Masyarakatkan Urban Farming, Disperpa Kota Magelang Gelar Pelatihan Budidaya dan Pemasaran Jamur Tiram
MAGELANG – Luas lahan pertanian produktif di Kota Magelang dari tahun ke tahun semakin menyempit. Data luas lahan sawah di Kota Magelang tinggal menyisakan 142,85 ha saja. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang saat ini fokus pada pengembangan pertanian perkotaan (urban farming) di lahan sempit. Berbagai jurus dilakukan untuk menjaga eksistensi sektor pertanian di Kota Magelang. Salah satunya dengan mendorong masyarakat/hobiis untuk mengembangkan agribisnis hortikultura.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Disperpa hari selasa (9/4) di Aula Disperpa Jl. Kartini Kota Magelang menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Budidaya Jamur Tiram bagi Masyarakat Kota Magelang. Kegiatan yang diikuti 70 orang peserta itu diisi oleh 2 narasumber yaitu Muhammad Sumedi Purbo (Sanggar Tani Media Agro Merapi) dan Faris Ikmawanto (Penggiat Bisnis Jamur Tiram Magelang). Adapun tema yang diusung kedua narasumber yaitu Prospek Pengembangan Jamur Tiram di Indonesia dan Strategi Pemasaran Jamur Tiram.
Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer yang disampaikan Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menyatakan instansinya memang sedang fokus untuk memasyarakatkan urban farming di Kota Magelang dengan sejumlah komoditas. Pemilihan budidaya komoditas jamur tiram bagi masyarakat dengan pertimbangan kemudahan dalam budidaya dan potensi pasar yang masih sangat terbuka. Terkait kegiatan pelatihan, Agus menyatakan tujuannya untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi SDM Pertanian dalam Budidaya Jamur Tiram. “Kami mengharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi SDM pertanian khususnya dalam budidaya dan pemasaran jamur tiram. Selain itu dapat mendukung dan memperkaya orientasi masyarakat dalam mengembangkan dan memasyarakatkan pertanian perkotaan (urban farming),”jelasnya.
Salah satu narasumber, M. Sumedi Purbo, menyatakan pihaknya sangat antusias mendukung dan siap menjalin kerjasama dalam pengembangan agribisnis jamur tiram di Kota Magelang. Dia menandaskan bahwa sebenarnya filosofi jamur merupakan jalan menuju makmur. Terinformasi sejumlah keunggulan dalam agribisnis jamur, antara lain bahan baku untuk budidaya jamur tiram melimpah, (umumnya berupa pemanfaatan bahan limbah industri), alam di Indonesia mendukung untuk agribisnis jamur sepanjang tahun, tehnologi budidaya relatif sederhana dan tidak perlu lahan luas, ramah lingkungan, bebas pestisida, sehat dan menyehatkan, pangsa pasar terbuka luas, baik lokal maupun ekspor, secara analisis ekonomi menguntungkan bahkan dapat memberdayakan masyarakat banyak.dan mampu menciptakan agribisnis pendukung hulu-hilir (Industri media, pengolahan, kompos, dll)
Dalam kesempatan tersebut Sumedi juga memaparkan jenis dan manfaat sejumlah jamur antara lain jamur Tiram, Ling zhi, Kuping dan Shiitake. Secara umum jamur berkhasiat untuk proses pencegahan dan pemulihan sejumlah penyakit berat seperti stroke, syaraf, jantung dan kanker. Selain dikonsumsi segar, jamur juga dapat diolah menjadi sirup, campuran teh/kopi, keripik dan berbagai olahan lainnya.
Ditanya kunci sukses agribisnis jamur tiram, Sumedi mengatakan sabar dan tekun, disamping juga memahami kebutuhan hidup jamur tiram. Dia menambahkan, merawat jamur ibaratnya merawat bayi sehingga perlu kesungguhan untuk memahami kehidupan jamur. “Kunci awalnya pada media, sterilisasi media dan lokasi budidaya. Selanjutnya perlu senantiasa menjaga suhu (kurang dari 30 C) dan kelembaban (60-80%), serta ventilasi udara dan kebutuhan yang minimal terhadap sinar matahari,”tandasnya.
Sementara narasumber lainnya, Faris Ikmawanto melanjutkan strategi pemasaran jamur bisa melalui pemasaran secara offline maupun online. Produsen jamur harus pandai memilih jenis media pemasaran yang tepat. Menurutnya strategi pemasaran yang tepat dapat memperluas segmen pasar dan meningkatkan volume penjualan. Tak kurang ada 6 langkah yang dapat dilakukan untuk mensiasati pemasaran jamur tiram antara lain penentuan target pasar, mempertahankan kualitas jamur tiram, melengkapi dengan label dan kemasan yang menarik, menjaga kontinyuitas pasokan, diversifikasi ukuran kemasan bilamana jamur dipasarkan dalam bentuk segar dan menawarkan beragam inovasi produk kuliner serba jamur. “Semuanya monggo bisa dipilih sesuai dengan sikon masing-masing unit usaha agribisnis,”pungkasnya. (among_wibowo,red).