• Magelang Kota Sejuta Bunga
    Berangkat dari sebutan "Sebagai Tuin Van Java" (Kota Kebun atau Tamannya Pulau Jawa), Magelang dijuluki sebagai Kota Sejuta Bunga. Ibarat bunga, Kota Magelang ...
    Read more
  • Ayo Ke Magelang
    Ayo Ke Magelang

    Never Ending Eating-eating & Walking-walking ...

  • Taman Wisata Candi Borobudur
    Taman Wisata Candi Borobudur

    Mari berkunjung ke Taman Wisata Candi Borobudur, objek wisata favorit di Indonesia...

  • Magelang (1)
    Magelang (1)
  • Magelang (2)
    Magelang (2)
  • Magelang (3)
    Magelang (3)
  • Magelang (4)
    Magelang (4)
  • Magelang (5)
    Magelang (5)
  • Magelang (6)
    Magelang (6)
  • Magelang (7)
    Magelang (7)
  • Magelang (8)
    Magelang (8)
  • Magelang (9)
    Magelang (9)
  • Magelang (10)
    Magelang (10)
  • Magelang (11)
    Magelang (11)
  • Magelang (12)
    Magelang (12)
  • Magelang (13)
    Magelang (13)

Perkuat Image Olahan Aloe vera Khas Kota Magelang, Disperpa Tingkatkan SDM Penggiat Aloe vera Jilid 5

on .

MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang untuk kelima kalinya sejak 2016 sukses menggelar kegiatan Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Hasil Lidah Buaya (Aloe vera) bagi masyarakat Kota Magelang. Rangkaian kegiatan selama 2 hari mulai selasa-rabu, 10-11 Maret 2020 itu diikuti 35 peserta dari 3 kecamatan di Kota Magelang. Kegiatan dihelat salah satunya demi memperkuat image olahan Aloe vera sebagai varian baru oleh-oleh khas Kota Magelang dan memantapkan kegiatan Pengembangan Urban Farming di Kota Sejuta Bunga. Kegiatan yang menerapkan metode pelatihan dengan komposisi 40% teori dan 60 % praktek itu menampilkan narasumber budidaya dan pengolahan Aloe vera antara lain Imam Rodli (Pimpinan P4S Rama Vera, Wates- Kulon Progo DIY) serta Nurdi Setyo Bowo dan Cory Febry Astuti (P4S Mavera Kota Magelang). Selain dilatih, setiap peserta juga memperoleh bahan percontohan berupa indukan dan bibir Aloe vera, media arang sekam, polibag dan obat-obatan pertanian.

 

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko dalam sambutannya menyatakan bahwa kegiatan ini selain memperkuatkan image komoditas Aloe vera, sangat penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian di Kota Magelang yang ujungnya terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat pasca pelatihan. Selain itu kegiatan pelatihan juga dimaksudkan untuk mewujudkan pengembangan komoditas ikonik Aloe vera dalam bingkai pengembangan kegiatan Urban Farming di Kota Magelang. Sejauh ini melalui sejumlah inovasi Kota Magelang sudah memiliki produk minuman serbuk Aloe vera dalam kemasan, stik, selai hingga dawet Aloe vera. “Kami ingin pasca pelatihan ini para peserta dapat semakin inovatif, meningkat ketrampilannya dalam budidaya maupun pengolahan hasil Aloe vera. Dan ke depan kami berharap para peserta baru bisa sukses sebagai pelaku agribisnis Aloe vera di Kota Magelang,”tambahnya.

 

Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian, Uswatun Hasanah dalam laporannya menjelaskan bahwa pada hari pertama peserta menerima materi umum terkait Khasiat, Potensi Ekonomi, Pemasaran dan Teknis Budidaya Aloe vera. Selanjutnya pada hari kedua materi Variasi Olahan Aloe vera dan praktek pengolahan Aloe vera menjadi ice cream, nata de aloe, selai Aloe vera dan dawet Aloe vera. “Untuk memberikan wawasan tentang diversifikasi dan legalisasi produk, peserta selain praktek variasi pengolahan Aloe vera juga diberikan informasi Perijinan Sertifikasi P-IRT,”pungkasnya.

