang perlu diwaspadai adalah terjadinya musim kemarau yang basah (keragaman hujan pada MK), dominasi suatu varietas tahan dalam jangka lama (ledakan biotipe 1 karena penanaman VUTW-1, biotipe 2 penanaman VUTW-2),pola tanam padi-padi-padi (faktor ketersediaan air) dan penggunaan pestisida tidak memenuhi kaidah 6 tepat (tepat jenis, sasaran, waktu, dosis, cara dan tempat),”jelasnya.

 

Terinformasi pada kegiatan SLPHT kali ini, pada penetapan Rencana Tindak Lanjut (RTL) disepakati beberapa point antara lain 1)Perlunya petak PHT diberikan tambahan pemupukan nitrogen untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman; 2) Pengamatan OPT perlu terus ditingkatkan mengingat sudah dijumpai kelompok telur keong mas, belalang daun, hama putih dan ulat daun meskipun tingkat serangannya masih dibawah ambang pengendalian OPT; 3)Penyiangan gulma segera dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma baik di petani PHT maupun petak petani; 4)Pengairan harus diupayakan agar pertumbuhan dan pembentukan anakan padi tidak terganggu, dan 5)Jadwal SLPHT minggu depan diundur hari kamis (12/09/2019) karena bersamaan dengan jadwal studi tiru Mina Padi ke Sleman. (among_wibowo, red)

Hindari Gagal Panen, Disperpa Kota Magelang Gropyokan Hama Tikus Di Tidar Selatan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

.MAGELANG  – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang kamis (29/8/2019) kembali menggelar gropyokan tikus di areal persawahan Tidar Selatan. Kegiatan yang melibatkan 20 orang itu merupakan hasil sinergi Bidang Pertanian, Penyuluh Pertanian dan Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dan petani anggota Poktan Campursari Tidar Selatan. Kegiatan menyasar sejumlah lahan pertanian di areal persawahan Tidar Selatan. Diantaranya lahan pertanian yang sebelumnya disinyalir terdapat banyak sarang tikus.

 

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko melalui Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menegaskan kegiatan ini bersifat pengendalian untuk mengantisipasi padi gagal panen. Sampai sejauh ini, lanjutnya, hama tikus belum signifikan serangannya pada pertanaman padi sawah.” Meskipun serangan hama tikus belum mewabah, gropyokan sengaja dilakukan agar petani terhindar dari gagal panen,”ujarnya.

 

Ahmad Sholikhun, Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura pada Disperpa mengingatkan petani untuk waspada serangan hama dan penyakit khususnya pada musim pancaroba dari kemarau ke musim penghujan seperti saat ini. Sebagai contoh tikus umumnya mengalami perkembangan cukup signifikan pada musim saat ini. “Untuk itu dengan adanya gropyokan, tidak hanya membasmi tikus saja, tetapi menutup sarang tikus yang berada di tanggul pertanian,”katanya.

Terkait pelaksanaan kegiatan ini, pihaknya memfasilitasi 2 jenis racun yaitu Basmikus dan Klerat. Basmikus yang bersifat racun pernafasan digunakan untuk mengendalikan tikus di lubang-lubang aktifnya, sedangkan Klerat sebagai umpan yang dicampurkan dengan makanan sesuai preferensi tikus. “Agar lebih efektif, maka pelaksanaannya secara gropyokan dengan melibatkan berbagai pihak,” ungkapnya.

Sementara itu, Nurul Hidayati, Penyuluh Pertanian Kecamatan Magelang Selatan memastikan petani mendapatkan pendampingan dari Penyuluh. Dia mengharapkan ke depan gropyokan tikus tetap rutin dilakukan di semua lokasi persawahan petani di Kota Magelang. Hal ini penting untuk memastikan petani dapat sukses meraup hasil panen padi yang telah diusahakannya selama 4 bulan.

