• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Kendalikan Hama Tikus, Disperpa Bersama Poktan Lakukan Gropyokan

on .

MAGELANG – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang bersama Kelompok Tani (Poktan) Manunggal Karso Kelurahan Tidar Utara hari kamis (11/4) menggelar gropyokan tikus secara serentak di areal persawahan Kiringan. Hamparan lahan sawah seluas 6 ha tersebut dikendalikan dengan rodentisida Basmikus 66 PS, racun yang bekerja sistemik untuk merusak sistem pernafasan tikus. Hadir dalam kegiatan tersebut Kasi Tanaman dan Pangan Hortikultura (TPH), Penyuluh Pertanian, Mantri Tani Magelang Selatan dan sejumlah petani Poktan Manunggal Karso.

Kasi TPH, Ahmad Sholikhun menyatakan tujuan utama kegiatan gropyokan tikus adalah untuk mengendalikan populasi hama tikus menjelang musim panen padi. Pihaknya senantiasa siaga terhadap serangan hama tikus karena dampak serangannya ketika terlambat sangat vatal. “Keterlambatan pengendalian, petani bisa tidak panen (puso),”ujarnya.

Untuk mengendalikan hama tikus, lanjut Sholikhun, Seksi TPH menjalin kerjasama dengan petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Distanbun Provinsin Jawa Tengah terkait pengawasan lapangan dan penyediaaan rodentisida Basmikus 66 PS. Dia menganjurkan petani untuk rajin menjaga sanitasi atau kebersihan lingkungan persawahan karena umumnya tikus menyukai lahan sawah yang kotor(banyak rerumputan,red). Sanitasi lingkungan yang baik dapat menekan populasi hama tikus. “Kalaupun masih ada serangan tikus setelah sanitasi lingkungannya baik, sifatnya spot-spot saja dan kita masih punya jurus pamungkas dengan rodentisida Basmikus 66 PS,”tegasnya.

Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa menambahkan perlunya kelompok tani menjaga kekompakan antar anggotanya. Kekompakan anggota dalam usaha tani harus dimulai dari keserempakan waktu tanam dan aktivitas-aktivitas usahatani lainnya seperti pemupukan, pengairan dan pengendalian hama dan penyakit. “Ketidakserempakan waktu tanam mengakibatkan perpindahan hama tikus dari satu lokasi ke lokasi yang lain sehingga menyulitkan pengendalian hama tikus di persawahan,”tukasnya.

Dia menjelaskan dalam setiap kesempatan penyuluhan bahwa tikus sawah merupakan hama penting tanaman padi karena tingkat perkembangbiakannya yang cepat. Dalam 1 tahun, dari sepasang induk tikus dapat beranak pinak hingga mencapai sekitar 5000 ekor. Tiap tahun serangannya lebih dari 17 % dari total luas arel padi di Indonesia. “Hal ini disebabkan karena pengendalian hama tikus oleh petani seringkali terlambat, karena mereka mengendalikan setelah terjadi serangan dan kurangnya monitoring oleh petani,”jelasnya.

Untuk mengendalikan hama tikus, lanjutnya, selain tanam serempak dan penggunaan rodentisida setidaknya masih ada tujuh alternatif cara pengendalian hama tikus sawah yaitu

  1. Sanitasi habitat

  2. Gerakan bersama (gropyokan massal)

  3. Fumigasi/pengemposan

  4. Trap Barrier System (TBS)

  5. Linier Trap Barrier System (LTBS)

  6. Memanfaatan musuh alami

  7. Cara pengendalian lokal lainnya (penggenangan sarang tikus, penjaringan, pemerangkapan, bunyi-bunyian)

      Menurut Among, tikus yang telah terbunuh/tertangkap hanya merupakan indikasi turunnya populasi. Yang perlu diwaspadai adalah populasi tikus yang masih hidup, karena akan terus berkembang biak dengan pesat selama musim tanam padi. Disamping itu monitoring keberadaan dan aktivitas tikus sangat penting diketahui sejak dini agar usaha pengendalian dapat berhasil. Cara monitoring antara lain dengan melihat lubang aktif, jejak tikus, jalur jalan tikus, kotoran atau gejala kerusakan tanaman. Dan tidak kalah pentingnya adalah mewaspadai terhadap kemungkinan terjadinya migrasi (perpindahan tikus) secara tiba-tiba dari daerah lain dalam jumlah yang besar. (among_wibowo, red)

Perkuat Image Olahan Jamur, Disperpa Berikan Ketrampilan Olahan Tongseng, Crispy dan Nugget Jamur Tiram

on .

