Tekankan BTS, SLPHT 2019 Bakal Menarik Perhatian Masyarakat Dengan Pengembangan Tanaman Refugia
MAGELANG-Rencana Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) bulan Agustus 2019 di Kelurahan Magelang dipastikan bakal menarik perhatian masyarakat Kota Magelang. SLPHT kali ini didukung dengan penanaman tanaman refugia di pematang areal persawahan. Tanaman refugia yang berupa tanaman bunga matahari dan tanaman kenikir itu selain berfungsi sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman padi sawah juga berpotensi menjadi lokasi foto selfie bagi masyarakat. Hal tersebut terungkap dalam sosialisasi pelaksanaan SLPHT Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang senin (29/07) di Kelompok Tani (Poktan) Subur Makmur Kelurahan Magelang yang dihadiri sekitar 25 anggota poktan.
Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer sambutan yang disampaikan Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menyatakan SLPHT sebagai salah satu kegiatan yang diunggulkan dan dianggap solutif dalam rangka pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terutama pada komoditas pertanian. Penggunaan tanaman refugia sebagai pendamping tanaman utama padi sawah diyakini menarik minat masyarakat terhadap dunia pertanian, mengingat potensi lokasi pertanian menjadi obyek wisata (foto selfie, red). Melalui SLPHT, sejumlah materi dengan metode Pembelajaran Orang Dewasa (POD) akan disampaikan fasilitator Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kota Magelang. “Materinya antara lain pengamatan hama penyakit pada petak contoh dan petak petani, praktek perbanyakan Corine sp., praktek pembuatan POC dan PGPR, cara pengendalian hama penyakit yang ramah lingkungan hingga panen bersama pada akhir periode SLPHT,”jelasnya.
Sementara itu I Made Redana, fasilitator SLPHT sekaligus POPT Kota Magelang menekankan pentingnya Budidaya Tanaman Sehat (BTS) untuk meminimalisir serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Menurutnya ada 4 prinsip dalam BTS yaitu penggunaan benih tahan HPT, penggunaan pupuk organik, jarak tanam ideal dan pemupukan secara berimbang. Made menambahkan melalui pelaksanaan SLPHT, petani diharapkan dapat menerima 4 manfaat sekaligus. “Manfaat itu antara lain menjadikan petani sebagai ahli PHT, meningkatnya kerjasama antar anggota poktan, petani mampu menganalisis agroekosistem dan petani memilik kapasitas menghasilkan produk pertanian yang berkualitas,”ungkapnya.
Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Ahmad Sholikhun dan Penyuluh Kecamatan Magelang Tengah, Among Wibowo mengamini statement pimpinan Disperpa dan POPT Kota Magelang. Keduanya berharap kegiatan SLPHT yang diikuti 25 orang (terbagi dalam 5 kelompok kecil) dan dimulai 13 Agustus 2019 itu dapat sukses mengedukasi petani dalam pengendalian hama terpadu. Pihaknya berharap keseimbangan ekosistem sawah di Kota Magelang semakin pulih seiring kesadaran para petani untuk lebih mengedepankan pengendalian OPT secara ramah lingkungan (menggunakan tanaman refugia dan musuh alami) daripada penggunaan pestisida kimia. “Pestisida kimia digunakan manakala keadaan sudah diatas ambang ekonomi, sementara pengendalian secara alami tidak lagi mumpuni,”kata Sholikhun.
Terkait penggunaan tanaman refugia, Among menjelaskan hal itu merupakan sebuah terobosan baru di Kota Magelang mengingat di wilayah lainnya sudah dimulai dan berhasil mengendalikan OPT secara alami. Golongan tanaman bunga refugia, lanjutnya, dinilai efektif untuk mengurangi dan mencegah berbagai jenis hama yang menyerang tanaman pertanian seperti padi, jagung dan sayur-sayuran. “Metode pengendalian hama tanaman dengan cara ini sesuai yang dianjurkan dalam UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Komponen utama PHT adalah pengendalian hayati, yang salah satu tekniknya dengan konservasi musuh alami, sehingga tercipta ekosistem pertanian yang stabil dan lestari,”ujarnya.
Ditambahkannya tanaman refugia biasanya ditanam di pematang sawah. Biasaya ditanam secara memanjang dan memiliki bunga dengan bau dan warna mencolok. Serangga-serangga musuh alami dan hama sangat tertarik dengan tanaman yang berbunga. Serangga yang sering melakukan kunjungan umumnya kumbang, lalat, lebah, semut, thrips dan kupu-kupu yang berusaha untuk mendapatkan nectar dari tanaman bunga refugia. Pemanfaatan tanaman refugia memiliki nilai ekonomis, lebih ramah lingkungan, sehat dan yang jelas lebih memiliki nilai estetika dan nilai seni yang tinggi. “Bilamana dalam luasan yang cukup, tanaman refugia yang tumbuh bersanding dengan tanaman pokok di persawahan akan membuat suasana menjadi lebih indah, sedap dipandang oleh petani atau siapapun yang refreshing untuk lebih betah di sawah,”tukasnya. (amw, red)