 

Salah satu instruktur pelatihan, Imam Rodli menjelaskan bahwa kiat sukses menjalani bisnis Aloe vera adalah niat ikhlas, ketekunan dan inovasi. Ditambahkannya, komoditas Aloe vera secara budidaya sangat mudah dirawat, sedangkan secara pasca panen relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang terlalu mahal. “Dua kunci lainnya yang tak kalah penting adalah membangun jejaring antar pelaku agribisnis Aloe vera baik di dalam maupun di luar Kota Magelang dan memenuhi batas skala usaha, “tandasnya.

 

         Salah satu peserta pelatihan, Trisnawati, di sela-sela kegiatan berharap agar Disperpa secara kontinyu memberikan pembinaan dan pendampingan kepada komunitas penggiat Aloe vera di Kota Magelang. “Harapan kami, Dinas dapat menjembatani kebutuhan peserta setelah pelatihan sehingga dapat terus berinovasi mengembangkan ilmu, ketrampilan dan usahanya dalam budidaya, pengolahan dan pemasaran Aloe vera. Syukur-syukur nantinya peserta juga difasilitasi untuk kunjungan lapang ke lokasi industri Aloe vera di luar daerah serta bantuan peralatan dan mesin untuk pengolahan hasil Aloe vera,”ujarnya. (among_wibowo,red).

Kukuhkan Legalitas Pokdakan, Disperpa Launching Bank Kolam Patil Landep Tidar Utara

on .

MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari kamis (05/03/2020) kembali mengukuhkan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) baru, pokdakan Patil Landep Kelurahan Tidar Utara sekaligus melakukan launching Bank Kolam di Pokdakan tersebut. Kegiatan pengukuhan pokdakan dilaksanakan di Sekretariat Pokdakan Patil Landep, Tidar Krajan RT 03 RW 08 Kelurahan Tidar Utara Kecamatan Magelang Selatan. Kegiatan dihadiri Kasi PerikananDisperpa beserta jajarannya, Camat Magelang Selatan, Lurah Tidar Utara, Penyuluh Pertanian, Ketua RW dan RT di lingkungan Tidar Krajan, Babinsa dan Babinkamtibmas Tidar Utara, MPKM, perwakilan kelompok perikanan serta perwakilan kelompok tani di Kecamatan Magelang Selatan.
Rangkaian kegiatan pengukuhan diawali dengan kunjungan ke kolam kelompok dan launching bank kolam Patil Landep, sebagai usaha bersama kelompok. Bank kolam ini juga sebagai sumber pemasukan utama bagi kelompok. Pengukuhan kelompok pada kelas pemula dilakukan oleh Lurah Tidar Utara, dengan penyerahan piagam pengukuhan kepada kelompok. Dalam kesempatan tersebut juga diserahkan Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK) untuk pembudidaya ikan oleh Camat Magelang Selatan, Andri Rudianto dan buku administrasi kelompok oleh Kasi Perikanan, Windo Atmoko kepada pengurus kelompok.
Kadisperpa, Eri Widyo Saptoko dalam pointer yang disampaikan Kasi Perikanan, Windo Atmoko menegaskan bahwa kemandirian para pelaku utama dan pelaku usaha perikanan melalui penumbuhkembangan kelembagaan kelompok diharapkan dapat menopang keberhasilan pembangunan sektor perikanan. Menurutnya secara ideal kelompok perikanan dibentuk dengan prinsip kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosialekonomi, keakraban, saling mempercayai, dan keserasian hubungan antara pelaku utama, sehingga setiap anggota kelompok dapat merasa memiliki dan menikmati manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan berkelompok.
Diuraikan Windo lebih lanjut, penumbuhan dan pengembangan kelompok perikanan mengacupada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.14/MEN/2012 tentang Pedoman Umum Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan. Dalam peraturan tersebut, kelompok perikanan yang tumbuh memiliki ciri diantaranya memiliki keanggotaan minimal 10 orang, mandiri dan partisipatif, memiliki aturan/norma yang disepakati dan memiliki administrasi yang baik. “Adapun fungsi kelompok perikanan antara lain sebagai wadah proses pembelajaran, wahana kerjasama, unit penyediaaan sarana dan prasarana produksi serta kesatuan swadaya dan swadana,”jelasnya.
 