MAGELANG – Disperpa hari rabu (10/4) di Aula Disperpa Jl. Kartini Kota Magelang kembali menyelenggarakan kegiatan pelatihan lanjutan, yaitu Pelatihan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Jamur Tiram bagi Masyarakat Kota Magelang. Kegiatan yang diikuti 70 orang peserta itu menampilkan narasumber Esti Widayati dari Rumah Kripik Jaya Makmur Magelang. Fokus pelatihan kali ini adalah praktek pembuatan jamur crispy, tongseng dan nugget.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer yang disampaikan Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menyatakan penanganan pasca panen (off farm) memegang peranan penting untuk memunculkan added value bagi pelaku usaha agribisnis, tak terkecuali agribisnis jamur. “Kalau keuntungan agribisnis seluruhnya itu 100% maka 60-70% merupakan kontribusi dari pasca panen,”katanya.

Terkait dengan hal tersebut, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya pada Disperpa mendorong pelaku usaha/hobiis agribisnis jamur untuk lebih menaruh perhatian besar pada penanganan pasca panen yang baik, benar dan berorientasi pasar. Menurutnya prospek bisnis olahan jamur baik pasar lokal maupun nasional masih cukup terbuka. “Masih sangat sedikit pebisnis kuliner berbasis jamur maupun olahan kering jamur. Padahal pasarnya masih menganga untuk dimasuki, mengingat konsumsi jamur saat ini sudah menjadi trend karena menyehatkan tubuh,”tegasnya.

Esti Widayati, narasumber pelatihan, di sela-sela kegiatan menjelaskan bahwa selama ini masyarakat belum terlalu melihat jamur sebagai sebuah peluang menuju pintu kemakmuran. Dia sudah membuktikan bisnis jamur yang ditekuninya dengan brand “Jaya Makmur” itu bisa eksis selama beberapa tahun hingga sekarang. Bahkan sudah rutin mengikuti sejumlah pameran dan menjalin kerjasama pemasaran dengan sejumlah Pusat Oleh-Oleh di Kota Magelang.

Pada pelatihan ini, Esti membagikan 3 resep olahan jamur antara lain pembuatan jamur crispy, tongseng dan nugget. Ketiganya mewakili menu kuliner dan menu oleh-oleh khas Magelang. Praktek berlangsung meriah karena sejumlah peserta sangat antusias mempraktekkan ketiga resep olahan jamur dari Esti sang narasumber. “Wah baru kali ini saya semangat praktek di pelatihan, menunya sangat menarik. Kebetulan kesukaan anak saya sehari-hari mengkonsumsi jamur crispy,” ujar Kezia, salah satu peserta, sambil tersenyum bangga.

Di akhir kegiatan Esti memotivasi 70 peserta yang hadir untuk terus berinovasi dalam menciptakan menu olahan jamur lainnya. Menurut dia jamur merupakan bahan baku makanan yang menyehatkan dan berkhasiat obat, sehingga akan selalu bisa mengikuti trend kuliner masyarakat zaman now. Tinggal bagaimana kita dapat meracik atau membuat resep olahan jamur yang bisa dicintai dan diterima konsumen di pasaran, baik di pasar kuliner maupun di pusat oleh-oleh,”tandasnya. (among_wibowo,red).

Masyarakatkan Urban Farming, Disperpa Kota Magelang Gelar Pelatihan Budidaya dan Pemasaran Jamur Tiram

on .