          Nurul menambahkan harapannya kepada pengelola pengairan yang mengarah ke persawahan Kota Magelang untuk menjamin ketersediaan air irigasi untuk sawah Kota Magelang. “Setiap saat Penyuluh mendampingi dan memantau perkembangan lahan pertanian petani di wilayah masing-masing, petani merasa nyaman sehingga panen dapat meningkat. Tapi tanpa kecukupan air irigasi yang memadai, pendampingan petani menjadi kurang optimal ,” kata dia. (among_wibowo, red)

Disperpa Kota Magelang Gelar Pelatihan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari rabu (28/08/2019) menggelar kegiatan Pelatihan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan di Aula Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang. Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya di hadapan 25 orang peserta pembudidaya ikan se-Kota Magelang menyatakan bahwa kegiatan pelatihan ini sebagai bentuk pendampingan dan bimbingan teknis kepada para pembudidaya ikan.

Menurut Eri, tujuan kegiatan tidak lain untuk meningkatkan pengetahuan bagi para pembudidaya ikan dalam teknologi pembuatan pakan yang murah dan bermutu bagi budidaya ikan. Selain itu kegiatan juga bermanfaat untuk memotivasi kelompok pelaku utama atau pembudidaya ikan dalam meningkatkan mutu dan produksi hasil budidaya ikan. Upaya pembinaan dan pendampingan dari pemerintah, lanjut Eri, tentunya sangat dibutuhkan para pelaku usaha perikanan agar kegiatan budidaya ikan yang dilakukan dapat berhasil dan berkelanjutan.

Eri menambahkan terkait isu pakan ikan, pemerintah telah mengantisipasi permasalahan keterjangkauan harga dan ketersediaan pakan ikan bagi pembudidaya ikan melalui inisiasi program Gerakan pakan Ikan Mandiri (GERPARI) sejak tahun 2015. GERPARI, lanjutnya, merupakan program nasional yang bertujuan meningkatkan keuntungan yang diperoleh pelaku usaha perikanan budidaya. Caranya dengan menekan biaya operasional untuk penyediaan pakan ikan, mengingat biaya pembelian pakan ikan dapat mencapai 60% dari seluruh biaya operasional. “Peningkatan keuntungan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan budidaya,”tegasnya.

Tampil sebagai narasumber kegiatan,Winarto, Penyuluh Perikanan Swadaya Pokdakan Mina Tirta Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Dalam kesempatan pelatihan yang dilaksanakan dengan metode teori dan diskusi kelas itu, peserta langsung melaksanakan praktek pembuatan pakan ikan. Praktik pembuatan ikan menggunakan mesin pencetak pakan ikan dari Direktorat Prasarana dan Sarana Perikanan Budidaya Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Adapun bahan baku pembuatan pelet berasal dari bahan lokal yang mudah diperoleh, antara lain tepung roti, tepung jagung dan tepung ikan.

        Ditempat terpisah, Windo Atmoko, Kasi Perikanan pada Disperpa mengharapkan setelah pelatihan, peserta dapat menerapkan teknologi sederhana untuk mengatasi kendala yang muncul dalam budidaya perikanan, diantaranya dengan penyediaan bahan pakan ikan alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya ikan. Dia menjelaskan terkait kondisi sektor perikanan di Kota Magelang memang hanya memiliki luasan lahan budidaya sebesar 6,68 Ha. Namun dengan jumlah pembudidaya ikan yang mencapai 400 orang, pihaknya terus mengoptimalkan potensi perikanan di Kota Magelang.

         Windo mengakui sektor perikanan belum dirasakan manfaatnya dalam pembangunan di Kota Magelang. Karena itu, perlu inovasi dan implementasi teknologi budidaya ikan yang dapat meningkatkan produksi hasil budidaya, terutama untuk budidaya ikan di perkotaan. “Sebagai contoh tingginya harga pakan ikan di pasaran, perlu disikapi dengan menurunkan  pembuatan pakan yang diperoleh selama pelatihan untuk kegiatan budidaya ikan yang dilakukan. “Sangat menarik ikut pelatihan ini, mudah-mudahan bisa saya terapkan di rumah sehingga biaya untuk pakan ikan lebih murah,”imbuh Khamid, salah peserta pelatihan (k_h/amw, red)

Menilik SLPHT Minggu Ke-3: Disperpa Tekankan BTS Padi Sawah Melalui Pengenalan OPT dan Pengendalian Yang Ramah Lingkungan