Sejauh ini bentuk kelembagaan kelompok perikanan yang tumbuh dan berkembang di Kota Magelang terdiri dari 2 (dua) bentuk, yaitu kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) serta kelompok pengolah dan pemasar ikan (poklahsar). Selain itu, terdapat beberapa komunitas penghobi perikanan yang berkembang, antara lain komunitas mancing, aquascape dan ikan hias. Di tingkat kota, terdapat organisasi Masyarakat Perikanan Kota Magelang (MPKM) yang membawahi seluruh kelompok pelaku perikanan di Kota Magelang.
Koordinator Penyuluh Perikanan Kota Magelang, Kurnia Hardjanto menyampaikan bahwa penumbuhan kelompok perikanan yang dilegalisasi menjadi target sasaran kinerja penyuluh perikanan di Kota Magelang. Selain penumbuhan kelompok perikanan, target sasaran kinerja lainnya antara lain pembinaan usaha mikro dan kecil sektor kelautan dan perikanan sertapenilaian kelas kemampuan kelompok pelaku utama perikanan. “Untuk proses penilaian kelas kemampuan kelompok perikanan dilakukan setiap tahunnya sebagai implementasi dari tahapan monitoring dan evaluasi kinerja kelompok perikanan,”katanya
Kurnia mengungkapkan ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Mulai dari identifikasi potensi wilayah, sosialisasi penumbuhan kelompok perikanan, penyusunan struktur organisasi dan AD/ART, pengukuhan kelompok oleh pejabat wilayah setempat hingga kemitraan usaha hingga monitoring dan evaluasi. Ditambahkannya kelas kelompok juga dinilai dan diukur berdasarkan beberapa aspek, yaitu kemampuan perencanaan, kemampuan berorganisasi, akses kelembagaan, kemampuan wirausaha dan kemandirian. Sementara kategori kelas kelompok perikanan dari yang terendah hingga tertinggi berturut-turut yaitu pemula, madya dan utama. Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang senantiasa mendorong penguatan kelembagaan kelompok dari para pelaku utama perikanan sebagai mitra dari pembangunan sektor perikanan di Kota Magelang.
       Terinformasi sebagai bentuk pendampingan dan penguatan peran para pelaku utama perikanan, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang memfasilitasi proses penumbuhan serta pengukuhan kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Patil Landep, yang berada di Kampung Tidar Krajan, Kel. Tidar Utara, Kec. Magelang Selatan Kota Magelang. Pemilihan nama Patil Landep terinspirasi dengan senjata pada ikan lele yang disebut Patil, dan arti kata Landep yang berarti tajam. Kelompok yang dibentuk ini diharapkan dapat berkiprah dalam pengembangan usaha budidaya ikan dan senantiasa memberikan manfaat yang dapat dirasakan setajam senjata patil pada ikan lele. Kelompok Patil Landep didirikan pada tanggal 20 Februari 2020, dengan keanggotaan berjumlah 13 (tiga belas) orang. Ketua Pokdakan Patil Landep dijabat oleh Sudjianto, dengan sekretariat di Tidar Krajan RT 03 RW 08 Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang serta nomer registrasi kelompok 1.1.33.71.01.0220.0320. Pokdakan Patil Landep memiliki usaha utama berupa pembenihan dan pembesaran ikan, dengan komoditas budidaya adalah ikan lele. Selain itu, kelompok ini akan mengembangkan usaha budidaya pakan alami ikan, seperti kutu air dan cacing sutera. (among_wibowo, red)

Sukseskan Moncer Serius, Kadisperpa Dorong Tampilnya Olahan Jamur Tiram Untuk Perkaya Khasanah Kuliner Kota Magelang

on .

MAGELANG – Setelah sehari sebelumnya (24/02/2020) sukses menggelar pelatihan Budidaya Jamur Tiram, Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang hari selasa (25/02/2020) di Aula Disperpa Jl. Kartini Magelang kembali mengemas kegiatan pelatihan lanjutan. Kali ini Pelatihan Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram bagi Masyarakat Kota Magelang. Kegiatan yang diikuti 35 peserta itu menampilkan narasumber Wardi Astuti (Bapeltan Soropadan) dan dr Gintung (praktisi Jamur Magelang). Fokus pelatihan olahan jamur kali ini pada praktek pembuatan sate jamur, tongseng jamur dan jamur crispy. Terinformasi resep Jejamuran yang digunakan merupakan hasil riset Jurusan Boga Universitas Negeri Yogyakarta.