MAGELANG – Luas lahan pertanian produktif di Kota Magelang dari tahun ke tahun semakin menyempit. Data luas lahan sawah di Kota Magelang tinggal menyisakan 142,85 ha saja. Sebagai langkah antisipasi, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang saat ini fokus pada pengembangan pertanian perkotaan (urban farming) di lahan sempit. Berbagai jurus dilakukan untuk menjaga eksistensi sektor pertanian di Kota Magelang. Salah satunya dengan mendorong masyarakat/hobiis untuk mengembangkan agribisnis hortikultura.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Disperpa hari selasa (9/4) di Aula Disperpa Jl. Kartini Kota Magelang menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Budidaya Jamur Tiram bagi Masyarakat Kota Magelang. Kegiatan yang diikuti 70 orang peserta itu diisi oleh 2 narasumber yaitu Muhammad Sumedi Purbo (Sanggar Tani Media Agro Merapi) dan Faris Ikmawanto (Penggiat Bisnis Jamur Tiram Magelang). Adapun tema yang diusung kedua narasumber yaitu Prospek Pengembangan Jamur Tiram di Indonesia dan Strategi Pemasaran Jamur Tiram.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer yang disampaikan Kepala Bidang Pertanian, Agus Dwi Windarto menyatakan instansinya memang sedang fokus untuk memasyarakatkan urban farming di Kota Magelang dengan sejumlah komoditas. Pemilihan budidaya komoditas jamur tiram bagi masyarakat dengan pertimbangan kemudahan dalam budidaya dan potensi pasar yang masih sangat terbuka. Terkait kegiatan pelatihan, Agus menyatakan tujuannya untuk meningkatkan wawasan dan kompetensi SDM Pertanian dalam Budidaya Jamur Tiram. “Kami mengharapkan pelatihan ini dapat meningkatkan kompetensi SDM pertanian khususnya dalam budidaya dan pemasaran jamur tiram. Selain itu dapat mendukung dan memperkaya orientasi masyarakat dalam mengembangkan dan memasyarakatkan pertanian perkotaan (urban farming),”jelasnya.

Salah satu narasumber, M. Sumedi Purbo, menyatakan pihaknya sangat antusias mendukung dan siap menjalin kerjasama dalam pengembangan agribisnis jamur tiram di Kota Magelang. Dia menandaskan bahwa sebenarnya filosofi jamur merupakan jalan menuju makmur. Terinformasi sejumlah keunggulan dalam agribisnis jamur, antara lain bahan baku untuk budidaya jamur tiram melimpah, (umumnya berupa pemanfaatan bahan limbah industri), alam di Indonesia mendukung untuk agribisnis jamur sepanjang tahun, tehnologi budidaya relatif sederhana dan tidak perlu lahan luas, ramah lingkungan, bebas pestisida, sehat dan menyehatkan, pangsa pasar terbuka luas, baik lokal maupun ekspor, secara analisis ekonomi menguntungkan bahkan dapat memberdayakan masyarakat banyak.dan mampu menciptakan agribisnis pendukung hulu-hilir (Industri media, pengolahan, kompos, dll)

Dalam kesempatan tersebut Sumedi juga memaparkan jenis dan manfaat sejumlah jamur antara lain jamur Tiram, Ling zhi, Kuping dan Shiitake. Secara umum jamur berkhasiat untuk proses pencegahan dan pemulihan sejumlah penyakit berat seperti stroke, syaraf, jantung dan kanker. Selain dikonsumsi segar, jamur juga dapat diolah menjadi sirup, campuran teh/kopi, keripik dan berbagai olahan lainnya.

Ditanya kunci sukses agribisnis jamur tiram, Sumedi mengatakan sabar dan tekun, disamping juga memahami kebutuhan hidup jamur tiram. Dia menambahkan, merawat jamur ibaratnya merawat bayi sehingga perlu kesungguhan untuk memahami kehidupan jamur. “Kunci awalnya pada media, sterilisasi media dan lokasi budidaya. Selanjutnya perlu senantiasa menjaga suhu (kurang dari 30 C) dan kelembaban (60-80%), serta ventilasi udara dan kebutuhan yang minimal terhadap sinar matahari,”tandasnya.

       Sementara narasumber lainnya, Faris Ikmawanto melanjutkan strategi pemasaran jamur bisa melalui pemasaran secara offline maupun online. Produsen jamur harus pandai memilih jenis media pemasaran yang tepat. Menurutnya strategi pemasaran yang tepat dapat memperluas segmen pasar dan meningkatkan volume penjualan. Tak kurang ada 6 langkah yang dapat dilakukan untuk mensiasati pemasaran jamur tiram antara lain penentuan target pasar, mempertahankan kualitas jamur tiram, melengkapi dengan label dan kemasan yang menarik, menjaga kontinyuitas pasokan, diversifikasi ukuran kemasan bilamana jamur dipasarkan dalam bentuk segar dan menawarkan beragam inovasi produk kuliner serba jamur. “Semuanya monggo bisa dipilih sesuai dengan sikon masing-masing unit usaha agribisnis,”pungkasnya. (among_wibowo,red).