Ditulis oleh pertanian on . Posted in Berita

MAGELANG – Memasuki minggu ketiga pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang rabu (27/08/2019) menekankan kepada petani akan pentingnya Budidaya Tanaman Sehat (BTS) padi sawah melalui pengenalan dan identifikasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan pengendalian yang ramah lingkungan. Kegiatan SLPHT kali ini bertujuan untuk memberikan edukasi terkait konsep SLPHT, khususnya Budidaya Tanaman Sehat. Kegiatan diikuti sekitar 25 petani anggota poktan Subur Makmur Magelang, POPT dan Penyuluh Pertanian Kota Magelang.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointers yang disampaikan Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ahmad Sholikhun menjelaskan bahwa budidaya padi sawah jika terlalu intensif berpotensi meningkatkan serangan OPT. Antara lain serangan Wereng Batang Coklat (WBC) serta penyakit yang ditularkannya yaitu Kerdil Rumput/Hampa, Penggerek Batang Padi (PBP), penyakit blas dan penyakit hawar daun bakteri/kresek. “Resiko-resiko serangan hama dan penyakit pada padi sawah perlu diminimalisir dengan secara efektif melakukan BTS dan pelestarian musuh alami,”katanya.

Dikatakannya, dalam budidaya tanaman sehat, hal yang perlu dilakukan antara lain pengolahan tanah secara baik dan benar serta pemupukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pemupukan, lanjutnya, antara lain diupayakan dengan pemberian pupuk organik dan kapur dolomit untuk mengembalikan pH tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman padi.Untuk mengembalikan pH tanah asam agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi, salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian kapur dolomit. “Selain itu, pemberian kapur dolomit dan pupuk organik juga mampu memperbaiki sifat fisik, biologi, dan kimia tanah sehingga dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan OPT,”tandasnya.

Sementara itu Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa menegaskan untuk menekan perkembangan serangan OPT, musuh alami berperan penting dalam mengendalikan populasi OPT. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami perlu dikelola secara berkelanjutan di tingkat lapangan. Salah satu pengelolaan musuh alami OPT dilakukan dengan penanaman tanaman refugia. “Tanaman refugia dapat meningkatkan biodiversitas (keanekaragaman hayati) sehingga agroekosistem menjadi lebih stabil dan akan mencegah terjadinya ledakan serangan (outbreak) OPT,”ujarnya.

Terkait kegiatan SLPHT minggu ketiga, I Made Redana, POPT Kota Magelang yang juga bertindak sebagai fasilitator kegiatan meminta petani untuk segera mengimplementasikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) mingguan yang telah dibuat. Made berharap dengan rutin menyelesaikan RTL, kegiatan SLPHT yang dijalani selama 3 bulan ke depan akan on the track. “RTL merupakan bagian dari roadmap pembelajaran dengan metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) atau andragogy yang diterapkan pada SLPHT,”jelasnya.

Made memaparkan ada 5 poin RTL yang perlu segera dilaksanakan petani peserta hingga sebelum pertemuan rabu mendatang. Pertama, pertumbuhan tanaman sudah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari segi tinggi tanaman dan jumlah tunas. Kedua, pengamatan perlu ditingkatkan walaupun sudah dijumpai hama keong mas, ganjur dan belalang namun belum mencapai ambang pengendalian. Ketiga, gulma masih dijumpai walaupun sudah dilakukan penyiangan pada pengamatan minggu ke-1 dan minggu ke-2. Keempat, petani perlu melakukan pengairan mengingat kondisi tanaman kekurangan air dimana tanaman dalam fase pertumbuhan, dan kelima, pemupukan yang sudah dilakukan di petak PHT perlu diimbangi dengan kecukupan pengairan.

         Terinformasi dari kegiatan sebelumnya dalam SLPHT ini peserta dibagi dalam 5 kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil membuat 10 petak petani dan 10 petak PHT. Petak petani adalah lahan sawah yang dibudidayakan menurut kebiasaan petani setempat, sedangkan petak PHT adalah lahan sawah yang dijadikan percontohan karena dibudidayakan sesuai rekomendasi Disperpa mengacu pada konsep Budidaya Tanaman Sehat (BTS). Adapun varietas padi yang digunakan pada petak SLPHT dan petak petani adalah varietas Ciherang. (amw, red)