Kepala Disperpa, Eri Widyo Saptoko didampingi Kepala Bidang Pertanian Uswatun Hasanah menegaskan pihaknya saat ini terus berusaha berinovasi menyesuaikan dengan kondisi lahan produktif di Kota Magelang yang semakin menyempit. Penanganan pasca panen (off farm) dewasa ini, lanjutnya, diyakini memegang peranan penting untuk memunculkan added value bagi pelaku usaha agribisnis, tak terkecuali agribisnis jamur. Terinformasi kegiatan pasca panen memberikan kontribusi keuntungan agribisnis sekitar 60-70%.

Eri menegaskan para peserta yang hadir harus tertantang menciptakan usaha-usaha olahan sejenis Jejamuran sehingga memperkaya khasanah kuliner di Kota Magelang. Menurutnya target untuk mewujudkan Ayo Ke Magelang 2020 dengan tagline Moncer Serius itu, akan terdongkrak salah satunya dengan semakin variatifnya kuliner. Intinya untuk mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Magelang kita perlu berkreasi, tidak melulu jenis kuliner Magelang yang sudah ada selama ini. “Bapak Ibu harus berani tampil beda dengan jamur,”katanya sembari menantang peserta.

Hal ini diperkuat saat uji organoleptik tongseng jamur, Eri mengungkapkan bahwa setelah melalui proses pengolahan yang baik dari segi cita rasa sangat enak dan tidak tampak dari bahan asal jamur. “Cita rasa sate jamur atau tongseng jamur sudah seperti tongseng daging kambing atau daging ayam,”katanya.

Wardi Astuti, narasumber pelatihan, di sela-sela kegiatan menjelaskan bahwa selama ini masyarakat belum terlalu melihat jamur sebagai sebuah peluang menuju pintu kemakmuran. Untuk itu dia mendorong peserta untuk menekuni bisnis jamur yang secara potensi masih terbuka untuk eksis selama beberapa tahun mendatang. Bahkan saat ini sudah rutin ada sejumlah pameran dan kerjasama pemasaran olahan jamur di berbagai daerah.

Terinformasi pada pelatihan ini, peserta, mempraktekkan 3 resep olahan jamur sekaligus antara lain pembuatan sate jamur, tongseng jamur dan jamur crispy. Ketiganya mewakili menu kuliner dan menu oleh-oleh khas Magelang. Praktek berlangsung meriah karena sejumlah peserta sangat antusias mempraktekkan ketiga resep olahan jamur legendaris itu. “Baru kali ini saya semangat praktek di pelatihan, menunya sangat menarik. Kebetulan kesukaan anak saya sehari-hari mengkonsumsi sate, tongseng dan jamur crispy,” ujar salah satu peserta yang tidak ingin disebut namanya sembari tersenyum bangga.

Di akhir kegiatan para peserta dimotivasi untuk terus berinovasi dalam menciptakan menu olahan jamur lainnya. Menurut Gintung, narasumber lainnya, mengikuti trend kuliner masyarakat zaman now menjadi sesuatu yang sangat penting. Tinggal bagaimana kita dapat meracik atau membuat resep olahan jamur yang bisa dicintai dan diterima konsumen di pasaran, baik di pasar kuliner maupun di pusat oleh-oleh,”tandasnya.

         Ditemui di tempat terpisah, Among Wibowo, Penyuluh Pertanian Madya berharap para pelaku usaha/hobiis agribisnis jamur di Kota Magelang untuk menaruh perhatian lebih besar pada aspek penanganan pasca panen yang baik, benar dan berorientasi pasar. Menurutnya prospek bisnis olahan jamur baik pasar lokal maupun nasional masih cukup terbuka. “Masih sangat sedikit pebisnis kuliner berbasis jamur maupun olahan kering jamur. Padahal pasarnya masih menganga untuk dimasuki, mengingat jamur sedang menjadi trend konsumsi terkait gaya hidup sehat,”tegasnya. (amw, red)